Tentang air mata
Semuanya sama
Jika mengucur, entah naluri atau insting sebabnya
Namun telah ada reaksi kemudian, merangsang sedari lahir
Sudah termiliki tanpa harus menjadikannya palsu dengan air
Meski pemberian ini sudah lama tidak mengalir; lama tak pernah menangis
Kiranya kelenjar air mata dapat bersabda
Iya, andaikan air mata mampu berbicara
Mungkin, lacrima bukan lagi istilah pada negeri-negeri di sana
Air mata begitu simbolis, wujud sebuah duka dari perih yang dirasakan hayati sampai kepada hati mungkin saja sebabnya
Atau dari saban hari yang mengais di jalan-jalan, mencari-cari untuk mengikuti impian
Aku kira, memang sungguh lelah melakoni peran, menorehkan langkah sangat selalu mewajibkan
Di sana, telah ada persaksian cuaca yang melingkar, memberikan latar berbeda hanya berupaya menyingkirkan bosan
Aku mengira, nuansa telah melirik emosi yang tengah tinggi
Sebab beban yang tak kunjung berkurang perih dan lekas pergi
Terasa berat, terbawa naik ke pendakian
Kaki yang menapak pada belantara ujian adalah bukan hanya fisik, turut juga perasaan
Jangan malu untuk menangis, bisa dimengerti, mamalia dengan emosi air mata hanya jenis kita; manusia Â
Tanggerang, 12 Maret 2021Â
____________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H