Mohon tunggu...
Nugroho Suksmanto
Nugroho Suksmanto Mohon Tunggu... -

Perindu jalan sejati yang ingin tidur dalam do'a. Seorang bengil yang ngaku sufi, berhati dekil yang sok suci.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Perlukah Shalat ?

24 Desember 2012   15:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:06 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sewaktu menjalankan perintah melaksanakan shalat, selalu dalam pikiran timbul pertanyaan; "Apakah Tuhan benar-benar menghendaki aku jengkang-jengking sehari lima kali, seolah-olah menyembahnya sebagai berhala ?" Pasti tidak !

Lalu timbul keengganan untuk melakukan shalat, karena pikiran tak pernah dapat penuh berkonsentrasi mengarah kepada-Nya, dijejali pertanyaan-pertanyaan dan keraguan seperti itu. Sedangkan bila shalat hanya terpaksa, pasti Tuhan juga kesal menyaksikan. Jadi, buat apa shalat ?!

Namun, ketika merenung dalam kesendirian, sering muncul kerinduan kepada Sang Khalik, Pencipta yang membuatku ada, hidup di dunia.

Lalu, aku mulai bertanya. Caranya bagaiamana aku dapat melepas kerinduan ini. Paling tidak untuk dapat menyampaikan rasa terima kasih atas rahmat dan karunianya. Apalagi dalam melampiaskan kerinduan, aku berharap juga dapat melepas beban pikiran yang menggumpal, yang mengganjal perasaan.

Dan, kemudian mulai membayangkan, bila memang dapat terjadi kontak batiniah dengan-Nya, alangkah menyenangkan dan bermanfaat buat diriku, bila aku memperoleh pencerahan dari pancaran roh kudus-Nya. Paling tidak dengan pencerahan cahaya ilahi, membuka jalan untukku saat menapak kehidupan yang bukan kehidupan umat yang sesat, melainkan kehidupan yang diarahkan oleh hikmat dan kehendak-Nya.

Lalu aku berpikir, medium apa yang dapat kugunakan untuk melepas kerinduan kepada Sang Khalik ? Baru aku teringat akan shalat.

Ternyata, dengan menggunakan shalat, kerinduan transendens, menjangkau Sang khalik di luar batas kemampuan manusia dan alam semesta, selain membuahkan pelepasan total perasaan, kuperoleh pencerahan dari getaran yang seakan kemudian menerangi kalbu. Dan ketika pelepasan rindu serta pencerahan merengkuh diriku, dalam khusyuk - seakan aku berhadapan muka dengan-Nya- berasa sekali terjalin hubungan talirasa, yang kemudian tidak hanya membuahkan rasa nikmat, tetapi mampu menggulirkan air mata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun