Wayayaya, semangat sore, kampung ku gerimis syahdu sore ini. Selasa 27 Juni 2023 pukul 16:10 WIB, aku baru saja sampai rumahnya Simbok ku, Perempuan paling anggun yang aku miliki sepanjang sejarah kehidupan ku. Hahaha.
Pagi tadi masih seperti biasanya usai ritual sholat subuh, dari mushola pulang ke rumah Simbok ku langsung ke kakus kali ini pup jadi agak lama, hahaha. Usai seluruhnya bersih langsung aku nyangking buku dan jalan ke rumah Simbah, sudah agak siang jam setengah enam lebih aku sampai rumah Simbah, didepan ada kerumunan ramai, beberapa sedang masuk ke mobil tetangga depan rumah Simbah, entah apakah ada yang sakit terus mau dibawa ke dokter atau bagaimana, aku tidak begitu memperhatikan, tapi banyak orang tetangga sekitar yang turut mengerumuni berdiri dengan penuh khidmat, hahaha.
Aku tidak berhenti dikerumunan tersebut, aku langsung masuk rumah dan Simbah sedang duduk di singgasananya, kursi tamu yang tadinya di ruang tengah tadi pagi sudah pindah lebih ke belakang, paklik Khodirin yang memindahnya agar ruang tengah luas untuk acara tahlil. Aku tawarkan ke Simbah mau nonton tipi atau tidak, beliau bilang iya dan aku langsung tancapkan settopbox dan nyalakan tipi, kemudian aku naik ke loteng rumah paklik ku buat bil video nuansa pagi dikampung, take video tidak sampai dua menit hape mati, aku turun dan hape aku cas kemudian aku tarik kursi plastik dan duduk disebelah Simbah ku, sembari kami nonton TVRI Serambi Islami sudah di sekmen akhir, membahas persoalan keluarga dan bagaimana menyelesaikannya agar terwujudnya keluarga yang harmonis, agar selaras dengan slogan "rumah ku surga ku" dengan penceramah ustadzah Yati Priyati, setiap rumah tangga pasti ada letupan-letupan kecil masalah, jadikan masalah-masalah kecil yang muncul itu penghangat kemesraan rumah tangga, uraikan dan temukan solusinya dengan cara yang baik dan bijak. Kemudian masuk do'a, pertanda selesainya acara.Â
Sampai dengan jam enam, masuk acara selanjutnya yakni Klik Indonesia Pagi, sajian berita pertama yakni terkait pesawat SAM AIR yang jatuh, dipandu oleh mbak Andin Wijaya dan mbak Natasya Paruntu, mereka sangat anggun nan piawai dalam membawa kan beritanya. Beberapa menit kemudian aku pamit kepada Simbah dan mboklik Rubiati untuk ke gubuk, cium tangan Simbah dan jalan keluar rumah, sembari basa-basi dengan mboklik Ru, sembari jalan diteras rumah.
Lanjut aku jalan melewati lapangan voli, liat matahari segede tampah dengan warna kuning telur yang menggoda, langsung aku nylakan kamera dan ku ambil video, dapat rekaman video beberapa menit (sort video), lumayan untuk ku unggah di YouTube channel Nagari Amerta, dokumentasi untuk ku tontonkan ke anak cucu kelak. Hahaha. Nuansanya sexy banget pagi tadi, matahari terbit dipadu persawahan yang sedang digarap dan dihiasi bunga dengan warna peach yang sedang bermekaran, menambah apik pesona kampung halaman ku. Jalan setapak yang aku jajaki seraya menjadi karpet merah yang exclusive menuju ridho-Nya. Rumput menyambut dengan gemerlip embun disetiap ujung tangkainya. Kabut yang terbawa angin, dingin menyentuh tubuh ku. Jalan tidak sampai dengan gili wangan alias tanggul aliran irigasi sawah, hapepun ngedrop dan take video selesai.Â
Aku terus berjalan dijalan setapak yang itu-itu saja, namun jika aku amati dengan mendetail dan teliti bahwasannya meskipun setiap hari yang aku lakukan sepertinya seperti itu-itu saja namun pada setiap detiknya selalu ada yang berbeda, entah rumput yang mulai tumbuh, bunga yang mulai mekar, katak yang sedang melakukan paduan suara, jangkrik, burung, awan dan langit seluruhnya berubah-ubah. Maha besar Alloh SWT atas kuasa-Nya. Subhanalloh. Sembari berjalan pelan sembari mendengarkan kuliah subuh di masjid yang sudah masuk do'a, lumayan masih bisa meng-aamininya, penceramahnya mbah Kyai Tamyiz Abdullah pagi tadi. Terus jalan, lima menitan kemudian ada siaran kumpulan untuk membahas Haul mbah Waliyulloh Muhammad Ulwan yang diselenggarakan setiap bulan suro/muharam, makam mbah Wali Muhammad Ulwan ada di mushola Punden mushola samping rumah Simbah ku, biasanya Haul disini diisi dengan acara pengajian dengan mengundang Kyai dari berbagai daerah dan tahlil bersama.
Tak lama jalan setapak sudah sampai turunan, suara gemericik air sungai sudah terdengar seraya berbisik dzikir memuja penciptanya. Sembari jalan sembari menahan pipis dan langsung masuk gubuk tercinta, buka pintu dan salam pun bacaan ritual ku yang sudah menjadi tradisi untuk diri sendiri dalam memasuki rumah. Hahahahaha. Langsung cas hape, menyalakan radio RRI Pro1 Semarang, ganti baju petelesan alias baju kedinasan ku disawah, hahaha. Langsung lari ke sungai untuk pipis, betapa leganya hahaha. Liat air sungai yang lagi jernih batin ku "mandi enak ini seger" kemudian aku ambil handuk dan sekalian nyemplung kali, mandi, wudhu dan ambil buku taurus diteras, kemudian aku among geni alias menyalakan tungku, ambil kayu bakar dan merebus air, dan aku tinggal membaca buku sejenak, duduk diteras samping, siaran radio sudah berganti RRI Pro3 Nasional, bertanda waktu sudah menunjukkan pukul tujuh. Sembari terus mendengarkan dan terus membaca buku, tak terasa sorot matahari jatuh tepat di muka ku, ku lihat halaman sudah terang, pagi tadi sangat cerah. Aku tutup buku sejenak dan bergegas mengambil ember untuk menyiram tanaman, dengan urut sejengkal demi sejengkal aku siram sampai seluruhnya tersiram sempurna, cukup melelahkan, bolak-balik mengambil air dengan ember dan membuang air untuk menyiram tanaman. Air sudah aku ambil dan aku buang, ambil lagi, buang lagi, hahaha.
Pelajaran yang aku petik dari ambil air dan aku buang lagi seperti itulah sayogyanya hidup, jadilah seperti ember ini atau siwur mengambil air dari satu tempat untuk disalurkan ketempat lain yang membutuhkan akan manfaat air. Aku berfikir aku akan keren jika aku seperti siwur/ember ini, aku menimba ilmu dari jogja dan dari manapun dan aku sebar dikampung, pun sebaliknya, aku timba ilmu dikampung dan aku kucurkan di Bejana Digital kompasiana (bentuk tulisan yang masih latihan ini), instagram, YouTube. Aku tidak mau hanya menjadi bak penampungan air, aku lebih asyik menjadi siwur alias gayungnya.Â
Selesai menyiram, sembari rehat mengeringkan keringat aku buka buku lagi, tak terasa jam sembilan lebih, aku sholat dzuha sejenak, kemudian aku lanjut ke sawah balong, melihat bijih cabai yang aku semai, sekalian meberinya abu bakaran rumput sebagai pupuk organik dan menyiramnya, ketemu pak tani lik Muhammad yang kemarin dia bawa rabuk kandang lagi buat merabuk pohon kopi diladangnya, kami bercengkrama mesra membahas terkait kopi yang saat ini di kampung ku komoditas rempah kopi ini sedang hype. Aku tawarkan minum, beliau menolak dengan bilang baru saja minum kopi, masih kembung. Ngobrol lumayan lama, dan dia pamit untuk melanjutkan aktifitasnya.
Maghrib, rehat dulu, latihan menulis teruskan nanti. Pukul 17:46 WIB. Sholat maghrib. Alhamdulillah sholat maghrib sudah terlaksana. Tinggal menunggu waktu isya' sembari meneruskan latihan menulis, sembari nonton TVRI Klik Indonesia Petang, dipandu oleh mas Oki Satrial yang gagah dan mbak Happy Goeritman yang anggun dengan nuansa baju kuning yang ceria, mereka sangat piawai dan penuh semangat dalam mandu acara beritanya. TVRI jaya untuk Indonesia emas.
Sampai dengan lik Muhammad pamit, beliau mencari ramban alias daun sengon buat pakan kambing. Kebetulan ada yang sedang menebang kayu terdengar suara senso alias mesin penebang pohon. Beliau langsung pergi ke arah suara senso.