Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Janji Manis Pillkada: Mengapa Harapan Politik Sering Berakhir dengan Kekecewaan?

21 November 2024   06:37 Diperbarui: 21 November 2024   06:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pilkada kerap menjadi momen yang dinanti masyarakat. Suara rakyat dianggap mampu mengubah wajah daerah dengan memilih pemimpin yang menjanjikan perubahan nyata. Para kandidat berlomba-lomba menawarkan berbagai program unggulan, seperti perbaikan infrastruktur, akses pendidikan yang lebih baik, peningkatan layanan kesehatan, hingga pengentasan pengangguran. Semuanya terdengar menjanjikan, tetapi mengapa begitu banyak janji kampanye yang tak pernah terealisasi?

Janji Kampanye: Antara Ambisi dan Realita

Ketika musim kampanye tiba, masyarakat disuguhi sederet janji yang menggiurkan. Sayangnya, janji-janji ini sering kali bersifat populis dan kurang mempertimbangkan kendala nyata dalam implementasinya. Kandidat cenderung menyampaikan apa yang ingin didengar rakyat, tanpa analisis mendalam tentang sumber daya atau kemampuan pemerintah daerah untuk merealisasikannya.

Kesenjangan antara janji dan realita ini sebagian besar disebabkan oleh:

1. Keterbatasan Anggaran

Anggaran pemerintah daerah sering kali tidak memadai untuk mendanai program ambisius yang dijanjikan. Sebagian besar dana tersedot untuk kebutuhan operasional dan kewajiban lainnya. Akibatnya, program-program baru sulit diwujudkan.

2. Birokrasi yang Rumit

Proses birokrasi yang berbelit-belit memperlambat pelaksanaan program. Bahkan, program yang telah direncanakan dengan matang pun dapat terhenti di tengah jalan karena kurangnya koordinasi antarinstansi.

3. Pengaruh Politik

Dalam banyak kasus, janji kampanye yang dibuat kandidat terhambat oleh tarik-menarik kepentingan politik, baik dari partai pendukung maupun pihak oposisi. Kebijakan sering kali menjadi alat tawar-menawar, sehingga sulit untuk fokus pada kebutuhan masyarakat.

Mengapa Harapan Masyarakat Tidak Terpenuhi?

Selain faktor internal, kegagalan realisasi janji juga dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat yang terlalu tinggi. Banyak warga yang menganggap pemimpin baru sebagai "penyelamat," padahal kepala daerah tetap terikat pada aturan, anggaran, dan sistem yang ada.

Di sisi lain, beberapa kandidat memang hanya berorientasi pada kemenangan. Setelah terpilih, prioritas mereka bergeser ke upaya mempertahankan kekuasaan, bukan memenuhi janji.

Langkah Menuju Perubahan Nyata

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun