Desa Gunungsari di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, terletak di ketinggian 1000 mdpl dengan suhu rata-rata 18-25°C. Warga Dusun Brau mengandalkan budidaya sapi perah sebagai sumber utama penghasilan. Di Desa Gunungsari, populasi sapi perah mencapai 800 ekor dari total 3.684 di Kecamatan Bumiaji pada 2021. Dengan jumlah sapi perah tersebut, Dusun Brau dapat memproduksi susu hingga mencapai 5000 liter per tahunnya.
Selain susu, budidaya sapi perah menghasilkan limbah berupa kotoran sapi yang belum dimanfaatkan oleh mitra. Padahal, kotoran ini memiliki potensi untuk dijadikan kompos cair bernilai. Tanpa pengolahan, kotoran tersebut dapat mencemari lingkungan dan berpotensi menyebabkan penyakit. Peternakan di desa mitra secara rutin mengeluarkan limbah feses dan urin dalam jumlah besar, mengandung gas metana yang berkontribusi pada polusi dan pemanasan global. Hewan ternak, termasuk sapi, menyumbang sekitar 14% emisi gas rumah kaca, menjadikan fokus penting dalam mengatasi pemanasan global. Meskipun metana terurai lebih cepat daripada karbon dioksida, dampak pemanasannya lebih kuat. Fakta menarik dari Ucdavis.edu: sapi bertanggung jawab atas sekitar 40% emisi metana global.
Tim Pengusul dari Jurusan Kimia UNESA mengidentifikasi permasalahan utama Dusun Brau Batu, yaitu limbah kotoran ternak berlebih, pencemaran air sungai oleh limbah ternak, minimnya penggunaan kompos organik, dan rendahnya pemahaman mitra tentang pengolahan limbah ternak. Tim telah mengatur prioritas penyelesaian yang akan diatasi melalui program PKM-DBU Tahun 2023 Â seperti pelatihan pembuatan kompos cair dari limbah ternak, pengujian kualitas kompos cair sesuai standar SNI 4958:2015, serta pendampingan dan evaluasi hasil kegiatan pembuatan pupuk cair.
Program ini bertujuan mengatasi masalah pengelolaan limbah ternak di Koperasi Margo Makmur Mandiri Dusun Brau Desa Gunungsari. Keberhasilan program diharapkan akan mendukung pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), terutama dalam memperluas peran dosen di luar kampus (IKU 2 dan 3) serta menyelesaikan permasalahan desa mitra (IKU 5) melalui Program Pemberdayaan masyarakat ini.
Selain mengubah limbah peternakan menjadi pupuk cair yang bernilai ekonomi, pupuk cair dari limbah peternakan sapi memiliki manfaat beragam. Terbuat dari bahan-bahan organik, pupuk cair organik ini bermanfaat dalam menjaga kesuburan tanah, meningkatkan produksi pertanian baik secara kualitas maupun kuantitas, serta mengurangi pencemaran lingkungan dan meningkatkan kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk cair organik ini juga mampu mengatasi defisiensi hara dan menambah jenis hara pada tanaman. Dikutip dari disnakkeswan.ntbprov, pupuk cair organik yang berasal dari kotoran hewan mudah diserap oleh tanaman dan lebih efektif dalam mendorong pertumbuhan tanaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H