Hahaha aku ketawa geli melihat diri ku sendiri, aku dilahirkan ditengah keluarga petani, tapi tidak ada yang ahli dalam bidang pertanian tersebut. Bapak ku juga tidak expert terkait pertanian "jarang ngurus sawah" walau yang tertera di KTP status pekerjaan petani. Beliau jarang ke ladang/sawah, karena ladang kami cuma secuil petak hihihi, Bapak ku lebih sering merantau ke Jakarta menjadi buruh bangunan, aku rasa beliau lebih expert dibidang buruh bangunan ketimbang pertanian. Tapi bapak ku juga sedikit bisa menjahit walau tidak menjadi profesi, pun selain tukang batu, beliau juga bisa nukang kayu, hahaha, kalau aku amati bapak ku ini multi talent sebenarnya, suka kerajinan juga, kadang gambar juga, pokoknya bidang kreatif otaknya jalan, tapi ya, tidak tersalurkan dengan baik alias menjadi bakat yang terpendam.Â
Lanjut ke Simbok ku, aku manggil ya simbok karena trend dulu dikampung, panggilan ke ibu ada yang manggilnya Biyung, Simbok, Mbo'e, panggilan ini nge-trand di era 90an kebelakang, sedang generasi 90an-2000an sampai mungkin terakhir 2015an trend-nya manggil mamak, ma'e, ini trand dikampung, nah lebih kesini 2015 sampai newborn ini manggilnya lagi nge-trend ayah dan ibu. Begitulah bagian dari dampak perkembangan peradaban. Tak dipungkiri kalau kelak mungkin 10-20tahun kedepan papah-mamah menjadi trend panggilan orang tua di kampung ini. Hahaha.Â
Malah ngobrol trend sebutan memanggil Orangtua. Lanjut ke Simbok ku tercinta, siapa sih dia? Apa pekerjaannya? Hahaha. Pekerjaan Simbok ku, beliau pejabat, hihihi pejabat rumah tangga. Yang tertera di KTP sih sama dengan Bapak ku, ya, Petani. Petani yang tidak bisa berani, Simbok ku malah tidak pernah ke sawah, beliau alhamdulillah buka warung kelontong kecil-kecilan (jangan bayangin warung kelontong modern), warung kelontong kampung ya ala kadarnya, satu ruangan rumah yg di manfaatkan untuk berjualan, ruang paling depan sekedar buka jendela, jadi kalau jendela di tutup tidak keliatan warung. Hahaha warungnya ala orang jadul, tapi ya alhamdulillah dari mulai buka pertama 1991 bisa bertahan sampai sekarang walau tidak ada kemajuan warung yang signifikan setidaknya mampu menolong kebutuhan dapur tetangga. Ya, lagi-lagi karena didesa ya, banyak yang ngebon bayarnya lama, bisa kadang setahun, jadi pantas saja jika tidak ada kemajuan, muter uangnya kadang susah, hahaha, tapi ya alhamdulillah berkah dari warung ini bisa mencukupi kebutuhan perut kami sekeluarga juga. Barokalloh. I love you Simbok dan Bapak ku, I love you so much,(hug). Aku tidak akan pernah malu memiliki orangtua seperti kalian. Aku bangga dan bersyukur lahir ditengah kalian dan lahir dari rahim Simbok ku, yang senantiasa Alloh SWT rahmatika. Barokalloh. Nama Bapak ku Muhammad Zainal Abidin dan Simbok ku Nasihatun Muhammad.Â
Loh, terus kamu berapa saudara? Mungkin pertanyaan ini akan keluar dari benak pembaca, hihihi. Aku memiliki satu adik Perempuan, adik ku yang sangat hebat, dia multi talent kayak bapaknya, adik ku sempat jualan bouquet, ya sembari menyalurkan bakat kreatifnya, dia juga jualan online hijab. Sekarang adik ku tinggal di Salatiga bersama suaminya, dan sebentar lagi aku menjadi pakde, karena adik ku sudah hamil tua untuk anak pertamanya, aku bakal punya keponakan, hihihi. O, Iya, nama adik ku Ata Rohmatika dan suaminya Shoiful Umam. Semoga adik ku beserta suaminya dan janin di rahimnya senantiasa dirahmati Alloh SWT, diberikan keturunan yang sholih dan sholihah.
Bahhhh, tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 8:06. Sehat selalu untuk seluruh keluarga ku, pun untuk seluruh pembaca senantiasa diberi kesehatan wal afiat oleh Alloh SWT. Aku akhiri tulisan ini, berhubung ini juga minggu pon aku ada rutinitas acara ngaji selapanan di Pondok Pesantren Wasilatul Huda Gemuh Tamangede Pegandon Kendal Jateng Indonesia, hehehe. Ngaji sama abah K.H Muhammad Adib Annas Noer, ngaji saben minggu pon alias selapanan. Kitab yang dikaji Ikhya' Ulumuddin. Baik terima kasih waktu sudah menunjukkan pukul 08:15, sekiranya banyak tulisan ku kurang etis dan kurang baik dalam penggunaan kata, dan banyak salah, perkenankan aku me minta maaf, mohon dimaklum aku yang baru belajar menulis. Semoga kita semua senantiasa dalam berkah dan rahmat Alloh subhanahu wata'ala. Barokalloh.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H