Mohon tunggu...
Muhammad Nafi' Udin
Muhammad Nafi' Udin Mohon Tunggu... -

menjadi manfaat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Alcoholism, Culture and Your Future

8 Desember 2014   23:33 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:45 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Berbicara mengenai alkoholisme tidak terlepas dari budaya dan gaya hidup. Sebagian besar para pecandu alkohol menganggap bahwa dirinya tidak bisa jauh dari cairan memabukkan tersebut, karena mereka telah menjadikan alkohol serta pesta miras sebagai bagian dairi hidup mereka. lebih dari 50 persen orang Amerika diatas umur 12 tahun mengatakan bahwa mereka minum setidaknya sekali dalam sebulan sebelum disurvei (SAMHSA, 2005). Sekitar 22 persen orang Amerika melaporkan bahwa mereka terlibat dalam pesta minuman keras yang berarti mereka meminum lima kali dalam setiap kesempatan. Sedangkan yang tergolong sebagai orang yang mengalami mabuk berat ialah mereka yang mengkonsumsi setidaknya lima hari dalam sebulan, dan itu ditemukan 7 persen pada populasi orang dewasa Amerika (Bouza, angeles, Munoz, & Amate dalam Richard 2009).

Hal ini tidak jauh berbeda dengan pemandangan yang kita temui di sekeliling kita, bagaimana pesta minuman keras yang dewasa ini mem-budaya hampir disemua kalangan. Kaum perempuan pun yang sejak dulu dikonstruk sebagai kaum yang “gak neko-neko” karena memang budaya kita tidak memberi kesempatan untuk “neko-neko” sekarang sudah ikut menggemari gaya hidup yang bebas seperti halnya masyarakat barat. Sehingga stigma yang sejak lama dibangun pada masyarakat kita tersebut seolah terkikis begiutu saja. laki-laki, perempuan hampir tidak ada beda. Kini pembatas yang tersisa hanyalah hati dan nalar pribadi, yang akan bertarung dengan golongan yang lebih besar dari dirinya.

ketika sebuah perilaku yang dulunya dianggap sebagai sesuatu yang tabu kini menjadi fenomena yang sudah biasa, maka ini mengindikasikan bahwa perilaku tersebut sudah mulai membudaya dimasyarakat. Dalam kasus ini Alkoholisme bukan lagi sesuatu yang dianggap tabu dalam masyarakat kita. Bahkan ketika ada sekelompok orang yang sebagian besar dari mereka menjadikan pesta miras menjadi sebuah upacara wajib menganggap orang yang tidak ikut dengan mereka adalah orang yang tidak normal, karena tidak sesuai dengan kebiaaan kelompok dimana ia tinggal. Sehingga tidak mustahil ada orang benar yang dianggap salah dan yang salah justru dianggap benar. Karena kini kebenaran adalah milik mereka yang dominan dan pada akhirnya kaum marjinal lah yang harus menerimanya.

Berbicara tentang akibat yang ditimbulkan dari perilaku mabuk-mabukan sepertinya tidak akan ada habisnya. Karena sanggat jelas sekali bagaimana sebuah cairan itu merubah kehidupan banyak orang. Efek ini tidak hanya terjadi pada orang yang meminumnya, melainkan orang lain yang ada disekitarnya, entah itu keluarga, teman, atau orang lain yang pada saat itu dekat dengannya. Orang yang sebelumnya akan berfikir berkali-kali untuk memukul isteri atau anaknya akan dengan sangat mudah melakukannya ketika ia sedang dalam keadaan mabuk. Bukankah itu sebuah perilaku yang sangat merugikan. Begitu juga kerusakan dan kejahatan yang terjadi ditempat-tempat umum, itu semua berawal dari minuman keras.

Ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh besar terhadapa peningkatan jumlah pecanduminuman keras. Jika digolongkan maka akan muncul dua sumber. pertama faktor intrapersonal dan kedua yaitu interpersonal. Intrapersonal berkaitan dengan bagaimana ia memandang dirinya dan bagaimana ia menuruti apa yang menjadi kebutuhannya. Seperti orang yang meminum minuman keras karena ia ingin merasakan sensasi rileks pada dirinya. Atau karena ia memiliki masalah tidur. Sedangkan faktor intrapersonal ialah faktor yang berasal dari luar dirinya. Artinya, adanya pengaruh dari luar yang mendorong dirinya untuk meminum minuman keras. Seperti contoh, banyak orang kemudian memilih melakukan mabuk ketika banyak permasalahan yang membebani dirinya. Permasalahan ini bisa dari keluarga, masalah pekerjaan, pergaulan, atau bahkan masalah hubungan seksual. Secara garis besarfaktor interpersonal menjadi pemicu paling besar dalam mempengaruhi orang untuk mengkonsumsi minuman keras.

Upaya pemulihan yang efektif pada pecandu alkuhol telah melalui diskusi panjang bagi para pakar. Pendekatan yang digunakan pun dari berbagai pidang, mulai biologis, psikologis, kagamaan dan yang lainya. Pendekatan yang ditawarkan akan berdampak paik bagi para pecandu manakala mereka berkomitmen tinggi untuk menjalankan apa yang sudah menjadi kesepakatan sebelumnya, mengikuti setiap tahapan proses penyembuhan hingga ia benar-benar mencapai kondisi nomal dan mampu menghilangkan kebiasaan buruk yang selama ini mengakar dilam diri mereka.

Budaya yang baik sebagai bekal cita-cita yang baik. Jangan pernah menganggap remeh pengaruh alkohol dalam kehidupan, karena banyak kejahatan dan kekerasan yang bermula dari sana. Hanyak orang yang tidak punya harapan hidup yang mau membiarkan hidupnya dihancurkan oleh minuman keras.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun