Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Hari Ini Ku Cerita Hari Kemarin

26 Juni 2023   17:33 Diperbarui: 26 Juni 2023   19:43 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hahaha. Angel tenan judule, yo ben hehe. Sore ini Senin 26 Juni 2023 pukul 15:58 WIB, daripada gabut menunggu maghrib aku isi dengan latihan menulis, alhamdulillah tadi selesai latihan meresum buku yang sudah kelar ku baca, bukunya kang Ngainun Naim The Power of Writing, mnyulut api semangat ku untuk menulis. Barokalloh. Terus sholat ashar dan ini duduk diteras belakang rumah Simbok ku tercinta, sembari mendengarkan RRI Pro 1 Semarang.

Hari ini capek latihan menulis, tapi asyik banget. Aku mampu menyelesaikan latihan resume. Alhamdulillah ini pencapaian yang sayogyanya harus aku syukuri. Barokalloh. Sore ini langit nampak mendung, udara lumayan sempribit dingin, hahaha.

Jadi kemarin biasa aku sepulang dari mushola jalan ketempat simbah, Bawa buku-buku kecil dan hape. Sampai ditempat simbah langsung nyalain tipi nonton TVRI Serambi Islami, tema pagi itu tentang surah Fatikhah, kajian kitab hadist Bukhari oleh Kyai Khuza'i, bahwasannya fatikhah menjadi syarat rukun wajib sholat, umumnya di Indonesia dengan mayoritas madzhab syafi'i, tidak sah sholat seseorang tanpa fatikhah. Dan inti atau jantung atau hati dari fatikhah adalah lafad maaliki pada ayat maaliki yaumiddin. Begitu istimewanya surah fatikhah ini sehingga dinobatkan menjadi ummul kitab alias induknya kitab. Barokalloh. Tak lama, beberapa menit saja aku menonton, langsung aku pamit jalan ke gubuk. 

Aku jalan, sampai jalan setaoak tengah sawah sembari mendengarkan kuliah subuh penceramahnya pak Kyai Munajat, membahas terkait ibadah haji, aku mendengarkan sudah di akhir ceramah, sembari aku jalan dan sengaja langkah kaki aku perlambat. Beliau memaparkan bahwasanya seorang yang akan melaksanakan ibadah haji sayogyanya membersihkan diri dari segala hutang-piutang, sekecil apapun hutang harus dilunasi terlebih dahulu sebelum berangkat ibadah haji. Digambarkan oleh pak Kyai Najat semisal mau berangkat haji terus mengadakan pengajian untuk minta restu keberangkatan dan didalam pengajian tersebut ada sesi makan selametan, nah kok berasnya hutang, itu harus dilunasi dulu baru berangkat. Jadi jika mau berangkat haji untuk menyempurnakan rukun Islam sayogyanya harus steril dari urusan hutang, pun steril dzohir batin sehingga mampu tercapai maksud dan tujuan ibadah haji, yakni haji dan hajjah yang mabrur dan marbruroh. Barokalloh.

Ibarat makan, kalau seusai makan terus piring kotor ditumpuk tidak langsung dicuci aku risih akan hal seperti itu, mungkin ya karena kebiasaan ku habis makan ya langsung aku cuci, melakukan hal yang sesepele ini aku butuh belajar lama sampai menjadi habits, alhamdulillah sekarang sudah reflek saja, ada yang kotor ya langsung cuci, biarpun bukan piring kotor bekas sendiri. Sembari mengurangi beban Simbok ku, ben Simbok ku biso nyekel gawean liyo. Hahaha. Aku seneng bersih rapi dan untuk mencapai itu aku harus berani kotor, "kotor untuk membersihkan". 

Lanjut aku jalan turun setapak, kuliah subuh sudah selesai, aku percepatan jalan karena kebelet pipis, aku langsung ke campuan alias pertemuan dua sungai, meletakkan dibatu dari beberapa yang aku bawa, terus langsung nyemplung dan pipis, terus wudhu, terus jalan masuk gubuk, biasa ritual mantra Salam dan surah Al-Ikhlas. Hahaha. Langsung ngecas hape dan nyalain radio RRI, terus baca buku kecil, selesai membaca aku nyiram-nyiram tanduran, ada pohon tomat, ada cukra-cakri, ada cabai, ada rosela, ada sereh, pun pohon baby duren dan anggrek. 

Usai menyiram terus menyapu halaman, terus baca buku lagi, tak lama ada Petani lewat teras depat namanya pak Muhammad beliau menyempatkan berhenti sejenak ngobrol basa-basi sembari memikul keranjang yang penuh rampen alias rabuk kandang, untuk memupuk pohon kopi yang baru di Tanam tahun lalu. Aku tawarkan untuk duduk dulu dan minum, beliau buru-buru karena mau sekalian besik alias mbedoli suket alias matun alias bersihin gulma dibawah pohon kopi. Beliau jalan Menuju ladangnya dan aku pun meneruskan membaca. 

Bosan membaca diteras aku jalan mencari spot yang menarik disungai, aku jalan ke sawah balong, aku duduk di batu cadas tengah sungai, tempaynya asri banget jadi sangat nyaman untuk aktifitas membaca, diiringi merdu gemericik air dan teduh naungan pohon kelapa. Bikin betah, sejam lebih duduk disitu kemudian aku jalan pulang ke gubuk, liat ada yang sedang panen metik kopi, petani muda namanya Ahmad kalau yang awal tadi Muhammad sudah tua kepala 5, nah yang muda ini si Ahmad baru usia kepala 2, biasanya merantau ini tumben banyak dirumah. Aku inisiatif untuk mendokumentasi, aku bergegas jalan ke gubuk, sampai gubuk jam 9an aku sempatkan sholat dzuha dulu, usai sholat dzuha aku ambil hape dan langsung menuju ladangnya Ahmad. 

Sampai di ladangnya Ahmad aku sapa dia dengan teriak, tidak langsung aku hampir, aku keladang bapak ku dulu, nyiram semaian cabai dan melembutkan tanah dari bedeng cangkulan untuk menyemai bibit cabai. Selesai menyiram baru lah aku menghampiri si Ahmad yang sedang asyik memetik kopi, aku salami dia dan jabat tangan, sambil ngobrol sambil dia metik kopi, sembari aku video. Tak lama dia ambil makanan sangu alias bekal dari rumah, minum dan pisang, menawarkan kepada ku sembari duduk di samping pohon jahe emprit dibawah pohon pisang, ngobrol cukup panjang terkait perkopian, alhamdulillahnya di gubuk aku punya dua buku kopi yang satu tentang budidaya dan yang satu tentang proses penyajian, aku tawarkan untuk dia baca "kae ning gubuk ono buku kopi, woco ae dong karo rene ora ketang teko wrong lembar" tak lama obrolan selesai, dia lihat jam dihape dan sudah menunjukkan pukul sebelasan, kemudian aku tinggal pulang ke gubuk. Dia meneruskan memetik kopi sampai. Aku sudah di gubuk sampai adzan dzuhur si Ahmad baru jalan pulang, lewat depan gubuk sembari teriak ngajak aku pulang. 

Aku sholat dzuhur dan cuaca mendung, khawatir datang hujan karena tidak ada payung, usai sholat aku langsung jalan pulang ke rumah Simbok ku. Alhamdulillah tidak jadi hujan, dijalan berpapasan dengan petani muda juga namanya Slamet Muhadisin usia kepala 3, lebih tua dari ku sekitar 2-4 tahunan. Dia baru selesai besik alias membersihkan rumput gulma dari tanamannya, dia menanam jagung. Kami saling menyapa dan sedikit basa-basi. Tak jauh dari situ ketemu petani lagi sedang labuh alias ngeler lerleran alias menggemburkan tanah yang mau ditanami padi proses penggemburan ini disebut ngeler, dilakukan seaudah proses membajak, dilakukan manual dengan alat tradisional untuk meratakan lumpur. Lagi-lagi ini namanya Muhammad, tiga orang namanya hampir sama semua, pertama Muhammad, terus Ahmad, terus ini Muhammad lagi, yang beda cuma Slamet Muhadisin. Pak Muhammad yang sedang ngeler ini juga aku sapa dengan teriakan "leren lik!!! Wis awan, panas mbarang", "mengko ndiseg, nanggung iki, ngerampungke" sahut beliau. Sembari senyum penuh semangat. Pokokmen Nitip sehat wal afiat semuanya.

Aku sembari jalan pulang, hampir sampai rumah Simbok ketemu mboklik Atim jalan pulang dari belanja bumbu di waroeng Simbok ku, beliau menyapa ku dengan tanya "kan ngisor po leh?" (ngisor yaitu gubuk karena tempatnya nang ngisor kampung, ngisor = bawah), aku jawab "iyo mboklik" sambil jalan pulang, sampai di rumah Simbok ku, copot baju karena sumuk alias gerah, keringetan, sembari duduk diteras belakang sembari mulai meresum bukunya kang Ngainun Naim yang baru selesai tadi. Barokalloh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun