Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

'Me Time' itu Perlu Lho untuk Keseimbangan Hidup

29 September 2016   10:20 Diperbarui: 29 Juni 2017   00:20 436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: prayerfullmum.net

Di sisi lain, manusia dituntut untuk selalu mengembangkan dirinya. Bukan saya lho yang bilang, tapi ilmu psikologi dan agama. Apa ada agama yang bilang, "Nggak usah belajar... Udah puas-puasin aja ama sifatmu sejak bayi." Bahkan di ilmu psikologi pun, dituntut untuk belajar terus menerus. Buktinya ada tahapan perkembangan. Umur sekian harus bisa begini, umur sekian harus bisa begitu. Nah karena ada tuntutan untuk berkembang, rutinitas membuat individu terperangkap dan tidak optimal potensinya (kalau ada yang suka pake istilah talenta ya boleh juga).

Rutinitas mematikan kreativitas, daya juang, dan sel-sel kelabu di kepala (kata Poirot dalam Agatha Christie). Itulah sebabnya manusia perlu bertemu dirinya untuk ngecharge energi psikis lagi. Bukan hanya fisiknya aja yang dikeluarkan dari rutinitas.

Lalu apakah tidak boleh memanjakan diri sendiri? Boleh banget. Justru dengan pengertian me time di atas, diri sendiri mendapatkan tempat dan waktu istimewa untuk dimanjakan. Masalahnya persepsi memanjakan diri sendiri itu yang berbeda-beda. Ada yang mengatakan memanjakan diri itu dengan spa, salon, atau berendam di bak mandi (cause spa terlalu mahal en bath up yang ada adalah kotak sabun. So, kekecilan dong...), ya nggak masalah.

Jebakan pengertian tentang me time yang perlu diwaspadai. Me time bukan aktivitas keluar dari rutinitas untuk melarikan diri. Bukan juga sebagai kegiatan yang lebih menyenangkan daripada siklus kehidupan yang ada. Kalau persepsinya seperti ini, me time bermakna beda.

Kalau me time berfungsi sebagai pelarian dari rutinitas, maka sebenarnya dia tersiksa dan terbeban dengan kehidupannya. Dia tidak nyaman dengan pola hidup rutin yang dia jalani. Sehingga satu-satunya cara untuk 'kabur' dari situasi itu adalah me time. Apa tandanya kalau me time ini pelarian? Rasa bersalah. Ya... Si pelaku me time akan merasa bersalah terhadap anak-anaknya. Dia ngrasa bersenang-senang sendiri, tanpa mengajak mereka. kalau ditanya, bakalan jawab, "Tapi gimana lagi... Aku butuh waktu untuk diriku sendiri... " Konflik khan? Ya jelas, lha wong cara mikirnya nggak pas. Akibatnya meskipun bolak balik me time ya tetap aja.. Pikiran dan badannya nggak fresh.. Tetap aja ruwet bin mumet. 

Trus kalau me time itu adalah sesuatu yang menyenangkan, sampai nggak bisa tidur semaleman kayak mau kencan pertama, dan waktu me time itu ditunggu dengan gelisah, nah itu beda lagi. Di balik antusiasme menyambut me timeeee...." (dengan nada sorak-sorak gembira), sebenarnya yang bersangkutan sedang gundah. Jeda kehidupan di antara 2 me time terasa membosankan dibandingkan dengan me time itu. Kalau me time, dia merasa hidupnya lebih hidup. Serasa ada ruang untuk bernapas... Uff... Legaanyaaa...

Jadi, teman-teman yang baik hatinya (mulai terpengaruh nih), apapun aktivitas waktu me time itu terserah pada orangnya. Mau baca musik, ndengerin buku.. eh kebalik... Mau senam sambil pake kebaya kek, mau baca novel (pinjeman) kek, mau duduk sendirian di genteng kek, terserah.. Cuman tolong pikirkan konsekuensinya yaa.. Apalagi me time-nya nongkrong di pohon sawo.. Ihhh...

Apapun aktivitas me time-nya, yang penting pemaknaannya kudu pas agar hasilnya lebih maksimal. Apa tandanya kalau me time yang kita lakukan berhasil? Ya, paling tidak ada beberapa hal berikut ini:

  • Terjadi perubahan cara berpikir, terutama dalam memandang persoalan-persoalan hidup yang saat itu sedang membelit. Punya pemahaman baru lebih baik yang dapat membantu keluar dari permasalahan,
  • Terjadi perubahan nada emosi. Kalau tadinya nada emosinya bernada G (galak/galau/geram/gundah/dst) melulu, maka sekarang pindah ke nada dasar C (ceria/cemangat *mekso.com),
  • Lebih nyaman dengan diri sendiri dan 'berenergi',
  • Tubuh lebih bugar,
  • Bersyukur (ini yang paling penting) dan pengalaman spiritual lebih baik,
  • Realistis terhadap kehidupan.

Kapan me time dilakukan? Tidak ada batasan yang jelas. Tiap orang punya kebutuhannya masing-masing. Bisa juga setiap hari, digabungkan dengan saat-saat beribadah, bisa juga seminggu sekali. Begitu juga dengan durasi me time. Ada yang butuh cuman 5 menit per hari, 1 jam, atau bahkan seharian. Kalau sebulan, itu namanya kaburrr... 

Okay, segini dulu. Semoga Anda bisa segera me time setelah baca tulisan ini....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun