Aku dan Antusiasme
Masih menjadi misteri, mengapa trip yang tidak direncanakan justru seringkali terealisasi. Ini terjadi ketika aku berencana mengisi tanggal merah hari senin. Mulanya aku berniat untuk mendaki bukit, sekedar untuk mengurangi kepenatan dunia kerja, berkemah di bukit adalah keputusan terbaik karena tidak terlalu jauh, terjangkau, dan indah.
Tapi, siapa sangka seorang kawan tiba-tiba melakukan manuver rencana. Entah dari mana datangnya intuisi itu, ia mengajak kami berkemah di pantai saja. Tanpa berpikir panjang, kami memutuskan kata sepakat H-1. Padahal, lokasinya begitu jauh dan jalanan yang sulit. Melihat kesiapan yang tak seberapa, ini adalah keputusan yang nekat. Sejujurnya aku pun tak pernah menempuh jarak perjalanan sejauh itu. Namun apalah daya, rasa penasaran mengalahkan ketakutan-ketakutan di benakku.
Esoknya, baru memulai perjalanan saja, kami memakan waktu lebih karena cuaca yang tiba-tiba hujan. Tapi, ada hal menarik yang bakal menjadi tips traveling yang kutulis di kesempatan selanjutnya ;). Petualangan kita baru saja dimulai. Saat hujan yang begitu deras menghantam, semangat kami sempat sedikit luntur. Tapi ternyata itu hanya hujan wilayah. Kurang lebih baru seperempat perjalanan, hujan sudah reda. Tapi kami memutuskan tidak melepas jas hujan. Kami biarkan itu melekat pada tubuh kita, mengingat perjalanan yang kami tempuh berangin dan tentu saja berpolusi.
Sepertiga perjalanan akhir kami adalah kegelapan. Jalanan curam dan meliuk di tengah hutan sedikit membuat ngeri. Seperti memasuki lorong dengan roller coaster. Jauhnya perjalanan yang ditempuh dengan sepeda motor dengan kondisi seperti itu tidak nalar bagiku. Pada kondisi biasa, mengendarai motor selama dua atau tiga jam saja rasanya sudah pegal-pegal. Tetapi nyatanya aku melalui perjalanan ini hampir tiga kali lipat ditambah medan yang ekstrim.
Aku mengerti sekarang, bahan bakar yang berharga dalam menjalani aktivitas adalah antusiasme. Hal itu terbukti di kesempatan lain dalam hidupku, dimana ada beberapa hari yang aku kehilangan hal tersebut. Tanpa antusiasme, tubuh rasanya layu padahal tidak melakukan aktivitas apapun. Waktu kosong bukannya full energy, malah berasa ga ada tenaga sama sekali.
Emang perlu banget sih yang namanya management antusias. Itu datangnya dari dalam diri sendiri bukan dari faktor luar. Artinya kita bisa menciptakan energi untuk menghadapi tantangan hidup. Bukan apa yang dari luar kemudian mengendalikan kita. Dari sini aku jadi ngide, kalau antusias itu bisa kita definisikan.
Tidak melulu dengan hal hebat seperti menjalani vacation ke luar pulau, tetapi dengan mendefinisikan antusiasme yang tergapai dalam kehidupan sehari-hari kita seperti melukis sebagai hobi kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H