Tengger, yang tinggal di lereng Gunung Bromo, memiliki kehidupan yang sangat terkait dengan alam dan tradisi. Mereka hidup sebagai petani, bercocok tanam di kebun, ladang, dan lahan pertanian di lereng pegunungan Bromo-Semeru. Selain itu, mereka juga menjaga tradisi dan budaya yang kaya, seperti upacara-upacara adat seperti Upacara Kapat, Upacara Kawulu, Upacara Kasanga, dan Upacara Kasada. Tradisi ini merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari masyarakat Tengger dan menjadi warisan budaya yang dilestarikan secara turun-temurun.Â
SukuSelain mata pencaharian sebagai petani, masyarakat Tengger juga membuat berbagai kerajinan tangan dari bunga edelweiss, yang merupakan produk sampingan dari kegiatan pertanian mereka. Misalnya, mereka membuat tas kantor dari bunga edelweiss, yang membantu mendukung kehidupan mereka sebagai petani dan masyarakat lokal. Produk-produk ini juga menjadi bagian dari kekayaan budaya Tengger dan memiliki nilai ekonomi yang penting bagi masyarakat setempat.
Tradisi Masyarakat Suku Tengger Bromo
Yadnya Kasada
Yadnya Kasada adalah upacara adat yang diselenggarakan oleh masyarakat Suku Tengger sebagai bentuk ucapan syukur kepada Yang Maha Kuasa, Upacara ini digelar setiap bulan Kasada hari-14 dalam penanggalan kalender tradisional Hindu Tengger Upacara pemberian kurban dari keturunan R.Kesuma di kawah Gunung Bromo dan dilaksanakan setiap tahunnya.
Mecaru
Mecaru adalah suatu upacara yang dilakukan oleh umat Hindu, baik di Bromo maupun di lainnya, untuk menyucikan diri dari kekuatan roh-roh jahat sebelum perayaan Hari Raya Nyepi tiba. Upacara ini memiliki tujuan untuk keharmonisan bhuwana agung (alam semesta) dan bhuwana alit (mahluk Hidup) agar menjadi baik, indah, dan lestari sebagai bagian dari upacara Butha Yadnya.
Hari Raya Karo
Hari Raya Karo di Bromo merupakan perayaan penting bagi masyarakat Suku Tengger, yang merupakan sub-etnis Jawa Timur. Perayaan ini dilaksanakan untuk memperingati asal-usul diciptakannya manusia dan memiliki makna sakral bagi masyarakat setempat. Upacara Hari Raya Karo melibatkan berbagai tradisi, termasuk tarian Sodoran, yang dianggap sebagai persembahan khas dan memiliki makna simbolis dalam kepercayaan masyarakat Suku Tengger. Selain itu, upacara ini juga melibatkan doa penutup yang dilakukan oleh pimpinan lintas agama, menunjukkan kerukunan antaragama dalam perayaan tersebut.
Bahasa Kawi