Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Tiang Bambu Penyangga Kabel Listrik yang Roboh

12 Juli 2023   21:43 Diperbarui: 12 Juli 2023   21:51 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hahaha, alhamdulillah Rabu 12 Juli 2023 pukul 17:48 WIB baru bisa buka kompasiana, tapi pas kumandang adzan maghrib, jadi nanti saja latihan menulisnya. Hahaha.

Alhamdulillah pukul 19:35 WIB, semua sudah terlaksana, buka puasa tadi dengan lauk sayur daun labu jipang, tongkol sama sayur buntel (daun lumbu alias talas keladi/kaladium) lalapan tomat segar organik, baru petik dari pohonnya, usai makan cuci piring kemudian gosok gigi, wudhu dan sholat maghrib, tadarus selesai kumandang adzan isya' sholat terus bikin minum sama nyemil terus ini lanjut latihan menulis alhamdulillah. 

Semalam aku jemput pakde Slamet Zainuddin di Desa Branti Jurang Agung, kemarin aku berangkat sekitar jam delapan malam, naik motor butut Honda Prima mana lampunya bluret sampai diujung desa masuk tengaj hutan jalan sudah terlihat samar-samar. Tapi alhamdulillah jalan menanjak terus jadi gas kencang dan lampu menyala lumayan terang. Aku jemput pakde Slamet di rumah paklik Halimi, sampai disana ngobrol sejenak sambil minum teh, paklik Halimi sedang pergi menjemput istrinya mboklik Sopiyah, aku berdua dengan pakde Slamet, tak lama ada tamu kerabatnya paklik Halimi datang dan ngobrol cukup lama, aku ngantuk dan Ku tinggal tidur saja di ruang tamu, mereka ngobrol berdua, baru saja terpejam paklik Halimi pulang bersama istrinya, aku bangun cium tangannya dan ku teruskan tidur lagi. Mereka masih ngobrol panjang lebar, mata ku sudah tak sanggup untuk ikut begadang, soalnya semenjak pandemi sudah biasa aku tidur awal waktu malam, kadang jam delapan sudah tidur, paling malam jika seperti malam ini ada kebutuhan menulis bisa begadang sampai jam sebelas. Kalau dulu habits ku malah ngalong alias nocturnal, hahaha. Sekarang lebih asyik tidur gasik alias awal dan bangun gasik alias lebih awal pula, dulu aku berfikir tidur larut malam itu keren ternyata bangun pagi itu jauh lebih asyik dan lebih keren.

Aku dibangunkan pakde Slamet sekitar jam sebelas lebih, beliau sudah mengajak pulang, aku bangun dan bergegas berwudhu, udara malam dan airnya dingin banget, padahal ketinggian Desa Branti Jurang Agung tidak terpaut jauh dari kampung ku Wadas, tapi udaranya sudah berbeda. Aku dipinjami jaket punya pakde untuk aku kenakan, bergegas kami pulang dan sampai dirumah sekitar jam setengah dua belas, motor aku serahkan pakde dan aku bergegas pulang, masuk kamar dan sholat witir sejenak, terus rebahan, tak lama malah kebelet pipis, ke kakus pipis nyentuh air dingin banget, wudhu lagi lihat jam sekitar jam dua belas lebih dan aku beranjak tidur. Sekitar dua jam aku tidur, terus bangun sekitar jam setengah tiga, bergegas ambil air wudhu dan sholat malam aku isi dengan sholawat jibril, sampai jam empat aku sahur sejenak, toa sudah ramai berkumandang tartil, bersih-bersih dan gogos gigi sejenak, sembari menunggu subuh aku scrolling hape. Alhamdulillah sampai dengan waktu subuh-Nya, suara muadzin begitu merdu ditelinga, usai adzan diisi dengan puji-pujian. Sembari mendengarkan pujian aku upload video di YouTube. Iqomah dan hape aku segera aku letak kan dan bergegas pergi ke mushola.

Usai sholat subuh ikut wirid bersama imam dan aku pulang sekitar jam 05:05 WIB, Biasa diteras mushola beresin sandal jamaah yang berserakan. Pulang dan pagi ini langsung aku berkemas ke gubuk, aku persiapkan ransel dengan isi linggis, golok, gergaji dan sabit, tak lupa buku dan kape aku tenteng. Ku persiapkan semua perkakas karena dari kemarin sudah aku rencanakan untuk menebang bambu untuk mengganti tiang kabel listrik yang roboh. Aku jalan masih gelap, langit masih dihiasi bintang dan bulan sabit yang cantik, hampir sampai di mushola keramat ketemu dua simbok-simbok kami saling sapa dan aku terus berjalan, sampai di mushola keramat masih ada lima jamaah sedang dzikir pagi, aku masuk keteras mushola dan aku rapihkan sandal yang berserakan. Kemudian langsung masuk ke rumah Simbah, beliau biasa sedang duduk disinggasananya sambil udud alias merokok lintingan, baunya khas ambeg tidak enak dan menyebar diseluruh sudut ruangan, pun asapnya tebal mengepul. Aku samperi Simbah dan ku cium tangannya, langsung aku menuju tipi sembari menjauh dari kepulan Asap yang penuh nekotin itu, aku nyalakan tipi biasa TVRI Serambi Islami, tapi pagi tadi acaranya siaran ulang, tema persatuan dan kesatuan negara. Tak lama simbah selesai ududnya dan dia mendekat dengan tipi juga, duduk disebelah ku, karena acara tayangan ulang, aku enggan menontonnya, aku beranjak pamit dengan Simbah dan bergegas jalan menuju gubuk. 

Belum ada jam setengah enam aku jalan sembari menikmati nuansa pagi yang asri. Sesampainya dijalan setapak aku menyalakan kamera hape dan mencoba merkam indahnya pagi, bulan sabit disandingi bintang tepat diatas kepala ku, dan dilangit timur terhiasi semburat sinar surya yang sangat mempesona. Tapi semesta tidak mendukung untuk aku dokumentasi, hapi mati sebelum berhasit tersimpan, ya gimana lagi, memang waktunya untuk menikmati dengan mata, rasa dan karsa, pagi tadi bukan untuk di dokumentasi dengan kamera, tapi dokumentasi langsung oleh mata dan tersimpan dimemori otak dan kutuangkan sedikit dalam bentuk tulisan ini. Alhamdulillah. Sambil terus jalan dan mendengarkan kuliah subuh pembicaranya pak Kyai Imam Marzuki, membahas terkait menghormati, mengasihi dan menyayangi orang fakir-miskin, yakni merasakannya dengan berpuasa, mengasihi dan menyayangi dengan sedekah, menjalani hidup sederhana didunia namun kaya di kehidupan akhirat. Barokalloh. Tapi era sekarang sangat susah menemukan orang yang benar-benar fakir dan orang yang benar-benar miskin. Kadang terlihat fakir-miskin tapi ternyata kaya raya, tapi juga ada yang terlihat kaya raya tapi ternyata hutangnya menumpuk bahkan seluruh harta yang dimiliki tidak mencukupi untuk menutup hutangnya, demi gaya tapi malah sengsara. Tapi ada yang bangunan rumahnya sangat sederhana bangunan papan kayu tapi nuansa harmonis tertuang ditengah kehidupannya dan iklim bahagia menyertainya. Alloh SWT yang maha mengetahui segala yang tersembunyi. Barokalloh. 

Suasana pagi yang begitu indah, kerlap-kerlip embun diujung dedaunan menambah nuansa kampung ini semakin asri, dingin kaki yang bersentuhan menebas embun direrumputan. Udara pun berkabut dingin menerpa badan, dan lajun kaki ku semakin cepat karena kebelet pipis, maklum pagi disini dingin, langsung aku ke camouan sungai, biasa perkakas bawaan aku letakkan diatas batu, dan aku nyemplung kali, pipis dan kemudian wudhu dan langsung masuk gubuk, ritual sejenak sembari menyalakan radio dan ngecas hape, ganti baju dinas kemudian tadarus, terus aku bakar-bakar Uwuh alias sampah organik sejenak dan langsung ambil golok dan linggis, udara masih berembun aku beranjak ke dapuran Pohon bambu, aku tebang satu batang, aku bersihkan, dan aku potong menjadi dua potong tiang. Aku mulai pikul satu batang untuk mengganti tiang kabel listrik mulai dari yang terjauh terlebih dahulu, jalan kembali mendekati kampung, karena yang roboh patah pangkalnya ada ditimur kampung, sekalian check beberapa tiang yang sudah keropos dan benahi ikatan kabel ditiang yang sudah kendur.

Ditengah pekerjaan pagi ku tadi ada pak tani mbah Muhrom datang dengan motornya parkir di gili parit, beliau ngajak ngobrol sejenak sembari aku membenahi ikatan tali kabel yang lepas. Beliau mau kesawah mengairi padi yang baru saja di beri pupuk. Ngobrol basa-basi lumayan lama, dan beliau beranjak kesawahnya. Ikatan kabel sudah kencang lagi dan aku teruskan jalan menuju tiang yang roboh. Roboh memang karena pangkalnnya yang menancap ke bumi sudah keropos, segera aku ganti, tempat tiang aku pindah, aku membuat lubang baru disisi yang lebih luas, linggis kecil untuk membuat lubang sampai cukup dalam sekitar setengah meter, kemudian kabel aku lepas dari tiang lama dan aku ikat dengan tiang baru. Kemudian aku ulur kabel dan aku tancapkan tiangnya. Alhamdulillah selesai, aku urug lagi, agar tiang semakin kokoh. Sudah beres, tidan bekas aku bawa ke gubuk, ku pikul dan linggis beserta golok aku jinjing. Aku bergegas jalan, dan sampai di turunan dekat gubuk aku benahi yang roboh tapi kondisi bambunya tidak keropos, aku buatkan lubang baru, sembari membuat lubang datang pak tani mbah Muslimin, basa-basi sejenak kemudian dia pulang dengan memikul sebongkok kayu bakar. Lubang telah jadi dan aku tancapkan dengan lebih dalam lagi. Susah tertancap dan sepuluh meter dari titik ini aku mengganti lagi satu tiang bambu, menyiapkan bambu potongan yang satunya tadi, aku membuat lubang lagi ku ikat lagi kabel ketiang baru dan aku dirikan tiang tancapkan kelubang yang sudah aku persiapkan. Alhamdulillah selesai semua urusan tiang bambu penyangga kabel listrik. Bergegas aku jalan ke gubuk, semua perkakas aku cuci bersihkan, sekalian mencuci tangan yang penuh tanah merah melekat, pun kaki ku cuci dari lumpur yang membaur. Bekas tiang bambu aku potong-potong untuk aku jadikan kayu bakar. Alhamdulillah, belum jam delapan seluruh tiang bambu sudah selesai. Kemudian aku lanjutkan mengikat pohon tomat dan menyiraminya. Seluruhnya selesai sekitar pukul delapan, rehat dan aku gunakan membaca buku sampai dengan sekitar jam sembilan. Aku lanjutkan sholat dzuha dan mengkodho sholat lima waktu yang dulu telah aku tinggalkan. Seluruhnya terlaksana dengan baik, dan aku beranjak pulang, mencabut stop kontak radio, hape aku persiapkan, buku-buku dan perkakas aku masuk kan ransel, mengkonci pintu-pintu gubuk dan aku bergegas jalan keatas (kampung), hari tadi sepi, digubuk hanya ketemu mboklik Atim mau cari rumput, dan lik Imbuh mau besik alias bersihin gulma di ladang kopinya. Aku jalan pulang pun sepi, hanya melihat mbah Nasori sedang mendhuli galengan alias mencangkul sawah, sampai jalan besar dan terus jalan, aku lewat selatan dan sampai septic tank komunal yang sudah rusak dan belum juga dibenahi oleh pihak pemdes. Terus berjalan dan sampai rumah, lewat belakang lihat tomat di samping rumah, beberapa tomat sudah memerah, aku petik dua dan aku bawa masuk pawon, terlebih dahulu aku letakkan perkakas di teras belakang dan aku masuk pawon ada Simbok di pawon tapi tidak tahu kedatangan ku, aku letakkan tomat dimeja belakangnya, beliau tidak menyadari kedatangan ku, aku bergegas keluar dari pawon dan masuk kamar ngecas hape, menaruh buku dan keteras belakang leyeh-leyeh, mengeringkan keringat, sembari scrolling hape. Alhamdulillah tak lama dzuhur, aku bergegas mandi dan kemudian sholat dzuhur, nonton TVRI Klik Indonesia Siang sambil tiduran, alhamdulillah langsung tidur dan bangun hampir jam emapt, saking capeknya tidurnya jadi kepulasen, biasanya denger adzan ashar, ini kelewat. Hahaha. Bangun ambil air wudhu dan bergegas sholat ashar, alhamdulillah, buka hape susah hampir maghrib, baru mau latihan menulis sudah adzan maghrib. Langsung ku tinggalkan hape. Hahaha. 

Alhamdulillah, lelah ku hari ini insyaAlloh lillah. Aku sangat menikmati aktifitas ku, terima kasih ya Alloh ya Robbi. Sampaikan salam ku untuk hari esok dan segala yang akan aku temui, salam ku untuk masa depan ku dan Ketetapan Mu akan diri ku pun segala yang terlihat didalam nya sampai dengan waktu mati ku. Barokalloh. Demikian latihan menulis petang ini, sudah pukul 21:41 WIB, tak terasa sudah larut malam, hahaha biasa tidur jam sembilan, jadi jam seini berasa sudah malam banget, ngantuk pula. Hahaha. Matur sembah nuwun. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa selalu bahagia. Barokalloh. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun