Mohon tunggu...
Nahar Ayu Muthmainnah
Nahar Ayu Muthmainnah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Walisongo State Islamic University | Math Education XXI | My Scout My Life

Bukan tentang siapa tapi tentang apa Ig: @naharayu_ Email: nanaynahar20@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Not Only This World (2)

19 Juni 2023   09:06 Diperbarui: 19 Juni 2023   09:16 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pukul empat dini hari dia keluar dari club dan berjalan tanpa arah, dan akhirnya memilih untuk duduk di bawah pohon yang tidak jauh dari masjid. Disana dia mendengarkan sebuah bacaan ayat suci al-quran yang mampu menenangkan jiwanya. Dia melamun disana, entah apa yang dia pikirkan. Dia merasa hatinya tenang berada di depan masjid tersebut. Bahkan musik yang dia dengar begitu kerasnya di telinga tak mampu menenangkan jiwanya.

"Assalamualaikum Nak, sedang apa kamu disini?" tanya seorang ibu-ibu yang keluar dari masjid. Aku tak sadar bahwa ibu-ibu tadi sudah bubar, hanya tinggal seorang ibu ini yang menyapaku.

"Wa... Walaikumsalam" jawabnya terbata-bata. Tak heran jika Vania dapat menjawab salam, karena dia juga mempunyai teman seorang muslim.

"Ada apa dengan pakaianmu Nak? Kenapa kamu memakai pakaian yang memperlihatkan tubuhmu?" tanya ibu tadi sambil menutup tubuh Vania dengan kerudung panjang yang di bawanya.

Vania tertunduk malu. Dia sangat merasa malu dengan pakaian yang ia kenakan sekarang. Biasanya ia sangat menikmati pakaian terbuka, bahkan merasa bangga. Mungkin karena kejadian beberapa jam lalu yang membuatnya merasa jijik dengan dirinya sendiri. Ibu itu bernama Hamimah, dia sering di panggil Ummi Imah.

Setelah sekian lamanya Vania terdiam, akhirnya dia mau bercerita dengan Ummi Imah. Dengan sabarnya Ummi Imah menuntun Vania untuk kembali ke jalan yang benar. Ummi Imah juga mengajaknya ke rumah, ternyata rumah Ummi Imah tak terlalu jauh dengan rumah Vania. Ummi imah memberikan sebuah gamis beserta khimarnya. Vania yang merasa asing dengan pakain itu hanya menatapnya. Hingga akhirnya Vania mau menerima dan membawanya pulang.

Sesampainya di rumah, dia hanya mendapati ruangan yang kosong tak berpenghuni. Hanya ada asisten rumah tangga yang menyapanya.

"Non Vania dari mana? Kenapa baru pulang? Bibi khawatir, Non Vania tidak kenapa-kenapa kan?"

"Vania tidak apa bi. Bibi istirahat saja, Vania mau ke kamar."

"Sakit, sesak rasanya. Bukan mama atau papa yang menyambut kedatanganku. Namun malah Bibi yang bukan sedarah denganku. Ma, Pa Vania butuh kalian" batin Vania.

Sesampainya di kamar, Vania langsung ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air yang dingin. Dia menangis tanpa peduli dinginya air yang menusuk sampai ke tulang. Dia benci hidupnya, dia benci keluarganya. Dia di lahirkan begitu sempurna, namun cinta dan kasih sayang orang tua tidak pernah didapatkan.

"Ahhhhh... Hari ini aku benar-benar muak! Tak ada satupun keluarga yang peduli akan keadaanku saat ini." teriaknya.

***

Setiap orang pasti akan bermetamorfosa. Buruk ke baik, dan baik ke lebih baik lagi. Hari ini adalah hari yang baru, dan yang lalu dijadikan untuk pembelajaran diri. Sejatinya manusia sangat rapuh sehingga mudah sekali berubah. Rasulullah pun pernah mengatakan bahwa sesungguhnya hati manusia berada di antara dua genggaman tangan Allah yang dia bolak-balikkan menurut yang dikehendaki-Nya. Itulah mengapa Rasulullah SAW mengajarkan pada umatnya untuk selalu berdoa "Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi 'alaa diinik" yang artinya "Wahai dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkankalah hatiku di atas agama-Mu." Dari sini sudah jelas bahwa sesungguhnya Allah sangat kuasa membolak balikkan isi hati manusia. Dan manusia tidak ada yang tahu ending dari dirinya sendiri. Seperti Vania, saat ini dengan niat dan kemantapan hati serta hidayah dari Tuhan Yang Maha Esa dia mampu menentukan jalan hidupnya menjadi lebih baik lagi. Walaupun tidak mudah dia lalui, tapi dia percaya setiap ada kesulitan pasti ada kemudahan.

"Nak, kamu kenapa melamun?" tanya Ummi Imah. Selama ini yang menuntun Vania adalah Ummi Imah. Walaupun Vania berhijab, dia masih bisa menjadi seorang model. Namun, Vania memilih untuk berhenti dari dunia model, satu tujuan hidupnya dia ingin memperbaiki diri. Dan saat ini Vania mengajar di salah satu taman kanak-kanak yang ada di Jakarta.

"Vania bingung Ummi."

"Kenapa? Ceritalah, Nak!"

"Ummi, apa Vania salah membenci Papa dan Mama?"

"Astagfirullah, Nak. Seburuk apapun Papa Mamamu mereka tetap orang tuamu."

"Vania tau Ummi, tapi hati Vania sakit. Mereka tidak peduli sama sekali tentang Vania. Aku tidak butuh harta, aku hanya butuh mereka. Bahkan mereka marah dan mengusir Vania karena Vania memilih berhenti dari dunia model. Apa Vania durhaka Ummi?"

"Vania, sayang. Ummi tahu betul bagaimana perasaan Vania. Ummi hanya mengingatkan, jangan pernah benci Papa dan Mama ya, Nak. Mereka rida dari segala rida, maafkan dan doakan agar orang tua kamu mendapat ampunan dan hidayah dari Allah seperti anaknya yang cantik ini. Jangan pernah jauhi mereka, tapi dekati terus mereka. Tak apa kamu tak dianggap, tapi percayalah suatu saat doa-doamu akan terkabulkan, dan mereka akan bangga dengan jalan hidup yang telah kamu pilih kali ini."

"Terima kasih, Ummi. Ummi selalu ada buat Vania. Maafkan Vania yang masih belum bisa mengontrol diri Vania."

"Sama-sama, Nak. Ingat Vania, musuh yang paling berat adalah emosi dari diri sendiri. Sekarang pergilah dan temui orang tuamu. Maafkanlah setiap ucapan dan perilaku mereka pada Vania."

Setelah obrolan singkat antara Vania dan Ummi Imah, dia pergi ke masjid untuk salat. Dia berdoa untuk kedua orang tuanya, setelah satu bulan tidak menemui mereka membuat Vania harus meneguhkan hatinya kembali.

Tamat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun