Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pawon Simbok Ku Yang Hitam Legam

13 Juni 2023   11:38 Diperbarui: 13 Juni 2023   19:51 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hahaha pukul 10:49 WIB, latihan menulis lagi. 13 Juni 2023 menjelang siang, habis sedikit bantu simbok mepe kumbahan gombalan alias jemur cucian pakaian. Wah, cuciane lumayan uakehhh, 2 ember besar kering, aku jemur di loteng.

Simbok ku lagi asyik dengan pawonnya, muleg alias tungku mengepul penuh asap, di pawon yang berantakan, kayu bakar tidak tertata berserakan, lanati nan kotor, Simbok ku duduk di jengkok alias kursi singgasananya sembari mulai me mbakar satu persatu sampah plastik yang sengaja selalu dikumpulkan untuk urub-urub alias among geni alias menjadi bahan pembakaran pertama untuk membakar kayunya. Dengan memegang semprong alias sepotong bambu untuk menyembur alias meniup api supaya lekas mlunthah alias menyala stabil. 

Wajan-wajan sudah siap pada tungkunya, dipenuhi minyak goreng yang terkadang langka keberadaannya. Empat wajan dengan ukuran lumayan besar mulai memanas, ditandai dengan pletikan suara minyak. Wajah sumpringah Simbok ku terpancar ditengah pawonnya yang hitam legam, dua ember pisang mentah yang telah simbok kupas mulai simbok persiapkan, tak lain untuk membuat keripik pisang raja.

Minyak sudah benar-benar panas, Simbok siap menggorengnya, satu per satu pisang simbok pasah alias serut diatas minyak yang mendidih, suara cemeos-cemeos pun nyaring terdengar sampai diloteng, terlebih saat mngguyur bumbu cair asin gurih, suaranya seperti gemericik hujan yang syahdu. Salah satu usaha sambilan Simbok ku disela-sela menjaga warung klontongnya, beliau terkadang sibuk ketika ada pesanan membuat keripik, entah itu keripik pisang atau keripik talas.

Simbok ku sangat menikmati kesibukannya, tidak menghiraukan rasa capeknya yang sesekali mengelap keringat dimukanya. Betapa aku ingin memeluknya dan ku bisikkan kata "liren mbok kesel, ben nyong ae sing goreng". Jawabnya, ahhh, simbok ora kesel le, wis rampung po koe leh mepe gombalan? Yen koe sing goreng le malah geseng kabeh engko" hahaha. Saat aku me minta Simbok untuk rehat, dia tidak mau, saat aku me minta aku yang goreng dia tidak membolehkan karena takut gosong semua. Sembari menanyakan cucian yang sudah selesai aku jemur semua. Simbok ku anggun nan istimewa ditengah pawonnya yang legam. Primadona keripik pisang buatannya, gurihnya bikin nagih!!! Hahaha. 

Simbok ku, oh Simbok ku, I love you, dari tole mu yang 9 bulan lebih beberapa hari dulu yang menyinggahi pertama kali didalam rahim mu yang dimuliakan Alloh SWT. I love you Simbok. I love you. Terima kasih, karena waktu sudah Menunjukkan pukul 11:37 WIB, sebentar lagi dzuhur, aku akhiri. Nitip sehat, semangat dan jangan lupa bahagia. Barokalloh

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun