Mohon tunggu...
Muhammad Nafi' Udin
Muhammad Nafi' Udin Mohon Tunggu... -

menjadi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Darah Bercerita Rasa Tanpa Perasaan

11 November 2014   21:10 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:04 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Toooott toot..

Terdengar begitu jelas klakson mobil rakyat metropolitan

Brakk...

Semua terhenti semua berubah, semua terdiam...

Jeritan mulai membisu

Hujan pudarkan merahnya

dan alirkan bersama aroma pilu disela-sela selokan kota.

Mendung kegelapan malam terlihat lebih cerah, ya lebih cerah.

Setelah sore itu,

Setelah pekatnya perasaan itu,

Setelah gelapnya pikiran itu,

Setelah sunyinya nafas gadis tak berdaya

Setelah keputusan pendek yang tak dapat dinalar.

Ia memilih sesuatu yang bujan pilihan.

Kini tak akan ada lagi halaman berikutnya,

Yang ada ialah duka purba sekelilingnya,

Yang ada hanyalah bunga layu hiasan nisan.

Hanyalah nama tanpa sedikit kehormatan

Hanyalah tawa botol bir lelaki jalang

Hanyalah saksi sek yang mematung bisu

Hanyalah itu,

Yang merangsang,

Yang memuaskan,

Yang menggairahkan

Yang menghidupkan serta mematikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun