Aku menyadari
Aku dan kamu, saat ini memang berdiri di tempat yang tak sama
Kita sangatlah berjarak oleh ribuan hari
Semakin terpisah saja setelah melewati jutaan menit
Bertambah jauh menjumpai milliyaran detik-detik
Sebelum mataku bisa mengenal banyak warna
Ketiadaan dirimu memang lebih jauh dari zamanku
Bahkan jauh sebelum rahim ibuku tercipta
Dirimu kini hanya sejarah dan sebuah nama
Darimu yang kini bersamaku
Hanya tersisa,sajak-sajak yang padanya  tak punya sebuah tanggal dan rima
Sejauh ini ...
Aku hanya menyimak mereka yang kauanggap kekasih
Mereka memang rajin mengutip kata cinta
Dengan gaya penyampaiannya yang begitu indah, berdiri dan santun berbicara
Piawai mengolah syair-syair dengan mata penuh binar
Seraya memperjelas suara dengan penuh gembira
Seolah-olah ...
Mereka siap menunjukan jawaban, dari semua pertanyaan di setiap peradaban
Termasuk menjawab rindu yang paling sempurna miliknya untukmu yang kemudian diutarakan dengan rasa paling dalam dari hatinya
Ungkapannya menyentuh jiwa
Senyumnya yang dengan mimik dan gestur penuh cinta lagi utuh
Membangkitkan termasing-masing rohani
Mereka mencintai kamu begitu dalam, bahkan lebih dari keluarganya
Pesan cinta darimu memanglah pesan yang berlaku sepanjang zaman
Sementara aku di sini masih saja memperhatikan
Aku masih takut untuk turun, dan berperan
Aku masih bersama keambiguan
Bersama kebingungan
Ketidak pahaman
Aku masih dengan bisik-bisik yang selalu menuntun jemari untuk terus menulis
Lalu membiarkannya berada pada beranda sajak
Yang selalu hiperbola dan tidak berguna
Debu-debu yang kembali datang kemari pun jenuh singgah di tulisan kosong ini
Aku sadar, aku hanya melakukan kesia-siaan
Mewarnai aksara puisi-puisiku yang tak pernah indah
Created by : Nahar
Tangerang, 1 September 2020
_________________________________