Studi tiru atau benchmarking adalah salah satu cara efektif bagi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) untuk belajar dari keberhasilan desa lain dalam mengelola potensi lokal dan memaksimalkan keuntungan ekonomi.
Namun, agar program studi tiru ini tepat sasaran dan bisa diterapkan sesuai potensi desa setempat, diperlukan strategi yang matang dan analisis mendalam. Dalam tulisan kali ini akan membahas tips dan langkah-langkah penting dalam melaksanakan studi tiru BUMDes serta bagaimana memanfaatkan data dan potensi lokal agar hasilnya maksimal.
1. Lakukan Analisis Kebutuhan dan Potensi Desa secara Mendalam
Langkah awal yang penting dalam studi tiru adalah memahami kebutuhan dan potensi desa setempat secara menyeluruh. Setiap desa memiliki keunikan dalam hal sumber daya alam, keahlian masyarakat, dan kondisi geografis.
Oleh karena itu, melakukan survei dan pemetaan potensi sangat penting untuk menentukan sektor mana yang memiliki peluang terbaik untuk dikembangkan.
Contohnya, desa yang berada di daerah pegunungan mungkin memiliki potensi dalam pengelolaan wisata alam atau pertanian organik, sementara desa pesisir bisa fokus pada perikanan atau pariwisata pantai. Data ini akan membantu BUMDes untuk menentukan program studi tiru yang relevan dan sesuai dengan kondisi lokal.
2. Pilih Desa yang Relevan sebagai Model Studi Tiru
Setelah mengetahui potensi desa, langkah berikutnya adalah memilih desa yang memiliki kesamaan karakteristik sebagai model studi tiru. Pilihlah desa yang sudah berhasil mengembangkan sektor ekonomi yang mirip dengan potensi yang dimiliki desa Anda.
Hal ini penting untuk memastikan bahwa apa yang dipelajari dari desa tersebut dapat diaplikasikan dengan mudah dan sesuai dengan konteks lokal.
Sebagai contoh, jika desa Anda memiliki potensi di bidang agrowisata, pilihlah desa yang sudah sukses mengelola agrowisata sebagai model. Perhatikan strategi, teknologi, dan metode pemasaran yang mereka gunakan sehingga Anda dapat memodifikasi dan mengaplikasikan hal serupa di desa Anda.