Mohon tunggu...
Nanang A.H
Nanang A.H Mohon Tunggu... Jurnalis - Pewarta

Penyuka Kopi Penikmat Literasi// Scribo Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menemukan Makna Sejahtera dan Kaya Bathin dengan Gaya Hidup Frugal living

30 September 2024   10:11 Diperbarui: 30 September 2024   10:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rina adalah seorang wanita karier yang hidup di kota besar. Setiap pagi, ia berangkat kerja dengan mobil, menyusuri kemacetan, dan disambut oleh deretan gedung pencakar langit yang menandai kesibukan dunia.

Dari luar, hidup Rina tampak sempurna: pekerjaan bergengsi, rumah mewah, dan gaya hidup yang memukau. Namun, di balik senyum cerahnya, ada perasaan kosong yang sulit dijelaskan. Setiap malam, saat pulang ke rumah, ia merasa hampa. Seolah-olah segala pencapaian materi tidak pernah benar-benar membahagiakannya.

Satu malam, sambil bersantai di sofa, Rina menemukan artikel tentang gaya hidup frugal living. Ini adalah konsep yang mendorong seseorang untuk hidup sederhana, fokus pada esensi, dan memanfaatkan sumber daya dengan bijak.

Saat pertama kali membacanya, Rina merasa aneh---bukankah hidup yang sukses itu berarti bisa membeli apa saja? Namun, semakin ia menyelami konsep ini, semakin ia merasa tertarik. Ada sesuatu yang berbeda dari frugal living: bukan sekadar menghemat uang, tetapi soal memaknai hidup lebih dalam.

Frugal Living: Kembali ke Esensi

Frugal living, atau gaya hidup hemat, bukan berarti pelit atau mengekang diri dari kesenangan. Melainkan, ini adalah soal memilih dengan bijak apa yang benar-benar penting dalam hidup dan menghilangkan yang berlebihan.

Bagi banyak orang, termasuk Rina, godaan untuk mengonsumsi barang-barang mewah dan hidup dalam gelimang kemewahan datang dari lingkungan. Media sosial, iklan, bahkan orang-orang di sekitar, seolah-olah berlomba menunjukkan standar kesuksesan yang diukur dari kepemilikan barang.

Namun, frugal living mengajarkan sebaliknya. Kesejahteraan sejati bukan soal berapa banyak barang yang dimiliki, tetapi bagaimana kita hidup dengan apa yang kita miliki.

Hal ini membuat Rina berpikir, apakah selama ini hidupnya hanya berputar pada konsumsi tanpa makna? Apakah semua barang mewah itu benar-benar membawanya pada kebahagiaan yang mendalam, atau hanya kepuasan sementara?

Proses Transformasi: Hidup Sederhana, Bahagia Batin

Rina memutuskan untuk mencoba menerapkan frugal living dalam hidupnya. Langkah pertama yang ia lakukan adalah mengevaluasi keuangan dan pengeluaran hariannya. Ia mulai bertanya pada dirinya sendiri sebelum membeli sesuatu, "Apakah ini benar-benar penting?" Keputusan ini membuatnya mengevaluasi ulang semua hal yang biasanya ia beli secara impulsif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun