Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kleptomania: Tidak Mampu Kendalikan Dorongan Mencuri

19 Agustus 2022   13:01 Diperbarui: 19 Agustus 2022   19:15 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu penelitian dengan MRI dilakukan Grant, Odlaug, dan Wozniak (2007) terhadap 10 penderita kleptomania diperoleh hasil bahwa ada penurunan integritas area white matter microstructural pada area ventral lobus frontal otak. Hasil penelitian itu sejalan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan kaitan antara peningkatan perilaku impulsif (yang disebabkan ketidakberfungsian sistem executive function pada area pre frontal cortex) dengan kleptomania. 

Kelainan biologis lainnya yang diduga berperan mendorong munculnya perilaku mencuri patologis adalah adanya tumor, epilepsi, kerusakan otak (brain injury), retardasi mental, dementia, dan efek dari penggunaan zat terlarang (alkohol, misalnya). 

3. Perspektif Psikodinamika

Dari sudut pandang Psikodinamika, perilaku mencuri kompulsif itu merupakan mekanisme pertahanan dari hubungan yang tiba-tiba hilang, perpisahan dengan sosok berarti secara paksa, atau kehilangan figur yang sangat berarti baginya. Semua peristiwa tersebut terjadi saat masa kanak-kanak. Namun saat itu, orang dewasa beranggapan kalau anak kecil tidak perlu ditanggapi atau diberikan pengertian, karena mereka tidak akan mengerti. 

Anak-anak perempuan yang kehilangan figur ayah, atau sosok maskulin yang sangat bermakna baginya, akan mengambil benda-benda yang mencerminkan maskulinitas, seperti bolpen, pisau, coklat batangan, lipstik, dan sebagainya. 

Sedangkan anak-anak yang mengalami kehilangan mendadak, kurang kasih sayang, dan sentuhan emosional, biasanya lebih menyukai benda-benda yang bernuansa feminim, misalnya sepatu bayi, baju, pernak pernik miniatur manusia, dan berbagai benda 'lembut' lainnya. Tapi kalau benda yang dicuri itu berupa laptop, handphone, cincin emas, itu namanyaaa.... niat! Niat mencuri.. hahahaha.. 

4. Faktor Sosial 

Lingkungan sosial di sekitar individu sejak masih kecil kurang bisa memberikan contoh yang bagus. Model orang dewasa di sekitarnya kurang tepat dalam menangani masalah. 

Saya teringat salah satu klien saya yang ingin sekali keluar dari pondok. Berulang kali dia mengatakan pada orangtuanya untuk dipindahkan. Tapi tidak ditanggapi serius oleh kedua orangtuanya. Suatu kali, anak terlibat masalah pencurian dan kepalanya digundul. 

Barulah orangtua bertanya lebih dalam pada anak. Ternyata anak itu mencuri karena dia ingin membalas teman-temannya. Selama ini barang-barangnya sering hilang karena diambil teman-temannya, dan dia tidak bisa melawan. Muncullah ide untuk melakukan hal yang sama. Dan akhirnya dia tertangkap karena memang dia tidak berniat mencuri. Setelah itu, orangtua setuju untuk memindahkan anak ke tempat lain. 

Pengasuhan orangtua diduga memengaruhi kemunculan perilaku mencuri patologis ini. Cara orangtua yang sangat keras, tidak konsisten, adanya figur pengasuh lain yang berbeda caranya (pengasuhan kakek nenek), serta lebih banyak hukuman dibandingkan pujian merupakan faktor-faktor psikososial yang berperan dalam pertumbuhan pribadi anak. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun