Mohon tunggu...
Amerta Raya
Amerta Raya Mohon Tunggu... Petani - Petani

Catatan Manusia Pelosok Desa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Insecure Pasca Membuat Akun Kompasiana

9 Juni 2023   09:50 Diperbarui: 9 Juni 2023   10:03 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ya, ini pengalaman seru bagi ku kala membuat akun kompasiana ini, betapa tidak, rasa insecure ku keluar kala mengisi data pribadi dikolom-kolom itu. Tetapi ini justru titik serunya bagi seorang aku. Aku yang tidak punya nyali dituntut untuk memiliki nyali, aku yang suka minder, tidak percaya diri dan pemalu dituntut untuk berani tampil, semua itu dengan penuh kejujuran.

Jujur dalam mengisi kolom-kolom data diri, aku mencoba semaksimal mungkin untuk jujur seluruhnya, dari mulai foto profil, yang mana aku dari dulu paling enggan memajang foto diri di media apapun "wong umah aja ndak ada pajang foto". Tapi disini aku mencoba memberanikan diri dan memaksa diri untuk berani menampilkan bentuk diri se asli mungkin, dan ini bukan plagiat seperti yang banyak dipaparkan oleh kang Ngainun Naim didalam bukunya 'The Power of Writing" yang mengatakan banyak plagiasi terjadi dalam tulisan, tak luput karya-karya besar dari title tinggi yakni professor, Doktor dan banyak karya ilmiah lain yang terbukti plagiasi, (ngapuntene kang nyebut Nama Panjenengan lagi di tulisan ini). 

Khawatir terjebak plagiasi, aku dengan tulisan jelek ini terus berusaha untuk jujur dan belajar membuka diri. Kejujuran itu ternyata harus dimulai dari awal, ya, ketika sesuatu apapun yang paling awal dilakukan sudah dengan kejujuran, insyaAlloh aku yakin seterusnya akan terus jujur dalam hal apapun. Bercermin ke Rosululloh Muhammad SAW aja, awal muncul sosok manusia suci tersebut sudah dengan bentuk kejujuran. Rasanya malah keasikan membahas kata "jujur" ini, hihihi, mari lanjut setelah foto profil. 

Yang kedua foto sampul, foto tersebut adalah bagian sudut dari kampung ku, aku take foto dari loteng rumah simbok ku, pagi hari antara jam 05:20 kerang lebihnya jam seitu. Untuk menemukan moment cahaya fajar yang merona. Lagi-lagi ini bentuk kejujuran bahwa ini kamoung ku. Hahaha, terlihat bagus karena dalam foto. Tapi semua itu natural tanpa edit dari tone foto, bahkan itu sekali take dari kamera hape jadul ku. Bener-bener 100% natural. Pun didalam foto aku tetap berusaha benar-benar jujur. 

Aku lanjut untuk memulai mengisi nama, nama Amerta Raya ini, aku sengaja menggunakan nama tempat singgah, nama gubuk ku, ada makna fillosofis buat aku dari penyematan nama itu. Lah jeneng alias nama mu iki sopo? (pasti muncul dibenak para pembaca) hahaha. Nama ku sangat Islami, aku malu dan merasa belum pantas dengan nama ku, karena belum relate antara makna dan sikap perilaku, apalagi makna yang sejatinya diharapkan oleh bapak dan simbok atas nama yang diberikan kepada ku. Jadi atas hal ini aku mohon maaf belum berani menyematkan nama ku. Tapi aku sangat cinta dengan nama ku, aku harus membenahi akhlaq prilaku ku dengan baik dan benar dulu sehingga aku berani menyematkan dan mengemban nama yang sangat indah yang dikasih oleh bapak dan simbok ku tercinta. 

Menulis alamat tempat tinggal aku pun ada rasa insecure, ya aku dari kampung, pelosok desa, sangat jauh dari kabupaten, apalagi kota jauh polll. Nama kampung ku Kampung Ngepeh RT.002 RW.001 Desa Wadas Kec Plantungan Kab Kendal Jateng 51362 Indonesia. Aku tetep harus bangga dengan alamat ku ini, ini kampung dimana aku dilahirkan, kala itu belum ada listrik, listrik masuk sekitar usia ku 3-7 tahun. Tipi masih hitap putih, yang punya tipi masih berapa orang rok (pejabat Desa yang punya tipi), masih pake aki besar sumber energinya. Masa kecil ku seru. Tulisan ini bagian dari bentuk rasa syukur ku atas karunia Alloh yang begitu istimewa. Nanti kapan waktu aku tulisan cerita masa kecil, hahaha. 

Setelah kampung aku isi nih bagian PEKERJAAN, bahhhhhh, di sini semakin insecure, hahaha, bagaimana tidak, aku ini benar-benar pengangguran, aku pilih petani itu aja aku merasa membohongi diri sendiri, karena aku belum bisa mencangkul sawah dan ladang, aku belum bisa megawe alias bajak sawah, aku belum bisa ngelabuhi sawah, eeee kok ngaku-ngaku petani. Aku kalau besik alias ngresiki rumput liar diladang atau cari rumput atau cari kayu masih lumayan bisa, tapi didalam kolom pilihan yang tertera tidak ada pilihan itu, semua pilihannya tidak ada yang relate dengan pekerjaan ku. Dengan berat hati karena sedikit membohongi diri sendiri saya isi pekerjaan dengan kata "Petani", semoga petani Indonesia sejahtera dan makmur, untuk Indonesia maju dari sektor ketahanan pangan. Aamiin, Barokalloh 

Demikian dulu kiranya yang bisa aku suguhgan kepada semua pembaca, mohon maaf banyak ketidak pantasan dalam tulisan ini, tidak bermutu dan tidak bergizi, renyah dan crispy. Lanjut tulisan berikutnya, karena ini hari jumat, aku ngumbah gombalan alias nyuci baju dan bersih-bersih dulu. Semoga ada setitik manfaat untuk kita semua. Sampai jumpa di tulisan yang tidak bermutu selanjutnya hihihi. Barokalloh. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun