Dan ...Â
Tak bisa kulanjut pejam
Telah terbangun dari silam kenangan
Melayang-layang pada setiap debit yang terkucur setelah beberapa jam
Mengalun-alun kesegalanya ... terkait pengalaman yang bermomen itu ....
"Hai, apa kabar ..?"
"Hal menarik apa kini ..?"
"Dan apa yang datang dini hari ...?", lembut sapaku dahulu
Namanya kenangan
Sebegitu adanya ... kerap kujumpai itu tengah berparade di keramaian aksara
Menguntai-untai pada frasa paling manis hiperbola
Dengan berjujai makna menuturkannya ... setulus perasaan setiap kata ....
Entahlah, aku punya tahfiz pun belum usai
Tiada jeda padahal ... menghafal kriyamu yang telah mengkoral
Ikhlas kuresap pesan untuk bisa kulafal ulang mengisi lamunan, dan menuang kembali ke peradaban hati selanjutnya ....
Kujalin setiap kayuh tanpa ada kurasa tersangkut rantai
Meroda ... ke setiap bagian yang belum utuh demi mencari itu ... tumpahan nadir yang memfosil ....
Padahal ... setiap pagi ...
Tiada yang menyambutku seikhlas udara pagi, dengan mentari yang membawa rona keemasan, telah melukis ke pinggir awan yang hadir sedari sewaktu fajar
Menjadikanya sekar paling termanis yang kutoleh setiap pagi di langit ... Â ke sepasang hati dan sepasang mata setiap hari
Tanggerang, 11 Desember
_____________________________
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H