Telah terusap sepasang daun telinga
Oleh rima dan irama lukisan bait hati
Sudah mengelus nadi, dari apa yang telah terlahirkan nurani
Persandaranku menanti masih, menatap larik yang akan kautuang pagi ini
Kulewati sudah tepian warna langit janari
Kurasakan masih perasaan semu pacuan bintang yang pergi
Memang tiada perasangka datang meski setipis kulit ari kemarin
'Pun jelma praduga di rinai fajar nanti, atau apapun hal itu yang meski akan alami terpilin rapi; takdir
Mungkin hanya berdiri dengan waktu meniti kata minggu ini
Menorehkan beberapa nada serapih mungkin
Landasan upaya membujuk lamun agar lekas pergi
Sahaja memetik puspa yang tumbuh sebab air mata, meski gerimis duka masih sahaja membawa sunyi; nuansa belasungkawa Â
Tuhan, kembalikanlah senandungnya yang menari itu
Sediakanlah bentuk perahu yang biasa tersimpul di bibirnya
Sebersih aura wajahnya yang selalu berseri
Hanya inginkan kedamaian hatinya bersilir dan tak sayu lagi, pada setiap jumpa udara pagi yang Kaurahmati
Created By: Nahar
Tanggerang, 07 Februari 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H