Ada senandung yang menopang nurani
Keindahannya berbisik penuh manja
Mengajariku untuk bisa berucap lebih keras
Kepada imaji yang tumbuh di bilik-bilik fiksi
Yang telah menyulur manis dari balik perasaan ini
Menggerayangi lena bak pohon persik acap kali
Saat-saat sulit ketika mencari obatnya
Entah di mana sosok penawar rasa berada
Halusinasi semakin gila
Cinta ini bergejolak tanpa arah
Mengalir saja, turuti nafsunya
Saat gugup melucuti kata
Saat gelisah sudah memuncak di kepala
Sudah saatnya aku kembali
Kali ini, bukan menemani sepi
Hanya menyendiri, mencari tafsir untuk meredam opini-opini liar yang berteriakan di dalam kepala Â
Kepada bebunyian kecil kubersandar
Adalah intonasi hati yang bernyanyi
Nada-nada yang menari, berdesir-desir sejuk penuh maknawi
Aku mengulangnya di dalam hati
Menjadikannya sahabat di hening dan sepi
Kalimat yang tak pernah padam
Abadi, tak pernah tenggelam
Menghiasi setiap jeda gradasi pelangi
Selalu menjadi seharum bunga melati
Baiti jannati, adalah motivasi, suplemen setiap hari
Bersih, teramat suci suara tasbih Â
Meluaskan sempit, ketika aku bertahmid Â
Membuat aku menjauhi sifat jahil, ketika aku bertahlil
Dan kulihat seramnya nafsu menjadi kecil, ketika aku bertakbir
Ketika aku berdzikir
Subhanallah wa bihamdihi, subhanallah al-Azhim
Created By : Â Nahar
Tangerang, 04 April 2021
________________________________
Terinspirasi dari: Hadis Riwayat Muslim no.597
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI