"Setahu apapun kamu tentang sesuatu, akan selalu ada hal yang tidak kamu tahu"
Di bawah terik sinar mentari yang menyengat, menusuk, dan membakar kulit, dua orang mahasiswi nekat berkendara memacu motor beat hijau stabilo berplat R itu melintasi jalan raya Jogja-Solo tepat di tengah hari. Ide gila itu selalu muncul begitu saja tanpa rencana yang matang sebelumnya. Hanya berawal dari, "Enaknya abis kelas nanti ke mana, ya, Nis?", kami berdua sudah setengah jalan menuju Solo dari UGM.
Ya, demikianlah. Nafi dan Nisa. Kami berdua dikenal sebagai duo yang selalu impulsif bepergian ke suatu tempat tanpa perencanaan. Kami berdua bisa ada di Demangan untuk sarapan, di Solo untuk makan siang, dan di Bantul untuk menyantap nasi cumi bakar saat senja tiba.
Dalam perjalanan ke Solo kali ini, aku memasrahkan pilihan destinasi kepada Nisa dengan memberikan S&K berupa keterbatasan waktu dan dana yang kami miliki. Sebelum berangkat, Nisa memberikan list destinasi yang memungkinkan untuk dikunjungi.
Pilihan kami jatuh pada Rumah Budaya Kratonan. Jujur saja, saat pertama kali mendengar destinasi ini, aku membayangkan bahwa tempat ini adalah cagar budaya yang menyimpan benda-benda kebudayaan khas Surakarta di dalamnya. Nisa kemudian menjelaskan bahwa tempat ini merupakan sebuah museum bermuatan sejarah tentang Solo yang sempat melintas di FYP (For Your Page) Tiktok miliknya. Meskipun sedikit skeptis dengan tempat-tempat yang viral di Tiktok, aku tetap setuju dan memacu laju beat ini ke sana.
Perjalanan dari UGM ke Rumah Budaya Kratonan memakan waktu kurang lebih dua jam dengan kecepatan rata-rata 50 km/jam. Secara geografis, Rumah Budaya Kratonan berlokasi di Jl. Manduro No.6, Kratonan, Kec. Serengan, Kota Surakarta. Begitu memasuki halaman tempat ini, kami disambut dengan batu bertuliskan "Rumah Budaya Kratonan" yang dialiri air dan dihinggapi oleh tanaman rambat yang menjuntai ke bawah.Â
Di sisi kanan batu, terdapat resto yang didesain ala joglo khas Jawa dengan kursi-kursi pendek di dalamnya. Di sebelah kiri batu, tepat di samping pot tanaman yang berjajar rapi di tanah, terdapat sedikit space yang difungsikan sebagai tempat parkir kendaraan roda dua. Tepat di belakang tempat parkir, terdapat pendopo rumah Jawa yang mengarah masuk ke sebuah ruangan, museumnya.