Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Mengapa Resolusi Tahun Baru Gagal?

31 Desember 2015   01:16 Diperbarui: 28 Desember 2016   15:06 1386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tawar-menawar dengan diri sendiri karena resolusinya bukan hal penting
Tawar-menawar dengan diri sendiri karena resolusinya bukan hal penting
3. Jumlah resolusinya terlalu banyak. Ini pendapat dari bu Ariyani Na, bukan saya lho...hehe.. Ya, saya sepakat dengan hal itu. Terdorong semangat perubahan yang menggebu-gebu, dibuatlah daftar perubahan yang ingin dilakukan. Tidak tanggung-tanggung, ada 50 hal yang ditulis! Itu resolusi atau daftar belanjaan yaa...hehe... Daftar panjang mencerminkan ketidakmampuan mengukur kemampuan diri. Bingung ya? Kalau orang tahu mengukur dirinya, maka dia tahu seberapa banyak perubahan yang sangggup dilakukan. Lalu berapa yang ideal? Satu pun tidak masalah kalalu memang hal itu sangat penting untuk dilakukan, misalnya : tidak mau lagi melakukan proskrastinasi (menunda-nunda) atau berhenti merokok atau komitmen menabung sekian rupiah tiap bulan.

Banyak banget... Resolusi atau dalam misi penyelamatan dunia?
Banyak banget... Resolusi atau dalam misi penyelamatan dunia?
4. Mengijinkan pikiran berkeliaran mencari alasan. Kalau dibiarkan, pikiran akan menemukan satu alasan untuk tidak melakukan resolusi. Selanjutnya satu alasan itu akan mengajak "teman-temannya" bergabung. Contoh : ingin menurunkan berat badan, tapi diundang halal bihalal dalam rangka tahun baru. Mau tetap diet? Pasti tidak. Alasan yang muncul bisa ditebak. "Cuman sekali ini aja, besok aku sungguh diet'. Besoknya ada diskon di kantin kantor. Lalu lusanya ada kiriman makanan dari teman. "Rejeki nggak boleh ditolak toh?'. Itulah'temannya' alasan pertama..

Terlalu peduli pada hasutan orang lain
Terlalu peduli pada hasutan orang lain
5. Resolusi itu tanpa langkah konkrit. Hanya sekumpulan daftar tanpa tindakan, tidak heran kalau tidak terlaksana. Resolusi sedikit berbeda dari impian. Biasanya dalam pertemuan network marketing, kita diminta membuat impian sebanyak-banyaknya, bahkan kadang sampai 100 impian. Sekalipun sudah bergabung dengan network marketing, orang masih mempunyai kebiasaan membuat daftar impian. Nah, setelah daftar itu jadi, lalu apa? Disinilah diperlukan tahapan lebih detail. Kalau ingin berhenti merokok, buat strateginya dalam jangka pendek, menengah dan akhirnya total berhenti.

Kata kunci untuk menangkal kelima hal di atas : Tekad sekuat baja!

Terakhir, semoga tahun 2016 jauh lebih baik untuk kita semua.

 

Sidoarjo, 31 Desember 2015. 00.52. 

Sumber Gambar :

Gambar 1 Tahun yang datang dan pergi

Gambar 2 Akibat tidak realistis

Gambar 3 Kebanyakan resolusi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun