Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Hancurkan Konsep Diri Anak Sama Saja Ciptakan Gangguan Kepribadian pada Anak

3 Februari 2016   10:44 Diperbarui: 3 Februari 2016   13:13 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Kekerasan tidak pernah menghasilkan generasi sehat mental"][/caption]

Sejak kecil, si Tulip, sering dipukul ibunya. Kata-kata kasar juga turut menyertai pukulan itu. Kekerasan fisik dan psikis tidak hanya diterima dari ibu, tetapi juga dari saudara laki-lakinya.

Sejarah kekerasan fisik dan psikis bermula dari ayahnya yang kerap memukuli ibunya, lalu ibunya melampiaskan pada anak perempuannya. Pola yang tidak akan berhenti hingga salah satuanggota keluarga meninggalkan rumah, yaitu ayahnya. Namun ternyata ibunya tetap melakukan kekerasan padanya, begitu juga saudara laki-lakinya. Tulip kecil hanya mampu menangis tak berdaya. Tidak ada seorang pun menolong dirinya. Keluarganya menutup rapat dengan berbagai kebohongan. Orang lain memandang keluarga mereka bahagia adanya.

Bertahun-tahun Tulip tumbuh dalam situasi menyedihkan seperti itu. Pukulan fisik mampu ia tahan. Tulip kecil sudah bertumbuh menjadi remaja. Penampilannya menarik, wajah bulat dengan senyum selalu menghiasi wajahnya. Luka pukulan di badan mudah mengering. Tapi siapa sangka, jauh di dalam diri Tulip remaja terdapat lubang luka menganga.

Ya, Tulip remaja didiagnosa psikiater menderita Schizofrenia. Salah satu simptomnya adalah halusinasi auditorik. Ia selalu mendengar suara penghakiman bahwa ia tidak berharga, tidak mampu, bodoh, jelek, dan kata-kata sejenis lainnya. Suara-suara itu membuat ia tidak mampu optimal dalam menempuh pendidikan dan pekerjaan.

Tulip beruntung, ia masih bisa bekerja dan komunitas sekitarnya sangat mendukung kemajuannya. Sejenak ia bisa lepas dari cengkraman ibu dan saudara laki-lakinya. Namun pada saat-saat tertentu, ketika ia berada dalam situasi yang mirip dengan keluarganya, ia kehilangan kendali. Sungguh kasihan nasib Tulip.

Seharusnya Tulip bisa berkembang menjadi pribadi yang jauh lebih baik. Dengan kapasitas intelektualnya, ia mampu lulus pendidikan tinggi yang diminati. Keramahan dan kepolosannya membuatnya bisa bergaul lebih baik lagi. Masa depan Tulip tidaklah secerah anak lainnya. Masa depan yang ia miliki telah terampas oleh ibunya sendiri.

Tulip mulai dewasa. Ia merasa ada sesuatu yang salah dalam dirinya. Ia mulai mencari cara bagaimana ia bisa berubah. Ditemani seorang rekannya, Tulip tekun mengerjakan tugas yang diberikan. Perubahan mulai tampak. Ia mampu melawan suara-suara penghakiman itu. Tulip mampu ikut berkompetisi di tempat kerjanya, sekalipun harus diwarnai adegan tangisan pilu. Hubungan dengan ibunya mulai pulih. Ia mulai mampu berdamai dengan ibunya.

"Aneh ya, Bu, selama saya menginap di rumah, Mama berubah baik. Kita makan bersama, suasana rumah damai. Saya betah di rumah. Terakhir Mama meluk saya, Bu. Pelukan itu yang saya rindukan selama ini". Ahhh.. Tulip, betapa bahagianya saya mendengar hal itu.

---

Menjadi orangtua memang pekerjaan sulit karena tidak ada pembekalan sebelumnya. Namun bukan berarti kita tidak mampu. Bila orangtua merasa diri mereka bermasalah, baik dengan diri sendiri maupun dengan pasangan, sebaiknya segera mawas diri dan mencari pertolongan. Agar anak tidak menjadi korban.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun