Layanan "Pay Later" semakin populer di Indonesia, terutama di kalangan anak muda dan pekerja Milenial yang menginginkan kemudahan berbelanja tanpa harus membayar langsung.Â
Berdasarkan laporan dari Bank Indonesia (2023), penggunaan pay later di Indonesia meningkat sebesar 45% dalam dua tahun terakhir, menunjukkan tingginya minat masyarakat terhadap metode pembayaran ini. Namun, kemudahan ini sering kali menjerat pengguna dalam lingkaran utang yang sulit diatasi.Â
Dalam tulisan kali ini akan membahas jebakan yang tersembunyi di balik pay later dan memberikan tips bijak untuk menggunakan layanan ini secara aman dan bertanggung jawab.
Mengapa Pay Later Menjadi "Maut"?
1. Bunga dan Biaya Layanan yang Tinggi
Banyak platform pay later menawarkan kemudahan tanpa bunga pada pembayaran pertama. Namun, jika pembayaran tertunda atau pengguna memilih cicilan, bunga dan biaya layanan yang dikenakan bisa sangat tinggi.Â
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK, 2023), bunga pay later di Indonesia bisa mencapai 2-4% per bulan, yang jika diakumulasi bisa jauh lebih tinggi daripada kartu kredit. Selain itu, beberapa platform juga mengenakan biaya tambahan untuk keterlambatan pembayaran, yang dapat menambah beban keuangan.
2. Kecenderungan Konsumsi Berlebihan (Impulse Buying) Â
Pay later mendorong konsumen untuk berbelanja lebih banyak karena mereka tidak perlu membayar langsung. Penelitian dari Nielsen (2022) menunjukkan bahwa 60% pengguna pay later cenderung melakukan pembelian impulsif lebih sering dibandingkan mereka yang membayar dengan uang tunai.Â
Hal ini disebabkan oleh perasaan "tidak mengeluarkan uang" saat bertransaksi, yang akhirnya mendorong perilaku konsumtif yang berlebihan.
3. Penumpukan Utang yang Tidak TerlihatÂ
Pengguna pay later sering kali tidak menyadari seberapa besar utang mereka telah menumpuk hingga jatuh tempo. Karena proses pembayarannya mudah dan dapat dilakukan dalam beberapa klik, banyak pengguna merasa aman untuk terus menggunakan pay later tanpa menghitung total utang yang mereka miliki.Â
Mengutip data dari Statista (2023) mengungkapkan bahwa 32% pengguna pay later di Asia Tenggara mengalami kesulitan melunasi utang mereka karena mereka kehilangan jejak terhadap jumlah total tagihan.
Tips Bijak Menggunakan Pay Later
1. Gunakan Pay Later Hanya untuk Kebutuhan Mendesak Â
Pastikan pay later digunakan hanya untuk kebutuhan yang benar-benar penting dan mendesak, bukan untuk keinginan atau pembelian impulsif. Sebelum menggunakan layanan ini, tanyakan pada diri sendiri apakah barang atau layanan tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya sekadar keinginan sesaat.