Mohon tunggu...
Ihdi Bahrun Nafi
Ihdi Bahrun Nafi Mohon Tunggu... Administrasi - Foto Pribadi

Just Ordinary Man

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Si Kecil Berkaki Mungil

26 Februari 2015   23:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Riki seorang bocah kecil yang manja merengek meminta mainan kepada ibunya. Saat itu ibunya tak bisa menolak dan membelikannya karena ia tidak membawa uang. Akan tetapi penjual mainan di dekat sekolahnya itumemberikan secara cuma-cuma kepadanya. Ibu pun berucap terima kasih karena mampu menenangkan anaknya tersebut. Beberapa hari lalu penjual mainan itu pun teringat akan peristiwa lalu ketika Riki menyelamatkan hidupnya.

Riki seorang bocah kecil yang suka berlarian kesana kemari sedang bermain bersama temannya. Ia pun masih duduk di taman kanak-kanak nol kecil.Meskipun ia paling kecil diantara teman sebayanya , namun keberaniannya terkadang membuat seseorang senang melihatnya. Waktu itu ketika penjual mainan sedang melayani beberapa anak-anak membuat ia lupa dengan dompet yang dibawanya berkat kiriman anaknya di luar kota terjatuh. Seseorang pun mencoba mengambilnya dan mencoba membawanya , keramaian orang-orang sekitar pun tidak membuat peluang orang tersebut untuk mengambilnya. Ketika dompet akan dimasukkan saku celana orang itu Riki pun mendekatinya dan berkata, “ Om , itu bukannya milik pak penjual mainan ya”, orang itu pun kaget dan segera memasukkan dompet ke sakunya, “ Dek, saya Cuma pinjam aja nanti saya kembalikan”. Melihat percakapan tersebut penjual mainan merogoh sakunya dan mencari dimana dompetnya.

“ Pak, sampean lihat dompet saya yang jatuh”

“ Nggak, saya daritadi tidak melihat apapun”

“ Om bohong tadi punya siapa yang jatuh disini”

“ Dek, ini punya saya sendiri”

“ Tadi bilangnya pinjam , kok sekarang bilangnya punya sendiri”

Mendengar hal itu, orang tersebut sudah menyiapkan kakinya untuk berlari sejauh mungkin. Namun penjual mainan segera berteriak ketika orang itu berlari. Belum sampai jauh dari penglihatan , orang itu sudah digrebek oleh orang-orang yang sedang duduk di pinggiran warung dekat sekolah.

Akhirnya dompet penjual mainan itu dapat terselamatkan. Maklum ia sekarang hanya hidup berkecukupan dengan biaya dari jual mainan. Namun terkadang tidak cukup , maka dari itu sesekali ia dikirim oleh anaknya sejumlah uang. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada Riki dan memberikannya uang. Riki pun tidak mau dan ingin segera masuk ke kelas karena bel sudah berbunyi. Penjual mainan itu pun mengelus kepalanya dan berkata, “ Semoga kamu menjadi anak yang dapat menyenangkan semua orang” .Setelah itu ia pun mulai berlalu dari hadapan penjual mainan di depan sekolahnya tersebut.

Sekarang, bapak penjual mainan itu membalasnya dengan hadiah yang ia inginkan saat ini. Entah memang karena kebiasaan seorang anak yang senang sekali melihat mainan, akan tetapi ketika ia merengeknya tapi ibu tidak mau membelikannya. Meskipun kaki mungil yang dimilikinya beserta badan yang ia miliki saat ini bukan berarti dia akan berhenti bermain , pernah suatu kali ia diajak temannya bermain di kebun yang banyak sekali lalat-lalat berbau kurang sedap. Ketika ia pulang baju yang dipakainya pun lusuh dan penuh kotoran.

Bahkan ketika ada seorang tamu datang ke rumahnya, ia pun tak berhenti melarikan diri dari rumah untuk bermain keluar. Setelah sampai rumah , pakaian yang dipakainya kembali dipenuhi kotoran. Namun suatu saat ia diajak oleh ayahnya pergi ke masjid ketika waktu menunjukkan maghrib saat itu. Ketika mega merah muncul di langit-langit, ia senang sekali melihatnya dan menunjukkan kepada ayahnya apa yang ia lihat. Ayahnya tersenyum melihat hal tersebut.

Ketika ayahnya sudah memasuki masjid dan memulai sholat sunnahnya. Riki pun lagi-lagi bermain. Lari-lari serta petak umpet bersama teman-temannya pun ia lakukan. Ia dan teman-temannya pun saling berlarian. Walaupun ia merupakan sobat yang paling kecil diantara para anak yang bermain disitu. Kemudian dia menyusul dari belakang dengan kaki kecilnya dipenuhi darah. Ia pun menangis mendatangi teman-temannya , lantai di sekitar luar masjid penuh dengan darah berceceran.

Kata seorang teman , ia bersenyembunyi di tempat yang penuh dengan paku . Ketika ia mulai ditemukan oleh temannya ia pun berlarian hingga mengenai paku tersebut. Ayahnya yang mendengar tangisannya segera menyelesaikan ibadahnya dan menggendongnya serta menanyai penyebab anaknya menangis kepada temannya.

Ayah kemudian membawa pulang Riki ke rumahnya dan meninggalkan anaknya kepada ibunya. Ayahnya hanya menyangka hal itu akan cepat sembuh jika bersama ibu. Ia kemudian meneruskan kembali ibadah ke masjid. Melihat kaki Riki bersimbah darah, ibu pun menyuci kakinya. Riki pun tidak berhenti menangis . Orang-orang masjid pun menjadi heboh apa yang sedang terjadi saat itu. Bercak-bercak darah berceceran dimana-mana. Akan tetapi darah segera dibersihkan oleh merbot masjid .

Setelah itu ibadah dilakukan dan selesai dengan khidmat. Ayah pun segera pulang dan menemui Riki dan menanyakan keadaan pada ibu.

“ Bu, bagaimana keadaan Riki?”

“ Dia sudah tidur”

Keesokan harinya Riki kembali menangis, kaki mungilnya yang sedari malam berdarah berubah menjadi sedikit gosong bahkan berbau tidak enak. Ibu pun bingung dan segera membawa ke dokter bersama ayah.

Dokter pun mengatakan bahwa kaki Riki terkena virus dan harus segera ditangani ke rumah sakit. Ayah pun harus berfikir keras, mengingat pada bulan ini ia belum mendapatkan bayaran dari pekerjaannya sebagai supir angkutan umum.

Kadang – kadang ia pulang senja hanya mendapatkan sedikit uang untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Walaupun waktu sore sebelum maghrib , jam waktu kerja dihitung selesai. Sekarang pun tak seberapa didapat oleh ayah, ia segera menebus obat yang diberikan dan kembali berfikir.

Kalaupun meminta bantuan ke orang tua atau kakek nenek Riki tidak mungkin. Ibu selalu dengan baik merawat Riki , sedari pagi hingga senja ia menunggu kapan penyakit Riki berhenti dan ayah pun pulang lebih cepat. Ayah sebelumnya berjanji untuk pulang lebih malam dan mendapat sejumlah uang untuk menyembuhkan Riki. Belum lama ia sedang melamun, kakek dan nenek Riki datang ke rumah ibu. Ibu kemudian menyambut Riki dan menceritakan keadaan yang saat ini terjadi.

Mendengar hal tersebut nenek menjadi sedih, namun kakek punya ide yang lebih baik dengan merujuk Riki di dokter yang juga temannya. Setelah Riki dibawa ke dokter tersebuthal yang dikatakan dokter sekarang berbeda dengan dokter yang dahulu di datangi bapak ibu Riki.

“ Anak ibu tidak terkena Virus, ya cuma infeksi saja tidak dibersihkan lukanya”, Kata dokter seraya memberikan resep. Ketika kakek akan memberikan uang, dokter itu menolak dan segera membawa pulang Riki. Ayahnya pun datang ketika Riki sampai di rumah , ia bernafas lega mendengar keadaan Riki sekarang. Ia berfikir apa mungkin ia salah datang kepada dokter sehingga memberikan pernyataan yang salah. Ia pun tidak berfikir banyak tentang kesalahan tersebut, ia pun menciumi kening Riki.

Beberapa hari kemudian Riki sembuh dan kembali bermain. Kali ini ia memang tidak berani bermain jauh-jauh bersama temannya. Ia cenderung berhati-hati. Namun ia selalu berlari menuju ayahnya jika ia akan diberi sesuatu atau diajak kembali menuju masjid dengan melihat pesona langit yang indah di waktu itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun