Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Gurihnya Keripik Buatan Simbokku

22 Juni 2023   12:30 Diperbarui: 22 Juni 2023   12:33 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Segurih apa sih? Hahahahaha, siang ini Kamis 22 Juni 2023 pukul 11:22 WIB, semua aktifitas ku sudah selesai, dan waktunya aku memulai latihan menulis.

Hari ini aku disibukkan dengan membantu Simbok ku mengurus keripiknya. Keripik yang cukup legend ini di data oleh petugas dari pemerintahan daerah untuk diberi sertifikasi halal. Persyaratan demi persyaratan kami penuhi, dan tugas ku menulis semua yang dipaparkan Simbok ku, dari mulai cara pembuatan, bahan-bahan, bumbu, pengemasan sampai dengan penjualan.

Sebelum membahas keripik, tadi pagi aku naik keloteng, merekam langit dengan semburat cahaya fajar yang merah merona. Biasa sembari mendengarkan kuliah subuh masjid yang cukup santer aku dengar. Lumayan turut ngaji walau dari Loteng, pikir ku ngaji bisa dimana saja. Hahaha. Tadi penceramahnya saya kurang tau siapa, suaranya masih asing ditelinga ku. Adapun point yang di sampaikan adalah soal ibadah yang paling mudah. Yakni ada dua, ibadah yang pertama adalah "diam".

Dimaksudkan dalam diam disini adalah diam tidak banyak bicara, terlebih kala sendiri, didalam diam senantiasa hati diisi dengan sholawat (yang boleh dalam kondisi hadast) maupun dzikir (dalam keadaan menjaga suci, wudhu terjaga). Ketika nyambut gawe alias bekerja pun sentiasa diisi dengan sholawat dan dzikir, entah sambil cari rumput pakan ternak, sambil mencangkul, sambil cari kayu bakar, sambil panen singkong, sambil metik Kelapa dll. 

Pun diam disini juga dapat diartikan mampunya menjaga lisan kala bersama kawan-kawan atau dalam sebuah forum obrolan, membisu ketika diajak ghibah alias ngomong in kejelekan orang lain, bahkan mbudeg alias menutup telinga atau menghindari dari kerumunan tersebut, atau memiliki keberanian untuk menegur kerumunan yang berghibah tersebut. Menjaga lisan dengan hanya bertutur kata yang baik, pun menjaga pendengaran dengan hanya mendengarkan hal-hal yang baik. 

Ibadah yang ringan kedua adalah khulukul ahsan, alias akhlak yang baik, budipakerti yang baik, peril aku yang baik. Ini adalah cerminan hati seseorang, hati yang terpaut dengan Alloh SWT akan senantiasa reflex dalam berperilaku, hati yang jernih akan membentuk pikiran yang jernih yang kemudian akan teraktualisasi dalam bentuk perilaku yang insyaAlloh baik. 

Hati yang jernih yang terus diisi dengan sholawat atau pun dzikir juga akan secara langsung menampakkan pancaran wajah yang berseri-seri nan menyenangkan kala dipandang. Barokalloh. Demikian hasil ngaji ku di loteng mengikuti kuliah subuh tadi pagi. 

Kemudian aku tadarus sejenak, terus baca buku sembari nonton TVRI Klik Indonesia Pagi. Aku lanjut sholat dzuha. Nah, tak lama Simbok ku datang minta bantuan untuk mengisi form dari petugas sertifikasi halal. Keripik Simbok ku ini dulu pas aku masih kuliah aku jajakan di kampus, sembari kuliah sembari jualan keripik. Setiap sabtu sore aku pulang kampung mengambil keripik, minggu sore aku berangkat ke Jogja membawa dua karung keripik. Tak jarang kala Musim hujan di Parakan Temanggung kehujanan, meskipun keripik sudah aku bungkus plastik tetap saja banyak yang mlempem. Ya sampai Jogja terkadang terbuang, kadang sisa sekarung, kadang, setengah karung.

Berjalan lama, dan mulai aku beri label di kemasannya, selain aku bawa ke kampus aku letakkan disetiap loby kelas, pun aku titip-titipkan ke warung-warung burjo, bungkus kecil dengan harga jual seribu perak, Ibu Khoiro Ummatin dosen ku yang sudah ku anggap simbok ku sendiri dia sering menolong ekonomi ku, seminggu sekali pasti memborong keripik yang aku jajakan, untuk snack acara jam'iyahan dirumahnya. 

Packaging mulai aku perhatikan, aku mulai mencoba menitipkan di cafe, dan mencoba untuk menembuai indomaret kala itu. Aku sudah membuat bungkus yang bagus, dengan sablon label nama produk "Simbok Keripik Talas, Gurihnya Bikin Nagih", niat ku mengabadikan nama simbok dan agar Indonesia banget dengan nama itu kearifan lokalnya juga dapat banget. 

Namun kala aku diskusi dengan orangtua, ya, hasilnya nihil, saat aku jelaskan panjangblebar, malah respon orangtua justru melunturkan semangat ku. Wal hasil aku mutung alias berhenti menjajakan keripik itu ke Jogja. Padahal aku sudah punya pasar dan sangat laris kala itu, tapi ya anggap saja sebagai pengalaman hidup, berarti ketetapan Alloh SWT atas rejeki ku bukan disitu, tapi alhamdulillah aku belajar banyak juga dari gagalnya jualan keripik itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun