Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sorban Kang Budiman…

22 September 2012   05:04 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:01 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Suatu hari di sebuah perumahan yang sederhana berbatasan desa hidup orang-orang yang makmur serta berdampingan tentram . Disana pula hidup seorang yang kaya namun sederhana , dia adalah kang Budiman seorang majikan yang mempunyai perkebunan yang luas serta menjadi pengasuh taman alqur`an di daerah itu. Meskipun telah lama hidup di daerah itu Kang Budiman belum juga beristri dikarenakan cukup sibuk untuk pergi kesana kemari hingga suatu hari terdapat kabar bahwa ia akan beristri seorang hafidhoh.

“ setelah sekian lama, Akhirnya Kang Budiman akan menikah denagan seorang yang pantas untuk dirinya “ demikian kata pemilik perumahan itu sembari duduk di teras bersama istrinya. Istrinya pun hanya mengangguk tanda setuju. Kemudian dari jauh seorang berpakaian rapi mendekati rumahnya , ya dialah Kang Budiman yang selalu mereka bincangkan dan hormati.

“ assalmualaikum Pak Reno “ , Kang Budiman dengan santun.

“ walaikumsalam Kang, silahkan duduk “

“ Begini pak, saya minggu ini bermaksud mengundang bapak dalam acara tasyakuran di rumah , sebisa mungkin mohon bapak datang karena nantinya juga akan diisi pengajian dari guru saya sendiri”

“ oh iya Kang, saya bisa kira- kira malam atau sore ya?”

“malam pak, ba`da isya`”

“ kalau waktu itu saya mungkin bisa hadir”

“ terima kasih pak atas kesediaanya, boleh saya pamit karena masih ada pekerjaan”

“ silahkan Kang’’

Saat waktu ashar pun tiba, Kang Budiman sengaja turun ke gunung dan melihat para pekerjanya mengambil daun teh…namun tiba- tiba pak Ari sebagai bawahannya membawakan dua orang yang sepertinya asing di lingkungan sekitar.

“ Begini pak, dua orang ini ingin bekerja pada bapak?”

“ kalau begitu kebetulan , pekerja kita ada yang pulang kampung oleh karena itu langsung saja bawa mereka ke tempat peralatan kerja”.

“ Terima kasih pak, telah menerima kami” serentak kedua orang itu.

“ sama- sama pak, kalau boleh tahu tinggal dimana ya?”

“ kami berdua saudara tinggal di kampung sebelah perbatasan desa dengan perumahan ini”

“ oh begitu, silahkan bapak ikuti Pak Ari “

Setelah keduanya mengucapkan terima kasih dan segera mengikuti pak Ari . Setelah membawa peralatan itu Parjo dan Manto pun berkumpul dengan orang- orang lama serta berkenalan . Sambil mengambil daun Teh, Parjo pun berbincang dengan Badu yang merupakan orang lama. “ Mas, sudah lama bekerja disini?”.

“ ya sudah sekitar dua tahunan”

“ oh begitu, gimana mas dengan bekerja disini?

“ enak mas, orangnya baik- baik terutama bos sendiri, hati- hati lho mas orangnya karomah”

“ hmmm… maksudnya?”

“ ya, beliau punya karomah atau keistimewaan seperti seorang Wali , terutama dengan sorbannya yang dulu pernah dijadikan senjata untuk melumpuhkan maling bahkan pernah dibuat untuk terbang melewati sungai sebrang yang katanya menolong orang yang tidak bisa berenang di daratan sebrang yang tak ada jembatan penghubungnya.”

“ oh gitu, saya akan sebaik mungkin” dengan nada heran.

Setelah petang datang para pekerja pun pulang dan Minto dan Parjo pun juga pulang ke seberang. Parjo pun berpikir heran atas perkataan Badu  tadi dan ingin membuktikan hal tersebut. Tapi hal itu segera ditepisnya dengan melihat langsung nanti saat menghadiri tasyakuran di hari Minggu.

Hari Minggu sore..

“Kang, hari ini jadikan ke rumah Kang Budiman malam ini” Tanya Badu.

“ Oh, jadi kita bareng- bareng yuk” balas Parjo dengan senang dan sedikit berbisik kepada Minto tentag hal ini. Ketika Petang pun tiba, banyak pekerja yang pulang dengan sedikit kelelahan karena hari itupun banyak pesanan yang akan diproduksi oleh perusahaan. Dengan langkah gontai Parjo dan Minto segera menghampiri Badu yang kelihatannya tidak terlalu lelah. Mereka pun segera berangkat ketika maghrib hampir selesai. Setelah datang di rumah Kang Budiman, Minto dan Parjo terheran- heran dengan kemegahan rumahnya. Selang beberapa menit kemudian, Kang Budiman pun keluar dan menyambut semua orang , baik murid taman pendidikanya , orang- orang kampung serta sebagaian para pekerja yang datang . Tiba-tiba seseorang berteriak- teriak dan mendatangi Kang Budiman. Tanpa banyak bicara Kang Budiman mengibaskan sorbannya , dan orang itu pun diam dan duduk bersama orang- orang yang datang. Tak lama kemudian Pak Ari selaku pembawa acara membuka tasyakuran dengan khidmat. Setelah melalui sambutan dari Kang Budiman sendiri serta pembacaan tahlil yang mengucapkan terima kasih tibalah saatnya Kyai Ramli sebagai Guru sekaligus calon mertua Kang Budiman menyampaikan pengajian.

Menit demi menit berlalu, orang- orang pun keluar dengan membawa makanan yang didapat dari Kang Budiman dengan senangnya …

Ketika tengah malam pun tiba rumah Kang Budiman pun tertutup rapat dengan penjagaan yang tak terlalu ketat dikarenakan security pun kelelahan dan mengantuk. Saat itu pun dua orang bertopeng tak dikenal masuk ke rumah dan melakukan hal yang mencurigakan. Mereka melihat- lihat barang antik dan membawanya, sebelum mereka keluar seseorang mencari kamar Kang Budiman dan berhasil menemukannya. Dia mengobrak abrik seisi kamar selagi Kang Budiman tidur. Setelah ia mendapat sorban Kang Budiman, segera ia pergi dan lupa menutup pintu rumah.

Beberapa jam kemudian menjelang sepertiga malam…

Kang Budiman terbangun serta terkejut dengan apa yang ia lihat. Ia pun segera merapikan pakaian yang keluar dan memeriksa semua barang yang ada. Tanpa disadari sorban yang dimilikinya hilang entah kemana.’’ Bagaimana ini, itukan pemberian Kyai Ramli, coba saya cek lagi” …

Kemudian Kang Budiman keluar kamar dan mendapati pintu rumah terbuka dan ia pun segera membangunkan security dan memberitahukan hal tersebut.

Security pun kaget dan minta maaf atas keteledorannya bersama satu teman disinya.

Kang Budiman kemudian masuk ke rumah dan menunaikan ibadah malam hingga menunggu saat shubuh datang…

Ketika pagi…

Suasana tampak asri dengan makin hijaunya perkebunan dan banyaknya pesanan dari beberapa pelanggan Kang Budiman,sepertinya tiada pun orang- orang yang membicarakan hal malam di rumah majikannya itu. Memang sengaja Kang Budiman merahasiakannya dan merelakan sebagian barangnya dicuri karena menganggap masih bisa membeli semua barang itu lain hari. Namun, yang menjadi pikiran mengapa sorbannya juga menjadi incaran? Padahal itu hanyalah sorban biasa yang banyak ditemui di toko- toko pasar.

Saat itu suasana pagi menjadi semakin asri ketika Kyai Ramli datang ke perkebunan Kang Budiman. Kemudian ia pun segera menyalaminya dan mempersilahkan mampir ke rumahnya. Namun apa yang dilakukan Kyai kepada Kang Budiman membuat heran.

“ Nak, jangan kau pikirkan sorban itu, itu hanyalah sekedar hadiah dariku kau bisa membeli lagi”

“ saya bisa mengerti Kyai “ Kang budiman menunduk sambil berpikir heran mengapa calon mertuanya itu tahu, padahal dia merahasiakannya.

“ hehehe, tak usah heran nak, sorban itu akan menjadikan mereka sadar”

Kang Budiman hanya mampu tersenyum heran. Setelah beberapa lam berbicara panjang lebar tentang pernikahan Kang Budiman dengan Dewi Maryam anaknya, Kyai Ramli segera pamit dan berpesan agar Kang Budiman segera mempersiapkan lahir batinnya untuk acara besar itu dalam kehidupannya.

Sore menjelang petang, Badu pekerja Kang Budiman yang seringkali tidak masuk kerja berlarian memberitahu pada Pak Ari tentang kejadian heboh di kampung sebelah. “ Ada apa Badu, mengapa kamu berlarian seperti dikejar – kejar saja”..

“ Anu, anu Pak, di kampung sebelah terjadi pembunuhan sepasang orang kaya dan saya melihatnya kemudian mereka ingin membunuh saya juga, maka dari itupun sekencang- kencangnya saya berlari”

“ ya sudah, nanti kita beritahu juragan , kamu minum air putih ini dulu”

Seketika Badu segera meminum air itu dengan rasa lelah dan ketakutan . Kemudian Pak Ari segera mengajaknya ke tempat taman pendidikan Kang Budiman. Konon katanya Kang Budiman juga jago beladiri. “ kita tunggu saja, juragan selesai membaca qur`an, setelah itu kita beritahu” terang Pak Ari. “ ya pak, saya lebih aman disini” Badu semakin merasa ketakutan.

Setelah Kang Budiman selesai mengaji, segera Badu melaporkan hal heboh di kampung sebelah. Dengan wajah yang sedikit ketakutan dan kelelahannya , Kang Budiman mengerti apa yang disampaikan Badu sangat menakutkan. Kang Budiman Segera berangkat menuju kampung sebelah. Sesampai disana terdapat banyak orang disana, baik yang menangis, heran maupun sedang membacakan surat Yasin. Kang Budiman menyalami tiap orang yang duduk dan membacakan surat Yasin. Orang- orang di sana hanya menunggu pasrah apa yang akan terjadi kemudian sembari menunggu polisi datang. Tak lama kemudian terdengar teriakan orang berlarian, dan meminta tolong. Kang Budiman pun mengerti dan menuju asal suara tersebut.

Apa yang dilihatnya sekarang mengenaskan, beberapa orang dibunuh dengan gorokan di leher. Lebih daripada itu orang yang berteriak tadi masih nekad menggunakan belatinya untuk melawan dua perampok yang ada di hadapannya. Tiba- tiba Kang Budiman menerjang dengan tendangan mautnya kepada kedua perampok tersebut. Mereka seperti kewalahan, dan segera mengayunkan sabit dan goloknya. Kang Budiman pun tak gentar, dan terjadi pertarungan sengit. Dengan lihainya Kang Budiman menepis serangan, mereka seperti kewalahan dengan tenaga yang dikeluarkan. Hingga akhirnya mereka mengeluarkan sebuah sorban yang seprtinya milik Kang Budiman. Kang Budiman tetap saja tak gentar karena itu adalah sorban biasa. Lagi- lagi pertarungan sengit pun terjadi hingga sobekan kecil mengenai lengan salah satu perampok. Dengan siasat jitu akhirnya Kang Budiman mengalahkan mereka berdua. Kang budiman pun segera melepas topeng dan alangkah kagetnya dengan wajah dibalik topeng itu.

“ Parjo, Manto, mengapa kalian melakukan ini”

“ Maafkan kami juragan, kami khilaf” terang Manto sambil mengerang kesakitan.

Tak lama kemudian polisi datang dan menangkap kedua pekerja itu. Akhirnya kejahatan keji itu terungkap dengan tertangkapnya kedua pekerja itu. Kemudian datang Badu dengan bernafas lega.

“ Gan, apakah juragan mengalahkan mereka dengan sorban ajaib juragan ? “ Tanya Badu ingin tahu.

“ tidak, ini hanya sorban biasa malah mereka tadi yang membawa sorban saya ini” Terang Kang Budiman tersenyum.

“ ayo kita segera mempersiapkan mayit ini, supaya tak terlalu siang besok menguburnya”

“ baik juragan” Pak Ari pun membantu warga yang menyelamatkan orang yang masih luka- luka maupun yang sudah meninggal.

Badu pun menyadari bahwa sorban bukanlah alat yang bisa dijadikan kebaikan, malah bisa jadi berbahaya. Kebaikan itu datang dari diri Kang Budiman sendiri bukan dari sorban miliknya.

“ apa benar Juragan ini orang yang istimewa” sambil merenung di tengah jalan..

“ ayo Badu , mari kita bacakan Yasin untuk mereka yang meninggal”

“ iya gan, saya segera menyusul”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun