Dewasa ini kita sering menemukan keganjalan dalam pemakaian istilah. Seperti halnya kesalahan dalam penggunaan istilah-istilah psikologi. Kesalahan ini memang tidak begitu kentara, tetapi ini dapat memberikan dampak yang besar. Kalau kita mau sedikit kritis dalam mengkaji permasalahan ini kita akan menemukan banyak sekali kasus penyalahguanaan istilah. Bahkan kita sendiri kadang juga melakukannya.
Hampir setip hari saya membuaka media sosial, dan tidak jarang juga saya membaca status teman-teman. Kesalahan dalam menggunakan istilah juga banyak terjadi. Seperti contoh, “ah lagi ngak mood” atau “rasanya stres mikirin tugas ini” dan masih banyak lagi yang lain. kata-kata seperti itu mungkin terlihat biasa, tapi apakah istilah yang di pakai itu sudah benar. Misalkan, hanya ingin menunjukkan kalau dia sedang malas saja ia menggunakan istilah mood. Hanya karena capek, pusing, atau jenuh dengan tugas yang numpuk maka ia menggunakan istilah stres. Entah itu hanya digunakan sebagai ungkapan untuk menguatkan, atau sebagai tren saja. nah yang terahir ini yang berbahaya. Ketika sebuah istilah ini dibiasakan maka kesalahan ini akan mengakar dan seolah-olah itu sudah tepat.
Mungkin kalau hanya sekedar ucapan atau ungkapan seperti contoh diatas tidak begitu jadi masalah. Tetapi ketika kesalahan ini terjadi pada guru, orang tua atau orang yang berpengaruh lainnya, tentunya akan berakibat fatal. Seperti contoh; ada seorang anak, ia terlihat sangat nakal, tidak mau belajar, dan kalau di sekolah tidak pernah mendapatkan peringkat, bahkan ia pernah tinggal kelas. Nah, pada suatu ketika si orang tua anak itu datang mengunjungi sekolahnya. Ia mencoba mencari tahu apa yang terjadi pada anaknya. Setelah datang ke sekolah orang tua anak ini langsung menuju ke ruang BK untuk mengkonsultasikan permasalahan ini. setelah ngobrol lama dengan guru BK dan beberapa guru yang laian orang tua ini merasa sedih, karena mendengar keterangan dari salah satu guru yang mengatakan bahwa kemungkinan anak Ibu termasuk anak yang Idiot. Padahal setelah di deselidiki ternyata anak ini memiliki IQ yang tinggi. Namun anak ini memang tergolong anak yang Hyperactive sehingga selalu tidak betah duduk di dalam kelas lama-lama, apalagi ber jam-jam. Sehingga anak ini memerlukan perlakun yang khusus. itu hanya contoh kecilnya saja dan masih banyak lagi kasus yang lain.
Jadi kesalah dalam penggunaan istilah yang dianggap kaprah akan mendapatkan akibat yang parah. untuk itu berhati-hatilah dalam menggunakan istilah, sehingga maksut yang kita sampaikan tidak menimbulkan permasalahn-permasalahan baru.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H