Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perfeksionis: Ketika Kesempurnaan Menghambat Langkah Menuju Tujuan Realistis

22 November 2024   05:05 Diperbarui: 22 November 2024   08:56 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Orang perfeksionis cenderung menetapkan standar yang lebih tinggi bahkan terkadang tidak realistis (Sumber: Freepik)

Perfeksionisme sering dianggap sebagai sifat yang positif, terutama dalam dunia kerja dan pendidikan. Orang perfeksionis dikenal memiliki standar tinggi dan berusaha keras untuk mencapai hasil terbaik. Namun, di balik kelebihan tersebut, perfeksionisme bisa menjadi penghambat yang signifikan ketika berhadapan dengan tujuan yang realistis. Mengapa hal ini terjadi? Mari kita eksplorasi lebih dalam.

1. Standar yang Tidak Masuk Akal

Orang perfeksionis cenderung menetapkan standar yang sangat tinggi, bahkan terkadang tidak realistis. Mereka merasa bahwa kesuksesan hanya bisa dicapai jika segala sesuatu sempurna. Akibatnya, mereka sering kali mengabaikan tujuan yang lebih masuk akal karena dianggap kurang menantang atau kurang "sempurna" menurut perspektif mereka.

Misalnya, dalam proyek kelompok, seorang perfeksionis mungkin tidak akan merasa puas dengan solusi sederhana yang dapat menyelesaikan masalah dengan baik. Mereka justru akan menghabiskan waktu berlebihan untuk menyempurnakan setiap detail, meskipun dampaknya terhadap hasil akhir tidak signifikan.

2. Takut pada Kegagalan

Perfeksionis sering kali dilumpuhkan oleh rasa takut akan kegagalan. Bagi mereka, kegagalan adalah bukti bahwa mereka tidak cukup baik, bukan bagian dari proses pembelajaran. Ketakutan ini dapat membuat mereka sulit memulai atau menyelesaikan tugas karena terus menerus mengkhawatirkan hasil akhirnya.

Sebagai contoh, seorang mahasiswa perfeksionis mungkin menghabiskan waktu berminggu-minggu hanya untuk menyusun kerangka skripsi, takut bahwa apa yang mereka tulis tidak akan memenuhi standar yang diharapkan. Padahal, menyelesaikan skripsi memerlukan langkah-langkah konkret yang tidak selalu sempurna di setiap tahapannya.

3. Kecenderungan Overthinking

Perfeksionisme sering kali diiringi dengan overthinking atau terlalu banyak berpikir. Mereka menganalisis setiap aspek dari tugas atau keputusan, bahkan hingga detail terkecil. Hal ini mengakibatkan mereka terjebak dalam tahap perencanaan dan tidak pernah benar-benar mengambil tindakan.

Sebagai akibatnya, tujuan yang realistis terasa mustahil dicapai karena energi habis terkuras pada hal-hal yang kurang penting. Seorang perfeksionis mungkin merasa tertekan untuk memilih strategi terbaik, hingga akhirnya kehilangan momentum dan motivasi.

4. Burnout Karena Beban yang Tidak Proporsional

Perfeksionis sering kali mengambil terlalu banyak beban karena mereka merasa hanya mereka yang dapat menyelesaikan pekerjaan dengan benar. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan fisik dan mental (burnout). Ketika tubuh dan pikiran tidak lagi mendukung, tujuan-tujuan realistis yang sebelumnya tampak bisa dicapai berubah menjadi hambatan yang terasa mustahil.

5. Kesulitan Menerima Kritik atau Feedback

Feedback adalah bagian penting dalam proses menuju tujuan. Namun, perfeksionis sering kali menganggap kritik sebagai serangan pribadi. Mereka merasa bahwa hasil kerja mereka mencerminkan nilai diri mereka sepenuhnya. Hal ini membuat mereka sulit untuk menerima masukan yang dapat membantu mereka mencapai tujuan secara lebih efektif.

Cara Mengatasi Perfeksionisme yang Menghambat Tujuan Realistis

1. Tetapkan Standar yang Fleksibel: 

Sadari bahwa tidak semua hal harus sempurna. Fokuslah pada hasil yang "cukup baik" untuk memenuhi kebutuhan tujuan Anda.

2. Berlatih Mengambil Risiko

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun