Mohon tunggu...
Naftalia Kusumawardhani
Naftalia Kusumawardhani Mohon Tunggu... Psikolog - Psikolog Klinis (Remaja dan Dewasa)

Psikolog Klinis dengan kekhususan penanganan kasus-kasus neurosa pada remaja, dewasa, dan keluarga. Praktek di RS Mitra Keluarga Waru. Senang menulis sejak masih SMP dulu hingga saat ini, dan sedang mencoba menjadi penulis artikel dan buku.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banggalah Menjadi Ibu Rumah Tangga!

24 Agustus 2015   13:21 Diperbarui: 24 Agustus 2015   13:21 2525
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang ibu konsultasi ke saya tentang anaknya, masih SD, laki-laki, yang katanya nakal banget. Udah nakal, pake banget lagi. Dengan berurai air mata, si ibu menceritakan kenakalan anaknya. Hmmm.. kasihan juga sih ibu ini. Masih kecil begitu sudah "menguasai" orangtuanya. Tapi bagaimana pun juga, kalau ada anak kecil tidak bisa dikendalikan perilakunya, sudah pasti kesalahan terletak pada orangtua. Pasti.

Dalam proses konseling, saya tahu kalau ibu ini tidak bekerja. "Saya hanya di rumah, Bu. Ibu rumah tangga biasa", katanya. Wow! Ini menarik. Ibu rumah tangga itu bukan 'hanya', tapi profesi yang luar biasa! Mungkin dia tidak tahu apa yang dia katakan..hehe.. Saya tanyakan kegiatan sehari-hari anak dan ibunya. Sangat monoton. Rutin. Bangun pagi-sekolah-pulang-makan-tidur-main-belajar-nonton TV-tidur-bangun pagi. Setiap hari. Saya saja yang nulis kegiatan itu dalam laporan rekam psikologisnya merasa jenuh kok, apalagi yang menjalaninya. Sedangkan kegiatan ibunya tidak kalah mengenaskan. Bedanya, si ibu masih punya waktu luang ketika anaknya sekolah, main, nonton dan belajar.

Kasus semacam itu tidak terjadi sekali saja, tetapi sudah beberapa kali. Ketika saya tanya pada mereka, para ibu rumah tangga itu, apa yang sudah mereka lakukan untuk mendidik anak-anaknya?

Ini beberapa jawabannya :

  • Menasihati
  • Menyuruhnya mengembalikan mainan setelah bermain
  • Mengajak cerita
  • Melarang anaknya melakukan kegiatan berbahaya
  • Mengerjakan tugas anaknya bila tidak bisa
  • Menyuruh beribadah
  • Dan sebagainya.

Merancang Tujuan Pendidikan Anak dalam Keluarga

Jarang sekali ada ibu rumah tangga yang sengaja merancang pendidikan anaknya. Bukan pendidikan akademik, tapi pendidikan karakter. Hampir tidak pernah saya temui ada ibu yang punya daftar kegiatan bertujuan. Padahal pendidikan karakter anak itu sangat penting. Mendidik anak tidak bisa dilakukan sambil lalu saja.

Oleh karena itu, saya ingin berbagi ide di sini berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki.

  1. Milikilah persepsi yang benar. Banggalah menjadi ibu rumah tangga. Bukan 'hanya' ibu rumah tangga. Tapi bangunlah kesadaran hendak menjadi ibu rumah tangga yang bagaimanakah Anda?
  2. Buatlah tujuan pendidikan karakter anak dalam keluarga. Nilai-nilai moral apa saja yang Anda inginkan untuk dimiliki anak-anak? Apakah saat ini cara Anda sudah bisa menjamin bahwa karakter itu akan muncul dalam diri anak?
  3. Setelah itu, rancanglah kegiatan-bertujuan yang disesuaikan dengan nilai-nilai moral yang sudah direncanakan.
  4. Komunikasikan pada seluruh anggota keluarga tentang rencana Anda sehingga mereka tahu apa yang diharapkan.
  5. Libatkan seluruh anggota keluarga dalam rencana itu.
  6. Proyek itu haruslah punya batas waktu. Kalau tidak ada batasannya, lambat laun para anggota keluarga akan bosan dan jenuh. Setelah batas waktunya habis, ganti dengan rencana lain.

Bila seorang ibu rumah tangga melakukan ini, maka dia tidak akan merasa jenuh dan 'hilang akal' dalam mengatasi perilaku anak-anaknya. Hari-harinya akan penuh kegiatan, penuh semangat dan antusiasme yang menular pada anggota lainnya. Kejenuhan mungkin akan muncul, tapi ada caranya untuk menghilangkan.

Komponen Karakter yang Bisa Dikembangkan pada Anak

Secara umum, komponen karakter terdiri dari 3 hal (Thomas Lickona) yaitu :

  1. Punya pengetahuan moral. Anak tahu mana perilaku yang benar dan salah serta alasannya
  2. Punya perasaan moral. Anak merasa senang melakukan tindakan kebaikan
  3. Punya perilaku moral. Anak senantiasa ingin berbuat baik di mana pun, dengan siapa pun

      (Saya akan bahas detail tentang komponen karakter ini pada artikel terpisah)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun