Mohon tunggu...
Nahdah MisbahatulLaili
Nahdah MisbahatulLaili Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Pertanian Universitas Brawijaya

Seorang mahasiswi Universitas Brawijaya yang juga menjadi mahasantri Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Desain Agroekosistem Berbasis Ekologi

3 Januari 2022   11:00 Diperbarui: 3 Januari 2022   11:01 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Bagian yang dilaksanakan dalam penerapan PHT di pelantaran serta bagaimana kita membumikan PHT

Sebagaimana yang telah kita ketahui, PHT yang terdiri dari 4 apek yakni:

  1. Budidaya tanaman yang sehat
  2. Pengamatan berskala/ mingguan
  3. Pelestarian dan pendayagunaan musush alami
  4. Petani sebagai ahli PHT

3 hal di atas merupakan konsep yang belum menghasilkan apapun, kecuali adanya perubahan sistem dari konvensional yang memberi banyak kekurangan dan gangguan ekosistem. Tujuannya yakni adanya harmonisasi petani dengan alamnya, sehingga dapat dicapai kompromi kepentingan antara dinamika dan siklus amali agroekosistem dengan kebutuhan manusia.

            Adapun beberapa faktor yang menjadi pendukung keberhasilan terjadinya produksi dalam rancang desain agroekologi yakni: adanya lahan dan segenap faktor alami yang didalamnya membentuk kesuburan alami lahannya, memahami masing- masing karakter tanaman dan varietas dan waktu mulai tanam yang tepat, agar keanekaragaman hayati nya meningkat. Kemudian juga perlunya input lain yang diperlukan sebagai faktor penguatnya. Inventarisasi dumberdaya lokal menjadi aspek oenting dalam efisiensi usaha tani dalam hal ini.

            Inventarisasi sumber daya lokal merupakan apa saja yang tersedia untuk membangun kesuburan alami lahan dan bahan yang tersedia untuk rekayasa keanekaragaman hayati lahan. Selain itu, diperlukannya data penunjang tentang perkiraan musim dan cuaca serta siklus alami OPT potensial. Seringkali petani melupakan dinamika populasi OPT, padahal siklus hidup OPT juga dapat berhubungan dengan fase kritis usia tanaman. kalau kita bisa menghindari fase kritis tsb, kita bisa menghindari ancaman serangan hama pada tanaman kita.

            Permasalahan dari semua desain tersebut ialah apakah petani dapat dan mau melakukannya, karena petani cenderung memilih teknologi yang praktis- praktis saja meski berpotensi buruk pada lingkungan bahkan merugikan. Maka salah satu yang harus kita ketahui yakni seberapa luas pertanian yang akan didesain. Juga melihat keadaan sosial petani yakni:

  • Petani sangat bergantung dengan input usahatani dari luar dan hampir semuanya harus membeli
  • Belum banyak petaniyang tahu bahwa selain hama, di sawah mereka sebetulnya ada musuh alami hama
  • Tidak banyak petaniyang melakukan analisis usahataninya
  • Kepemilikan lahan relatif sempit
  • Petani tidak mudah untuk diajak belajar
  • Memudarnya semangat kebersamaan diantara masyarakat petani
  • Organisasi petani sangat lemah

Diperlukan upaya simultan edukasi SDM dan rekayasa sekolah lapangan sda berupa dan pendampingan gerakan manajemen agroekosistem. Maka dari itu, tahapan yang harus dikerjakan adalah koordinasi, karena meskipun petani tau, mereka belum tentu mengerjakan, Di tingkat desa pemangku kepentingan yang paling kuat pengaruhnya terhadap gerakan masyarakat adalah pemerintah desa yakni :

  • Pemegang mandat
  • Paling dipercaya oleh masyarakat
  • Sumber pendanaan yang cukup

Tahapan perencanaan aksi lapangan, meliputi: Pemetaan agroekosistem dan analisis ekonomi usahatani; Analisis masalah dan alternatif pemecaannya; Penelusuran histori budidaya tanaman oleh petani; Penyusunan rekomendasi budidaya (SOP); Analisis peran; Analisis kebutuhan; Penyusunan rencana kerja hamparan.

Adapun rencana kerja hamparan yakni meliputi; Siapa menjadi apa dan harus melakukan apa, waktu dimulainya kegiatan hingga rencana panen, apa saja sarana bahan yang dibutuhkan dan berapa kebutuhannya, dari blok dan petak mana yang pertama akan tanam, dan besaran anggaran yang diperlukan. Persiapan lahan dilakukan seawal mungkin, dengan melihat tenggat waktuyang cukup antara pengolahan tanah dan saat tanam, agar proses dekomposisi, reduksi dan oksidasiberlangsung dengan baik. Kemudian juga dapat memutus siklus hidup OPT. Pemanfaat jerami sebagai bahan organik lokal yang melimpah harus kita maksimalkan. Penambahan bahan penyubur alami lahan 2x sebelum tanam, penambahan kompos, dan dekomposer juga perlu diperhatikan.

Menata kelembagaan pendukung diperlukan untuk memudahkan pengorganisiran petani. Diantara yang perlu ada yakni: kelompok tani berbasis hamparan, perlu adanya PPAH dan posyanti, perlu adanya petani pengamat, perlu adanya RPH, forum pertemuan rutin sesuai kebutuhan, perlu adanya studi petani, juga perlu adanya lembaga keuangan mikro ditingkat desa.  Di akhir musim dilakukan evaluasi dan pembuatan RTL yang dipresentasikan oleh kelompok tani kepada pemerintah desa, petani dan stake holder lainnya. Hasil-hasil diharapkan ialah:

  • Terbangunnya ketahanan agroekosistem
  • Peningkatan produksi dari musim ke musim
  • Efisiensi usahatani
  • Penguatan lembaga petani
  • Terbentuknya klinik tanaman/pht permanen
  • Terbangunnya kedaulatan dan kemandirian petani

kunci sukses rekayasa agroekosistem berbasis ekologi adalah pengorganisasian kelembagaan petani yang kuat (Gapoktan, Poktan, HIPPA dll) dan didukung oleh pemerintahan desa dalam dalam berbagai aspek pemberdayaan masyarakat desa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun