Mohon tunggu...
nafisah asnal muna 40322088
nafisah asnal muna 40322088 Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa semester 5 jurusan akuntansi syariah. Saya memiliki minat dibidang kepenulisan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Whistleblowing: Suara Keadilan di tengah Kegelapan Kecurangan

5 Desember 2024   16:07 Diperbarui: 5 Desember 2024   16:07 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah kompleksitas dunia bisnis yang terus berkembang, praktik kecurangan dan tindakan tidak etis di dalam organisasi menjadi tantangan serius yang harus dihadapi. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa whistleblowing, atau pengungkapan pelanggaran, dapat menjadi strategi efektif dalam mencegah kecurangan. Iklim etika yang positif, keseriusan pelanggaran, dan karakteristik kepribadian individu berperan signifikan dalam niat seseorang untuk melaporkan tindakan tidak etis. Temuan ini tidak hanya relevan bagi akademisi dan praktisi, tetapi juga memiliki implikasi luas bagi masyarakat. Whistleblowing memainkan peran krusial dalam mengungkap praktik kecurangan yang merugikan banyak pihak. Di Indonesia, sejumlah kasus penggelapan dan korupsi yang terungkap berkat tindakan whistleblowing menunjukkan dampak positif yang dapat dihasilkan. Masyarakat, sebagai pengguna layanan dan pemangku kepentingan, berhak mendapatkan informasi yang transparan dan akuntabel dari organisasi. Ketika individu dengan integritas tinggi berani melaporkan kecurangan, mereka tidak hanya melindungi kepentingan pribadi, tetapi juga berkontribusi pada tata kelola yang lebih baik. 

Namun, untuk mendorong niat whistleblowing, organisasi perlu menciptakan dan mempertahankan iklim etika yang positif. Iklim yang baik akan membuat individu merasa aman untuk melaporkan tindakan tidak etis tanpa takut akan konsekuensi negatif. Oleh karena itu, pemimpin organisasi harus berperan aktif dalam membangun budaya yang menghargai kejujuran dan integritas. Dengan demikian, masyarakat dapat berkontribusi dalam menciptakan lingkungan kerja yang lebih etis dan memperkuat sistem pengawasan internal.

Keseriusan pelanggaran juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. Ketika pelanggaran dianggap serius, individu cenderung lebih termotivasi untuk melaporkannya. Ini menunjukkan bahwa edukasi mengenai dampak negatif dari kecurangan harus ditingkatkan, baik di dalam organisasi maupun di masyarakat luas. Dengan memahami bahwa setiap tindakan kecurangan dapat memiliki konsekuensi yang jauh lebih besar, masyarakat akan lebih terdorong untuk berpartisipasi dalam pengawasan dan pelaporan.

Implementasi dari temuan ini dapat mendorong individu untuk tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga aktor aktif dalam menjaga etika di tempat kerja. Masyarakat yang kritis dan berani melaporkan pelanggaran akan menciptakan lingkungan yang lebih sehat bagi semua pihak, termasuk pekerja, pemangku kepentingan, dan konsumen. Dalam konteks ini, whistleblowing bukan sekadar tindakan individu; ia menjadi gerakan kolektif yang mendukung integritas dan transparansi di seluruh sektor. Mari kita bersama-sama membangun budaya etika yang kuat demi masa depan yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun