Mohon tunggu...
Game Changer
Cerita Pemilih
Analisis Sosok
Fiksiana
Cerbung Cerpen Horor Puisi Roman
Halo Lokal
Bandung Joglosemar Makassar Medan Palembang Surabaya
Humaniora
Bahasa Filsafat Pendidikan Seni Sosbud
Inovasi
Gadget Nature Otomotif
Lyfe
Beauty Book Diary Film Games Healthy Hobby Home Humor Love Music Parenting Worklife
Money
Entrepreneur Financial
New World
Artificial intelligence Cryptocurrency Metaverse NFT
Olahraga
Atletik Balap Bola Raket
Ruang Kelas
Ilmu Alam & Tekno Ilmu Sosbud
Travel Story
Foodie Trip
Video
Vox Pop
Hukum Kebijakan Politik
Lagi Rame!
Efisiensi (Anggaran) Sejak dalam Pikiran
Jangan #KaburAjaDulu Please...
Kisah Pilu Pementasan Teater di Bandung Barat
Imbauan untuk Kompasianer Ganti Password Akunmu
Danantara dan Sovereign Wealth Fund
Danantara, Mengejar Solusi atau Ambisi?
Kamu pasti suka!
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Lontong Singkong Buatan Biyung Misinah (Jajanan Tradisional)

2 Oktober 2023   21:30 Diperbarui: 3 Oktober 2023   07:14 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lontong Singkongnya Biyung Misinah (Dokpri)
Lontong Singkongnya Biyung Misinah (Dokpri)
Lontong Singkongnya Biyung Misinah (Dokpri)
Pasah manual
Lontong yang sudah diiris tipis
Proses hasil padahan lontong (Dokpri)
Rajangan lontong menjadi keripik (Dokpri)
Lontong Singkong (Dokpri)
Lontong singkong gurih (Dokpri)
Sale Pisang madu (Dokpri)
Sepotong nangka (Dokpri)
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh. 

Shalom, om swastyastu, namo buddhaya, wei de dong tian. 

Salam sejahtera bagi kita semua, salam kebajikan. 

Rahayu rahayu rahayu. 

Senin, 02 Oktober 2023 pukul 15:57 WIB. 

Ku mulai mengencani kompasiana. 

Sore ini langit tampak mendung.

Induk ayam mengerami anak-anaknya. 

Ayam jago bertengger kluruk merdu suaranya. 

Jendela kamar ku buka. 

Dedaunan tampak layu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
TAG

puisi

desa

seni

humaniora

sastra

filsafat

ilmusosbud

indonesia

ilmu sosbud

agama

ilmusosbudagama

islam

ilmu sosbud agama

lyfe

diary
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Batalkan Laporkan
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.
Pelajari selanjutnya.