22 Oktober bukan hanya sekadar peringatan, melainkan sebuah refleksi atas dedikasi dan pengorbanan santri dalam perjuangan kemerdekaan. Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asyari, tokoh pendiri Nahdlatul Ulama, mengeluarkan sebuah fatwa yang dikenal dengan resolusi jihad. Surabaya kala itu menjadi saksi bisu ribuan santri dari berbagai penjuru tanah air berbondong-bondong memenuhi panggilan resolusi jihad. Sebagai santri mereka tidak datang hanya bermodalkan fisik, melainkan juga doa dan tekad yang kuat. Resolusi jihad KH. Hasyim Asyari menggema di telinga serta menancap kuat di hati. Sehingga, beliau menjadi sumber inspirasi, pendorong semangat, dan bukti nyata peran santri dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.
Jihad secara bahasa (lughah) berarti mengerahkan dan mencurahkan. Sedangkan secara istilah syariah (syar’an) berarti seorang muslim mengarahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan menegakkan Islam demi mencapai rida Allah Swt.. Jadi, bukan hanya kata jihad yang disuarakan namun makna dari jihad juga harus ditanamkan. Agar kesungguhan dalam diri benar adanya untuk perjuangan yang mengharap rida dari Allah.
Hari demi hari zaman semakin berubah. Teknologi semakin terdepan, pemikiran juga semakin modern. Begitu juga dengan santri, dari zaman ke zaman harus mampu ikut andil dalam setiap perkembangannya. Sudah seharusnya bagi santri untuk tetap melaksanakan jihad sebagaimana yang sudah dilakukan oleh para santri terdahulu. Akan tetapi jihadnya santri di masa modern ini tentu berbeda dengan jihad yang sudah dilakukan oleh umat terdahulu. Banyak hal yang dapat dilakukan oleh umat Islam khususnya santri sebagai bentuk manifestasi jihad di era modern ini yaitu,
- Jihad Sosial, jihad yang merujuk pada ikhtiar bagi diri sendiri dan orang lain. Artinya manusia harus saling menjaga, dimulai dari jaga diri sendiri, keluarga, dan orang lain. Selain itu jihad sosial dapat dimaknai sebagai perbaikan sosial, contohnya dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat kurang mampu.
- Jihad Spiritual, jihad yang mendorong untuk memperbaiki kualitas ibadah dengan renungan, tadabbur, dan tafakkur agar tidak ada kesombongan dalam hidup dan beragama. Jihad spiritual juga diartikan sebagai jihad melawan hawa nafsu. Contohnya, ketika puasa tentunya ada hawa nafsu yang harus dilawan mulai dari hawa nafsu untuk makan dan minum, marah-marah, ghibah, dan lainnya.
- Jihad Kultural, merupakan jihad untuk melestarikan budaya keagamaan yang telah ada dan mendekatkan beragama dimensinya sehingga lebih mudah diterima dan diamalkan masyarakat tanpa mengurangi esensi inti ajaran Islam, khususnya untuk para mualaf dan orang-orang yang sudah bertobat dari kesalahannya.
- Jihad Pengetahuan, merupakan jihad dalam membangun dasar argumentasi yang kuat untuk melindungi karakter beragama santri yang menghargai segala keragaman. Maka dari itu jihad dalam mencari ilmu sangat dianjurkan baik ilmu agama maupun ilmu pengetahuan. Pengetahuan itu sebagai bekal dalam mengarungi zaman modern ini agar punya argumen yang kuat untuk menghadapi berita hoaks di media sosial.
- Jihad Peradaban, jihad yang arahnya menciptakan masyarakat yang beradab, harmonis, rukun, saling menghormati dan menghargai walaupun berbeda-beda RAS. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyampaikan baik dalam lisan, maupun tindakan.
Poin-poin di atas merupakan sebagian kecil dari bentuk jihad di zaman modern ini. Banyak hal yang dapat dilakukan di zaman ini, mengaji dan mengabdi juga termasuk jihad seorang santri. Maka bersungguh-sungguhlah demi menegakkan agama Islam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H