Ilustrasi kisah I Dahulu kala pada jaman Nabi Sulaeman AS, ada peristiwa yang membuat bingung hakim dalam memutuskan perkara tersebut. Ada dua orang wanita memperebutkan seorang bayi. Kedua-duanya sama-sama baru saja melahirkan bayi. Tapi salah satu bayi di antara keduanya meninggal. Maka seorang wanita yang bayinya meninggal ingin mengambil bayi dari wanita satunya. Dengan entengnya wanita A ( yang bayinya mati) mengatakan bahwa bayi itu adalah anaknya. Wanita B mempertahankan bayinya yang memang benar-benar bayinya. Akhirnya keduanya dihadapkan pada Nabi yang juga Baginda Raja Sulaeman. Setelah mendengar penuturan kedua wanita yang tetap bersikeras meyakinkan bahwa masing-masing adalah ibu dari bayi tersebut. "Baiklah, kalau kalian tidak ada yang mau mengalah, terpaksa bayi itu kita bagi dua. Bagaimana?" sabda Baginda Sulaeman kepada kedua wanita tersebut yang langsung mendapat reaksi hebat dari kedua wanita tersebut. Wanita A : "Iya betul baginda bayi ini dibagi dua. Itu baru adil." Wanita B: (Sambil menangis terisak-isak menahan kesedihan yang sangat) "Aduh, Baginda. Bayi ini pasti akan mati. Bila demikian, biarlah dibawanya bayi ini daripada ia mati." (Sambil memberikan bayinya pada wanita A) Mendengar semua itu, baginda Sulaeman AS manggut-manggut. " Sekarang jelas, bayi ini memang anakmu. Ambillah. Karena cintamu menunjukkan kasih sayang sebagai ibu." sabda baginda Sulaeman kepada wanita B. "Dan kau karena telah berdusta, kau harus dihukum!" sabda baginda Sulaeman pada wanita A. *** Ilustrasi kasus 2 Farida adalah seorang gadis yang cantik dan juga pintar. Namun sayang, perjalanan hidupnya tidak secantik parasnya. Tidak semulus karir studinya yang nyaris tak pernah gagal. Waktu kecil, bahkan boleh dibilang bayi, ayah Farida meninggal dunia. Sang kakek menitipkan Farida pada adik ibunya untuk disusui kebetulan adik ibu Farida sedang menyusui anaknya . Ibu Farida disuruh melanjutkan studi ke luar negeri. Selesai studi dari Luar negeri ibu Farida menikah lagi. Farida yang waktu itu masih balita belum paham arti semua itu. Waktu sudah saatnya masuk sekolah Dasar Farida diminta oleh ibunya untuk tinggal bersamanya lagi. Bibi Farida pun tak keberatan. Tinggallah Farida bersama ibu dan ayah tirinya. Namun ayah tirinya sangat membenci Farida, mencemburui Farida bila sedang bermanja bersama ibunya. Begitu pun sikap ayah tirinya menyolok sekali membedakan perhatian dan kasih sayang terhadap Farida dan anank-anak kandungnya. Farida sering ribut dengan ayah tirinya dan juga adik-adiknya yang tak seayah itu. Sikap ayah tirinya itu tertanam kuat dan menumbuhkan kebencian pada diri Farida. Farida pun sering pergi dari rumah ke rumah saudara-saudara ibunya. Tapi tetap saja Farida ingin tinggal bersama ibunya. Farida sangat mencintai ibunya. Namun mengapa ayah tirinya tidak mau menerimanya? Cintakah Ayah tirinya pada ibunya? Bukankah ibunya sangat mencintai dirinya? Mengapa ayah tirinya tidak mencintai orang yang dicintai istri tercinta? Walau demikian, beruntunglah Farida mengalihkan kegalauannya dengan tekun belajar dan berprestasi. Sering loncat kelas, sehingga umur 9 tahun sudah lulus SD. hal ini semakin membuat ayah tiri Farida makin tidak suka, karena anak-anaknya tak berprestasi sebagaimana Farida. Kebencian Ayah tirinya makin tampak. Farida mulai merasa sangat tertekan. Hanya menangis yang bisa ia lakukan. Kini Farida tergolek di Rumah Sakit Jiwa, tatapan matanya kosong, tak lagi bisa melakukan apa-apa. Ibunya pun menagis tak ada habisnya. Menangisi Si Yatim yang tak sanggup dibahagiakannya. Siapa yang harus dipilihnya? Memilih tetap bersama suami yang tidak mencintai Si Yatim yang teramat dicintainya? Atau memilih hidup bersama Si Yatim buah hatinya lantas kehilangan suaminya? "Ah, aku harus ambil keputusan. Aku ikhlas kehilangan suamiku. Ia tidak mencintaiku. Ia mencintai dirinya sendiri. Buktinya, ia tidak ingin membahagiakan putriku yang aku cintai..." gumam ibu farida menguatkan hatinya. "Sayang, ibu pilih kamu sayang, sembuhlah... " bisik ibunya pada Farida . Keajaiban terjadi, Farida mengalirkan air mata yang sudah setahun tak pernah mengalir sejak di RSJ. Farida dinyatakan sembuh. Ibunya bahagia. Proses perceraian sedang berlangsung karena ayah tiri Farida bukannya berubah atau menyadari kesalahannya, bahkan memaki-maki ibu Farida dengan menyebut Farida si GILA. *** Ilustrasi kasus 3 "Hmmm, papah baik deh. Luv U full." celoteh Tika pada suaminya yang pengusaha sukses itu setelah mendapatkan mobil mewah. Rumah tangga Fahri dan Tika tergolong muda. namun keduanya sudah memiliki segala yang dinginkan seperti sudah makan asam garam berabad-abad. Apalagi sudah ada dua bocah mungil buah hati mereka. Seakan lengkap sudah kebahagiaan mereka. Namun musibah di tahun ke sepuluh rumah tangga mereka menyapa juga. Fahri bangkrut. Perusahaannya kolaps. Tika yang biasanya hidup tanpa susah payah jadi shock dengan kehidupan barunya. Aset yang dimiliki terjual semua untuk menutup hutang-hutang perusahaan. mereka pun terpaksa pindah ke rumah kontrakan. Tika yang dulu semanis madu pada suaminya jadi sering uring-uringan. Ia mengancam mau pulang ke rumah orang tuanya. Fahri pun meluluskan permintaan Tika. Kedua anaknya diserahkan pada Fahri. Fahri SHOCK bukan alang kepalang. Bukan hanya sampai di situ Tika pun minta cerai dari suaminya. Bagai disamperin petir di siang bolong, Fahri nyaris pingsan tak kuasa menahan diri. Namun apa daya, untuk apa mempertahankan wanita yang ternyata hanya mencintai hartanya? Dengan didukung oleh saudara-saudaranya, juga support dari para sahabat dan doa orang tuanya, Fahri berusaha bangkit. Ia mulai dari nol lagi. Kedua anaknya dititipkan pada kelurga di dekat kontrakannya. Fahri tidak mau kedua anaknya ikut ibu mereka. Fahri juga menolak ketika saudara-saudaranya mengulurkan tangan untuk ikut mengasuh kedua anaknya. Cintanya pada kedua anaknya memotivasinya untuk tegar mengais kembali harapan baru. Begitulah hari demi hari fahri bergelut di bisnis barunya. Pagi berangkat, sore pulang menjemput kedua anaknya, mendidik keduanya dengan penuh CINTA. Pada keluarga tempat ia menitipkan anak-anaknya, ada seorang gadis yang selalu memandangnya dengan takjub atas kegigihan Fahri. Shinta, gadis satu-satunya yang dimiliki keluarga itu menaruh hati pada Fahri. Fahri yang sangat mencintai anak-anaknya, Fahri yang taat beribadah, intinya Fahri adalah sosok yang didambanya. Cintakah Shinta pada Fahri? Atau kagum? Entahlah. Usaha bisnis Fahri mulai tampak hasilnya. Walau tak seperti dulu. tapi ia merasa sudah cukup. ia tak ingin muluk-muluk yang ternyata membuatnya telah kehilangan dirinya , waktunya, dan....Tika. Ia masih mngenang ibu kedua anaknya. Tapi untuk apa? Apakah ia masih mencintai Tika? Ya tentu saja. Sedang Tika? Entah dimana ia berada. Apakah masih mengingatnya? Ah, untuk apa mengharap orang yang jelas-jelas telah tega meninggalkannya dan kedua anaknya. Fahri mulai berfikir untuk berumah tangga lagi. Ia pun membuka hatinya lagi untuk wanita lain, bukan Tika.Tentu dengan orang yang mencintai dirinya, juga kedua anaknya. *** Ilustrasi kasus 4 Maulana dan Rahma telah sepuluh tahun berumah tangga. keduanya telah dikaruniai dua orang putra. Mereka menikah atas dasar pertimbangan orang tua. Di tahun ke sepuluh, Maulana kecantol wanita lain dan menikah dengan diam-diam. namun sepandai apapun menyembunyikan rahma akhirnya tahu juga. Rahma sebenarnya adalah wanita yang menurut penilaian secara universal sulit dicari kekurangannya. Rahma disamping pintar, juga cantik, dan taat beragama. Rahma memang mencintai suaminya walaupun suaminya itu kasar dan bermulut harimau. kalau dicari kelebihannya, sulit kecuali wajahnya yang ganteng. Pintar juga tidak. Namun Rahma tetap berusaha mencintai suaminya apa pun keadaannya. Ia senantias membangun cintanya walaupun sangat sulit, bahkan suaminya itu sendirilah yang selalu merobohkan bangunan cintanya dengan perilaku kasarnya, mulut yang mudah keluar caciannya, juga dengan mata kranjangnya yang suka mengobral rayuan pada wanita yang sungguh tak ada apa-apanya bila disandingkan dengan Rahma. namun rahma masih berusaha menahan diri. Motivasinya bertahan diam adalah demi orang tuanya yang telah sakit-sakitan. namun begitu Rahma tahu bahwa Maulana telah menikah dengan wanita yang sungguh jauh dari kriterianya untuk bisa dijadikan saudara, Rahma shock.... Tubuhnya lemas, seketika itu robohlah bangunan CINTA yang susah payah dibangunnya. Hancur berkeping-keping. Bangunan itu belum jadi. Artinya Rahma belum mencintai sepenuhnya pada Maulana. Rahma baru belajar mencintai tapi.... Tentu saja, ketika orang tua Rahma tahu apa yang telah dilakukan Maulan pada putrinya, mereka ingin mengambil Rahma atau memisahkan. Maulana minta kesempatan untuk memperbaiki diri. Ia menceraikan istri keduanya tanpa diminta. "Apakah kau mencintaiku?" tanya rahma pada Maulana "Yah, tentu saja sayang" "Lepaskan aku dan kembalilah pada Arin" "Oh, tidak mungkin. Aku tidak bisa berpisah darimu." "Kau tidak mencintaiku. Kau mencintai dirimu sendiri." "Terserah apa katamu. Dia tidak ada apa-apanya dibandingkan kamu" "hahahaha lucu dan naif! Aku beritahu kau! Aku tidak mencintaimu. Hiduplah dengan orang yang mencintaimu." "Kita bisa membangunnya lagi." "Aku ngga janji! Camkan itu!" Sepuluh tahun berjalan, duapuluh tahun sudah usia pernikahan Rahma dan Maulana, namun belum juga tumbuh lagi CINTA dalam hati Rahma, karena lagi dan lagi Maulana tak pernah berhenti menyakitinya, juga anak2nya. Entah sampai kapan. Rahma tak lagi ingin membangunnya. Ia fokus pada kesibukannya sendiri. Ia ingin bermanfaat. Walau tak bahagia dalam rumah tangganya, ia bahagia dalam kehidupannya bersama sesamanya, para sahabatnya, dan saudara-saudaranya. Rahma tak ingin ribut mengurus perceraian seperti yang dilakukan orang-orang jaman sekarang. Semua akan berakhir. Malam makin gelap, pertanda pagi segera tiba. *** motto: ishbir...ishbir...ishbir...fashbir ***untuk para sahabatku tercinta, selamat beraktivitas. Tersenyumlah, sebelum tersenyum dilarang. ***terinspirasi dari curhat para sahabat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H