Apa itu Kesadaran Sosial (Social Awareness)???
Kesadaran sosial didefinisikan oleh Kolaboratif untuk Akademik, Sosial, dan Pembelajaran Emosional (CASEL) sebagai, "kemampuan untuk mengambil perspektif (gambaran/pandangan) dan berempati dengan orang lain, termasuk mereka yang berasal dari berbagai latar belakang dan budaya. Kemampuan ini bertujuan untuk memahami norma-norma sosial dan etika untuk perilaku dan untuk mengenali sumber daya dan dukungan keluarga, sekolah, dan masyarakat".
 Rasa kesadaran sosial yang berkembang dengan baik maka memungkinkan interaksi yang sukses dengan orang lain berdasarkan reaksi dan modifikasi (perubahan) yang terjadi selama interaksi berlangsung.
Terdapat beberapa keterampilan pada seorang Anak Usia Dini termasuk juga berlaku pada siswa yang terkait dengan Kesadaran Sosial menurut CASEL, yaitu :
1.Perspective-Taking (Pengambilan Perspektif)
"Melibatkan kemampuan untuk melihat dan memahami situasi atau konsep dari sudut pandang alternatif".
 Perspective-taking merupakan satu kesatuan dari empati, yang mana memiliki makna hampir sama dengan empati. Menurut Galinsky & Ku yang mendefinisikan perspective-taking sebagai "putting oneself in the shoes of another" atau menempatkan diri sendiri ke
dalam posisi orang lain. Artinya, Seseorang dikatakan memiliki perspective-taking
apabila dia dapat benar-benar mengerti apa yang terjadi pada orang lain (Taufik, dalam bukunya yang berjudul "Empati Pendekatan Psikologi Sosial"). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perspective-taking adalah memahami pikiran dan perasaan orang lain dengan menggunakan
perspektif orang lain itu (memposisikan diri pada keadaan orang lain).
Tahapan Perspective-taking
Menurut Robert Selman dalam Rodrigues, terdapat enam tahap pengembangan perspective-
taking pada anak, yaitu :
*Undiferentiated perspective-taking (usia 3-6 tahun).
Anak perlahan mulai mengetahui bahwa antara dirinya dan orang lain memiliki perasaan dan pikiran yang berbeda, namun si anak belum memiliki perasaan dan pikiran yang konsisten (tetap, tidak berubah-ubah).
*Undiferentiated perspective-taking
Seseorang memiliki perspektif moral yang berbeda dengan perspektif moral pada umumnya untuk menilai sebuah subjek, karena individu masih dibingungkan antara perspektifnya dengan realita yang terjadi.
*Social-information perspective-taking (usia 5-9 tahun).
Pada tahap ini anak-anak sudah memahami bahwa perbedaan pandangan bisa saja terjadi karena orang-orang memiliki akses untuk informasi yang berbeda.
*Self-reflective perspective-taking (usia 7-12 tahun).
Anak-anak dapat melangkah ke dalam diri orang lain dan dapat memandang pikiran, perasaan, serta perilaku mereka sendiri dari perspektif orang lain.
*Third-party perspective-taking (usia 10-15 tahun).
Anak-anak dapat melangkah keluar dari situasi personal dan membayangkan bagaimana diri sendiri dan orang lain dipandang dari pandangan pihak ketiga (pihak yang netral).
*Societal perspective-taking (usia 14 tahun-dewasa).
Individu-individu memahami bahwa perspective-taking pihak ketiga tidak dapat dipengaruhi oleh satu atau lebih nilai-sosial yang lebih besar.
2.Empathy (Empati)
"Kemampuan untuk memahami dan berbagi perasaan orang lain". sama bukan?pada penjelasan sebelumnya yang membahas tentang perspective taking, yang intinya sama yaitu menempatkan diri kita diposisi orang lain. Pada dasarnya empati itu berbeda dengan simpati, jika empati berakhir dengan tindakan, maka simpati berakhir dengan rasa atau perasaan. Contoh kegiatan yang dapat menumbuhkan rasa emopati yaiti Bermain Peran, karena pada permainan ini semua jenis karakter bisa mereka lakukan sesuai keinginan. disitulah anak akan belajar untuk memahami bagiaman menjadi orang lain dan merasakan yg dirasakanorang lain, terutama teman-teman sebaya atau yang terlibat pada permainan tersebut.
3.Appreciating Diversity (Menghargai keragaman)
"Anak harus belajar nilai dalam mengakui bahwa setiap orang memiliki keunikan masing-masing dalam ras, keyakinan, jenis kelamin, orientasi seksual, atau kepercayaan dengan menolak adanya perdebatan. Cara mengajarkan keragaman pada anak yaitu sejak dini sudah diperkenalkan dengan perbedaan seperti cara berkomunikasi yang baik dengan teman sebaya meskipun berbeda agama, sikap saling menghormati, menghargai, dan mencintai. Jadi, sebagai orang tua jangan langsung melarang anak untuk berteman dengan anak yang berbeda suku, agama, dan ras
4.Respect For Other (Menghormati orang lain)
Anak diminta untuk memperlakukan satu sama lain dengan kebaikan dan keingintahuan daripada kebencian atau prasangka. Dibiasakan untuk bersikap hormat, patuh, dan sopan santun kepada yang lebih tua, menyanyangi dan mengasihi kepada yang elbih muda.
Seberapa Pentingnya Mengajarkan Kesadaran Sosial Anak?
Sebenarnya Keterampilan kesadaran diri, Manajemen diri, dan Kesadaran Sosial mempunyai hubungan yaitu merupakan komponen penting dalam pembelajaran dan membangun Soial Emosioanl (SEL), keterampilan SEL saling membangun dan harus diajarkan secara gambalang jelas,dan disiplin. Pembelajaran ini seringkali dianggap sebagai bagian dari kurikulum yang jarang diterapkan, padahal keterampilan sosial emosional ini penting bagi anak atau siswa jika menginginkan berhasil di sekolah, pekerjaan, atau lingkungan sosial.
Semoga Bermanfaat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H