Dalam menghadapi pemilu 2024, generasi milenial dan Gen Z dihadapkan pada berbagai tantangan dan peluang yang signifikan. Salah satu tantangan utama adalah memahami berbagai isu-isu politik, kebijakan, serta dinamika pemerintahan yang semakin rumit di era modern. Isu-isu seperti perubahan iklim, ketidaksetaraan ekonomi, hak asasi manusia, dan reformasi pendidikan menjadi topik yang harus mereka pahami secara mendalam. Meski begitu, tantangan ini juga menawarkan peluang besar bagi mereka untuk terlibat secara aktif dalam proses demokrasi. Dengan memperdalam pemahaman tentang bagaimana kebijakan politik memengaruhi kehidupan sehari-hari, mereka dapat berperan sebagai agen perubahan, membawa solusi inovatif untuk mengatasi masalah sosial dan lingkungan yang ada. Generasi ini memiliki potensi besar untuk memanfaatkan teknologi, media sosial, serta akses informasi yang luas guna mendorong partisipasi politik yang lebih inklusif, serta memastikan suara mereka didengar dalam pengambilan keputusan yang akan membentuk masa depan bangsa.
Belakangan ini, kita menyaksikan semakin banyak partai politik yang mengusung kampanye dengan semboyan "Politik Anak Muda". Inisiatif ini merupakan strategi yang tepat untuk meraih dukungan generasi muda, mengingat jumlah pemilih muda yang signifikan. Salah satu contoh langkah nyata adalah yang diambil oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dengan membentuk Kaukus Milenial, yang bertujuan untuk melibatkan lebih banyak anak muda dalam politik. Upaya ini penting agar generasi muda dapat beradaptasi dan memberikan kontribusi positif, serta menunjukkan arti kehadiran mereka dalam proses politik mendatang. Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, anak muda perlu dibekali pengetahuan yang memadai sebagai modal dasar untuk bersaing secara ideal, kritis, dan konsisten.
Selain itu, generasi milenial dan Gen Z juga memiliki kesempatan besar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang isu-isu politik dengan aktif berpartisipasi dalam diskusi dan debat, baik di lingkungan pendidikan maupun dalam komunitas online. Keterlibatan dalam diskusi semacam ini memungkinkan mereka untuk bertukar pandangan dan mendengarkan sudut pandang orang lain, sehingga dapat melihat masalah dari berbagai perspektif. Dengan begitu, mereka akan mampu membuat keputusan politik yang lebih terinformasi dan matang.
Gejolak keterlibatan anak muda dalam kontestasi politik nasional bisa memiliki dampak baik maupun buruk. Di satu sisi, kehadiran mereka dapat mendorong pembaruan dan perubahan positif yang mana memiliki peran penting dalam menentukan arah masa depan negara dikarenakan suara mereka memiliki kekuatan signifikan dalam membentuk kebijakan dan pemerintahan yang akan datang. Namun di sisi lain, salah satu dampak negatif yang bisa muncul adalah apatisme, yaitu ketidakpedulian sebagian pemuda terhadap proses politik yang berlangsung. Akibatnya, banyak pemilih muda cenderung mengabaikan pelaksanaan politik karena ketidakpercayaan yang disebabkan oleh penyelewengan tugas para perumus kebijakan.
Kondisi ini menjadi tantangan yang harus mendapat perhatian serius, terutama dari pemerintah dan partai politik. Mereka perlu berupaya menumbuhkan kembali kepercayaan generasi muda agar lebih terlibat dalam dunia politik. Melalui keterlibatan aktif ini, generasi milenial dan Gen Z dapat memastikan bahwa keputusan politik yang diambil selaras dengan aspirasi dan kepentingan mereka sebagai generasi yang akan mewarisi masa depan Indonesia. Dengan demikian, diharapkan anak muda tidak hanya menjadi peserta pasif, tetapi juga berperan aktif sebagai penggerak perubahan dan pembawa aspirasi baru untuk masa depan politik bangsa.
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2024/2025
Nama : Nafisa Ghany FirmansyahÂ
NIM : 07031282429127