Mohon tunggu...
Aslıhan Gül
Aslıhan Gül Mohon Tunggu... Freelancer - Content creator

Traveler, explorer, and content writer

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Ada Harapan untuk Mencegah Bullying

4 Agustus 2023   10:02 Diperbarui: 4 Agustus 2023   10:05 3099
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest: Putri Ayu

Pekan ini, setidaknya ada tiga berita pembullyan yang saya baca di sosmed. Pembullyan masih menjadi peristiwa bawah tanah. Artinya kejadian tersebut bisa disadari atau tidak sama sekali. Rata-rata anak SD-SMA yang melakukan pembullyan hanya karena ikut-ikutan dan merasa hal tersebut seru untuk dilakukan.

Sebab dalam pembullyan dapat berbeda-beda di setiap kasusnya, namun memiliki akibat yang hampir sama. Seorang anak dengan perbedaan yang dianggap kekurangan dari rata-rata siswa sering menjadi sasaran bully. Akan tetapi tidak sedikit pula siswa biasa yang mendapatkan bully karena menjadi sasaran empuk.


Baru-baru ini, hal menyedihkan dari pelaku pembullyan bukan hanya dari kawan-kawan korban, tetapi ada oknum guru seperti yang terjadi di Bengkulu (31/7/23). Pembullyan di sekolah seperti budaya yang autopilot. Siapa pun bisa menjadi pelaku maupun korban. Sayangnya hanya sedikit yang menyadari perundungan ini karena akibat yang ditimbulkannya tidak langsung.

Kualitas para pendidik adalah hal yang penting, namun upaya negara dalam menyaring guru kompeten melalui PPG ternyata masih terdapat celahnya. Screening dan pendidikan calon guru di negeri tercinta ini belum mampu memenuhi standar kelayakan yang semestinya.

Meski demikian, bullying dapat terjadi oleh banyak faktor yang saling mendukung. Seperti halnya pendidikan karakter dasar setiap anak dari orang tua, yang tidak semua keluarga mampu menanamkan karakter anak. Kurangnya edukasi orang tua atau yang sibuk bekerja menyerahkan pendidikan anak seutuhnya pada sekolah.

Upaya setiap pihak sangat berperan penting dalam penanganan bullying. Peran strategis keluarga semestinya bersinergi dengan lingkungan bermain dan sekolahan. Hal tersebut adalah kondisi idealnya. Hanya saja proses tersebut sangat panjang.

Peran wawasan keislaman dalam menanggulangi pembullyan

Penting meletakan dasar Islam pada anak oleh orang tua. Sebagai benteng individu, keimanan akan menjadi kontrol anak dalam berinteraksi. Anak akan menyadari perbuatannya merugikan atau tidak untuk orang lain.

Guru berperan aktif dan tanggap dengan kondisi siswa dan berempati jika masih terjadi pembullyan. Sebagai pendamping, guru dapat mencegah pembullyan dengan memupuk keimanan peserta didik.

Peran sekolah sebagai pendidik dan pengawas dapat menjalin interaksi timbal balik dengan orang tua. Melaporkan progres dan kondisi anak adalah rutinitas untuk memantau keberhasilan belajar dan pembentukan karakter.

Akan tetapi, kondisi ideal tersebut agaknya masih susah diharapkan, namun tidak menutup kemungkinan untuk berhasil. Sistem pendidikan dalam kaca mata Islam memiliki orientasi penguasaan ilmu, akhlak, dan kepemimpinan. Inilah alternatif harapan untuk menyuarakan lingkungan sekolah yang sehat, disamping upaya pencegahan yang hanya terbatas pada pihak-pihak yang memiliki kesadaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun