Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

PayLater adalah Maut, Tips Bijak Menggunakan Pay Later, Hindari Jebakan Utang

7 Oktober 2024   12:32 Diperbarui: 7 Oktober 2024   12:35 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pembayaran pay later (sumber gambar:istock via CNN)

Sebelum menggunakan pay later, penting untuk memahami syarat dan ketentuan yang berlaku, termasuk bunga, biaya keterlambatan, dan skema pembayaran. OJK selalu mengingatkan konsumen untuk berhati-hati dalam menggunakan layanan keuangan digital dan memastikan mereka memahami risiko yang terkait.

3. Tetapkan Batas Pengeluaran dan Sesuaikan dengan Pendapatan 

Tentukan batas maksimum penggunaan pay later yang sesuai dengan penghasilan bulanan. Idealnya, total cicilan pay later tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan bulanan. Ini penting untuk menjaga kesehatan keuangan dan memastikan ada dana cadangan untuk kebutuhan lain.

4. Prioritaskan Pembayaran Tepat Waktu 

Agar tidak terjebak dalam bunga tinggi dan biaya keterlambatan, pastikan selalu membayar tagihan pay later tepat waktu. Manfaatkan fitur pengingat yang disediakan platform atau buat catatan pribadi untuk mengingat jatuh tempo pembayaran. Bank Indonesia menyarankan agar pengguna selalu mengatur anggaran bulanan yang mencakup pengeluaran untuk membayar cicilan.

5. Gunakan Hanya Satu Platform Pay Later

Untuk menghindari kebingungan dan penumpukan utang, disarankan untuk menggunakan hanya satu platform pay later. Dengan begitu, pengguna dapat lebih mudah memantau pengeluaran dan memastikan mereka tidak terjebak dalam banyak cicilan dari berbagai platform.

Studi Kasus: Pengalaman Pengguna Pay Later

Menurut survei dari McKinsey & Company (2023), 45% pengguna pay later di Indonesia merasa sulit melunasi utang mereka dan sering kali harus membayar lebih banyak daripada jumlah awal yang dipinjam. 

Salah satu pengguna bernama Rina (27), misalnya, awalnya menggunakan pay later untuk pembelian barang elektronik dan pakaian. Tanpa disadari, ia terus menambah utang hingga mencapai 10 juta rupiah dalam tiga bulan. Karena tidak mampu membayar tepat waktu, ia akhirnya harus membayar bunga yang mengakibatkan utangnya bertambah. 

Pengalaman Rina ini mencerminkan pentingnya kesadaran dan pengelolaan yang bijak dalam menggunakan layanan pay later. Meskipun terlihat mudah dan praktis, tanpa perencanaan yang tepat, pay later bisa menjadi "jebakan maut" yang sulit dihindari.

Pay later dapat menjadi alat yang bermanfaat jika digunakan dengan bijak, tetapi juga bisa menjadi jebakan utang jika tidak dikelola dengan hati-hati. Dengan memahami risiko yang ada dan menerapkan tips bijak dalam penggunaan pay later, pengguna dapat memanfaatkan kemudahan ini tanpa terjebak dalam lingkaran utang. 

Penting untuk selalu berhati-hati dan bertanggung jawab dalam menggunakan layanan keuangan digital, serta menjaga keseimbangan antara kebutuhan dan keinginan agar tetap memiliki keuangan yang sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun