Mohon tunggu...
Nafiska Ariyani
Nafiska Ariyani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Bahasa Sastra Arab

Setiap tulisan adalah suara hati, setiap buku adalah dunia baru. Di setiap langkah bidak catur, ada tantangan yang menuntut ketelitian, dan setiap lantunan musik membawa ketenangan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Logika Berpikir: Menyingkap Kekuatan Silogisme, Logisme, dan Falasi dalam Argumentasi

4 Oktober 2024   11:42 Diperbarui: 4 Oktober 2024   12:00 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Logika berpikir adalah hal yang penting dalam kehidupan kita. Meskipun banyak orang menganggapnya rumit, logika sebenarnya ada di setiap keputusan dan argumen yang kita buat setiap hari. Di sini, kita akan membahas tiga bagian utama dari logika berpikir: silogisme, logisme, dan falasi, serta bagaimana mereka mempengaruhi cara kita berpikir.

Apa itu Silogisme?

Silogisme adalah cara berpikir yang menggunakan dua pernyataan (premis) untuk mencapai satu kesimpulan. Misalnya, kita bisa menggunakan contoh berikut: "Semua manusia pasti mati" dan "Semua orang Indonesia adalah manusia." Dari kedua pernyataan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa "Semua orang Indonesia pasti mati" (Weruin, 2017).

Penting untuk diingat bahwa kebenaran silogisme tergantung pada kebenaran pernyataan yang digunakan. Jika salah satu pernyataan tidak benar, kesimpulan yang diambil juga bisa salah. Dalam hukum, silogisme sering digunakan untuk membantu menarik keputusan berdasarkan aturan umum (Achadah & Fadil, 2020).

Logisme: Jembatan Menuju Pemahaman

Logisme adalah penerapan logika dalam penalaran hukum dan ilmiah. Ada dua cara berpikir yang sering digunakan, yaitu induktif dan deduktif. Penalaran deduktif bergerak dari pernyataan umum ke kesimpulan khusus, sedangkan penalaran induktif mencoba menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan (Imron, 2006).

Logika membantu kita menyusun argumen dengan cara yang teratur dan rasional. Ini sangat penting di dunia hukum, di mana setiap keputusan harus berdasarkan penalaran yang jelas. Misalnya, dalam hukum, kita menggunakan metode IRAC (Issue, Rule, Analysis, Conclusion) untuk menganalisis fakta dan menarik kesimpulan (Imron, 2006).

Falasi: Jebakan dalam Berpikir

Falasi adalah kesalahan logika yang bisa merusak argumen kita. Kesalahan ini sering kali muncul tanpa kita sadari dan bisa mengancam validitas argumen yang kita buat. Dalam penelitian tentang peserta National University Debating Championship 2020, banyak kesalahan logis ditemukan, seperti penggunaan bahasa yang menyesatkan dan kesimpulan yang tidak tepat (Lubis et al., 2023).

Contohnya, jika seorang pembicara menggunakan kata-kata emosional seperti "memalukan" untuk mendukung argumennya, ia sebenarnya menggunakan trik yang tidak mendukung logika. Ini menunjukkan betapa pentingnya untuk waspada terhadap falasi saat membangun argumen (Lubis et al., 2023).

Menyambungkan Logika dan Filsafat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun