SUATU hari Jenny mengeluh pada sobatnya, Anita, "Pacarku aneh banget deh. Masa dia melarang aku ketemu dengan teman-teman lama. Ke mana pun aku pergi, harus kirim foto ke dia. Kalau dia nggak yakin, kita harus video call. Bukan cuma itu aja. Aku pergi dengan keluargaku juga ditelepon terus menerus. Alasannya sih dia ingin memastikan aku sungguh-sungguh pergi dengan keluarga. Bukan dengan orang lain. Dia juga mengharuskan aku lapor ke dia apa saja kegiatanku seharian. Duh, capek deh, Nit!". Anita hanya bisa mengangkat bahu sambil komentar, "Susah juga ya?"
Apakah Anda pernah menemui orang semacam itu? Pacar yang posesif tidak menyenangkan ya? Mereka tidak mampu mempercayai orang lain, berusaha mengendalikan dan mengontrol hidup pasangannya, serta mempersempit lingkup pergaulan pacarnya. Apakah pacar seperti itu membuat pasangannya bahagia? Pertanyaan lebih lanjut, apakah pacar posesif adalah orang yang sehat mentalnya?
Dalam kehidupan sehari-hari orang yang kurang sehat mental sering kita temui. Dalam skala ringan, mereka masih bisa bergaul, bekerja bahkan menjadi atasan di kantor. Tentu saja orang dengan kesehatan mental terganggu parah harus dirawat di institusi kesehatan. Kesehatan mental penting diperhatikan. Semua orang bisa mempunyai mental yang sehat lho..
Pengertian dan Ciri Orang Sehat Mental
Menurut WHO kesehatan mental sebagai kondisi yang memungkinkan adanya perkembangan optimal baik secara fisik, intelektual dan emosional, sepanjang hal itu sesuai dengan keadaan orang lain. Apa saja ciri orang yang sehat mental? Menurut Maslow dan Mittleman karakteristik orang sehat mental adalah sebagai berikut:
Memiliki rasa aman yang memadai.Â
Rasa aman dalam berinteraksi dengan diri sendiri, orang lain, pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Mereka bisa menjalin relasi dengan siapapun tanpa rasa was-was, curiga atau ketakutan. Mereka juga mampu berelasi dengan siapa saja karena yakin pada dirinya sendiri tanpa dibebani rasa takut pada orang lain. Anda pernah bertemu dengan orang semacam itu? Bagaimana kesan Anda? Ya! Mereka terkesan orang yang santai, nyaman dan percaya diri ketika bergaul dengan siapa saja. Rasanya enak aja ngobrol dengan banyak orang. Oya, apakah Anda juga memiliki ciri ini? Kalau iya, bersyukurlah.. Paling tidak Anda termasuk cukup sehat mental. Lho kok cukup? Ya iyalah, masih ada ciri lainnya. Yukk kita baca ciri kedua.Â
Kontak realita ini mencakup 3 aspek yaitu fisik, sosial dan diri sendiri. Cirinya adalah tidak ada fantasi berlebihan, misalnya seseorang yang menganggap dirinya sebagai nabi lalu ia mengumpulkan pengikut dan membuat kitab suci sendiri; beranggapan bahwa negara sedang dalam kondisi perang sehingga mereka harus berjihad untuk menyelamatkan ajarannya dari tekanan negara; merasa diri orang paling penting sehingga menuntut orang lain menghormati, dan sebagainya.Â
Ciri lain : pandangan realistis terhadap permasalahan kehidupan serta mampu mengatasinya. Sebagian besar orang tidak realistis lho.. Kalau mereka realistis, maka psikolog tidak punya klien.. hehe.. Contoh tidak realistis : marah-marah pada pasangan karena tidak bisa menjadi ibu yang baik seperti ibunya dulu, menuntut istri mampu berperan ganda. Ketika istrinya protes karena disamakan dengan ibu mertuanya, suami menjawab, "Ibuku dulu bisa kok, kenapa kamu tidak?". Hayooo.. siapa yang mengalami? Acungkan tangan!
Individu yang punya kemampuan belajar dari pengalaman akan lebih fleksibel dalam mencari solusi atas masalahnya. Mereka bisa memanfaatkan pengetahuannya dan mempraktikkannya. Misalnya seorang pemuda yang pernah ditipu temannya dalam bisnis.Â