Mohon tunggu...
Nafisah
Nafisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pendidikan Sosiologi 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Industri Film di Tengah Pandemi: Tantangan dan Peluang

16 Juni 2023   09:56 Diperbarui: 16 Juni 2023   10:06 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendahuluan

Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan mendalam di berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam industri film. Penutupan bioskop, pembatalan produksi, dan pergeseran ke platform streaming adalah beberapa contoh transformasi yang terjadi dalam industri film selama masa pandemi. Dalam artikel ini, akan menjelajahi transformasi ini dengan fokus pada tantangan dan peluang yang dihadapi oleh industri film.

Industri film merupakan bagian integral dari budaya kita, memberikan hiburan, refleksi sosial, dan pengalaman estetika kepada penonton. Namun, dengan munculnya pandemi, industri film menghadapi tantangan baru yang signifikan. Penutupan bioskop sebagai langkah pencegahan penyebaran virus telah mengubah lanskap distribusi dan konsumsi film. Pembatalan produksi film menghambat kreativitas dan pemenuhan permintaan akan konten baru. Selain itu, keengganan penonton untuk kembali ke bioskop juga mempengaruhi pemulihan industri film.

Namun, di tengah tantangan ini, terdapat juga peluang yang muncul. Peralihan ke platform streaming telah membuka jalan bagi industri film untuk menjangkau lebih banyak penonton di rumah. Konten film yang mencerminkan pengalaman hidup selama pandemi juga dapat menciptakan kedekatan emosional dengan penonton. Industri film independen dapat menggunakan platform digital untuk mengekspos karya-karya mereka kepada audiens yang lebih luas. Terlebih lagi, transformasi ini dapat memicu inovasi dan pembaruan dalam industri film yang mungkin membuka jalan bagi perkembangan baru di masa depan.

Film yang sebelumnya mengandalkan eksibisi melalui jalur bioskop saat ini bergeser ke platform digital berbasis Subscription Video on Demand (SVoD) seperti Viu, Netflix, iFlix, GoPlay, Genflix, Disney+Hotstar, dll. Bahkan meskipun belum sepopuler SVoD, bioskop kontemporer atau digital saat ini juga sudah mulai berkembang dan diminati. Hal ini karena hanya dengan membayar sepuluh ribu rupiah penonton dapat menonton film secara legal, tanpa perlu pergi ke bioskop, dan tentunya aman dari resiko terpapar virus Covid-19. 

Meskipun Industri film masih mengandalkan pendapatan dari bioskop tetapi melihat trend pergeseran ruang eksibisi film global ke platform digital dan pertumbuhan bisnis SVoD nasional yang terus menunjukkan peningkatan khususnya sejak terjadinya pandemi Covid-19 menunjukkan tingginya peluang pasar film digital untuk dikembangkan. Peluang tersebut tentunya perlu direspon secara strategis dan simultan untuk memaksimalkan perolehan penonton di tingkat nasional dan global. Perlu diketahui bahwa market share film nasional saat ini hanya sebesar 35% dan jumlah tersebut menjadi jauh lebih kecil di tingkat global (Mardianto et al., 2019). 

Dalam artikel ini, akan menganalisis transformasi industri film di tengah pandemi dengan menggunakan perspektif kebudayaan, khususnya dengan merujuk pada teori Raymond Williams. Dalam konteks transformasi industri film selama pandemi, teori Raymond Williams dapat memberikan pemahaman yang mendalam. Pertama, teori Williams menekankan konsep "budaya sebagai praktik sosial." 

Ini berarti bahwa budaya tidak hanya sekedar produk atau artefak yang ada, tetapi juga melibatkan aktivitas sosial yang melibatkan produksi, distribusi, dan konsumsi budaya. Dalam industri film, hal ini mengacu pada perubahan dalam cara film diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi oleh masyarakat selama pandemi.

Isi

Menurut Williams (1980), budaya bukanlah sesuatu yang terpisah atau elitist, tetapi merupakan bagian integral dari kehidupan sosial masyarakat. Ia melihat budaya sebagai praktik sosial yang kompleks, yang mencakup berbagai aspek kehidupan sehari-hari, seperti bahasa, seni, kebiasaan, nilai-nilai, dan institusi. Williams menekankan pentingnya melihat budaya dalam konteks sosial dan sejarah. Ia berpendapat bahwa budaya tidak hanya dipengaruhi oleh masyarakat, tetapi juga berperan dalam membentuk dinamika sosial. Budaya mencerminkan nilai-nilai, norma, dan konflik dalam masyarakat, serta berperan dalam proses reproduksi dan perubahan sosial.

Dalam Williams (1958) juga memperhatikan peran struktur dan kekuasaan dalam pembentukan budaya. Ia menganggap bahwa struktur sosial, seperti kelas sosial dan kekuasaan politik, mempengaruhi produksi, distribusi, dan konsumsi budaya. Dalam konteks industri film, struktur industri dan kebijakan ekonomi dapat mempengaruhi jenis film yang diproduksi, didistribusikan, dan dikonsumsi oleh masyarakat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun