Mohon tunggu...
Nafa Utari Wibowo
Nafa Utari Wibowo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

patient and merciful

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melodi Kehidupan Sakti

30 Januari 2024   15:05 Diperbarui: 30 Januari 2024   15:57 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MELODI KEHIDUPAN SAKTI
Di sebuah desa tepatnya di daerah Sulawesi utara yang terpencil, hiduplah keluarga yang sangat sederhana, kehidupan ekonomi mereka sangat terbatas. Keluarga itu terdiri dari Ayah, Ibu, dan kedua anak mereka yang bernama Sakti dan Mina. Sakti adalah anak pertama dan Mina adalah anak kedua, dari kecil mereka seorang anak yang rajin dan baik bahkan mereka juga pernah di ejek oleh teman-teman sekolahnya, akan tetapi Sakti dan Mina tidak pernah mengganggap serius dan menghiraukan perkataan teman-temannya. Ayah mereka bekerja sebagai buruh tani, sedangkan ibunya menjalankan usaha kecil-kecilan di pasar desa. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Sakti tumbuh sebagai anak yang penuh semangat dan bercita-cita tinggikarena ia ingin sekali membantu kedua orang tuanya dan membantu biaya sekolah adik kecilnya yang bernama Mina.
Pada sore yang cerah Sakti keluar dari kamar dan mengajak ngobrol ibunya yang sedang duduk di depan rumah sambil menikmati secangkir teh dan indahnya langit di sore itu.

Sakti : " Bu, Sakti ingin sekali hidup enak dan sukses di kota" (sambil melihat wajah ibunya yang sedang menikmati teh anget)
Ibu : " kamu ini ada-ada saja, kita ini hanya orang miskin yang tidak mungkin bisa membiayai kamu untuk berangkat ke kota"
Sakti : " namanya bermimpi bu, apa salahnya?, walaupun Sakti pun tidak tahu kapan bisa membuat mimpi ini menjadi kenyataan" (dengan wajah yang sedikit tersenyum)
Ibu : " yasudahlah tidak perlu di pikirkan, lanjutkan saja sekolahmu yang benar, sebentar lagi kamu akan lulus, harus banyak belajar " ( ucap Ibu sambil bergegas masuk ke rumah)
Keesokan harinya di pagi hari Sakti dan Mina akan berangkat sekolah, Sakti sekolah di jenjang SMK kelas 3, sedangkan Mina masih sekolah SD kelas 2, mereka bersekolah tidak memakai kendaraan tetapi berjalan kaki walaupun jarak dari rumah ke sekolah lumayan terbilang jauh, tetapi mereka tidak pernah mengeluh akan hal itu, dan Ayah mereka juga ikut berangkat bekerja untuk memenuhi kewajibannya mencari nafkah. Ibu masih menyiapkan sarapan untuk suami dan anak-anaknya sekolah. Sarapan keluarga mereka sangat sederhana, ibu hanya menyiapkan singkong dan teh saja karena keterbatasan ekonomi mereka.
Sakti : " bu Sakti berangkat sekolah dulu yaa, doain Sakti jadi anak sukses hehe " ucap Sakti
Mina : " Mina juga berangkat sekolah dulu yaa buu, mina juga ingin menjadi orang sukses hihi " ucap Mina
Sakti " adeee.. ade... ikut-ikutan terus " (sambil mengelus kepala mina dan tertawa)
Ayah : " Ayah juga berangkat dulu yaa ibu yang sangat cantik " (sambil tertawa)
Ibu : " ah kalian ini ada ada saja kelakuannya (sambil tertawa juga).
Sesampainya Sakti di sekolah ia bertemu dengan beberapa teman-temannya, ada satu teman Sakti yang sering mengejek dan merasa iri dengan kepintaran yang di miliki oleh Sakti, tak jarang Sakti sering merenung sendiri karena terlalu sering di hina oleh temannya, orang yang mengejek Sakti bernama Riko ia memang terlahir dari keluarga yang berkecukupan dan memliki segala barang mewah yang sering ia pamerkan kepada teman-teman sekelasnya.  
Setelah jam istirahat Sakti dan teman baiknya bergegas ke kantin untuk membeli jajanan, tetapi Sakti biasanya tidak membeli apapun karena ia jarang di beri bekal uang oleh ibunya,  Sakti hanya mengantar teman-temannya jajan.
Riko ; " hahahaha kasian banget dia ga jajan " (sambil mendekati meja Sakti yang di duduki oleh Sakti dan teman-temannya.
Sakti : " tidak apa-apa tidak jajanpun saya sudah bersyukur mempunyai teman yang baik dan selalu memberikan jajanan kepada saya " ucap Sakti
Riko : " dasar anak petani, gapunya apa-apa ke sekolah saja jalan kaki, " ( sambil tertawa terbahak-bahak dengan teman-temannya)
Teman Sakti berbicara kepada Sakti untuk jangan mendengarkan omongan Riko dan teman-temannya, Sakti pun tersenyum dan merasa masih bersyukur mempunyai teman yang baik.
Bagi Sakti itu adalah hal yang biasa dan sudah menjadi makanan sehari-hari ia di sekolah saat bertemu Riko, tetapi karena Sakti merupakan anak yang baik dan bukan pendendam maka ia jarang membalas perkataan Riko, ia hanya bisa sabar dan terus meraih cita-citanya agar bisa membuktikan bahwa ia bisa menjadi sukses suatu hari nanti.
Bel sekolah pun berbunyi waktunya Sakti pulang dan menjemput adiknya di sekolah, karena ia diperintah untuk menjaga adiknya dan menjemput setelah ia telah pulang dari sekolah. Setelah menjemput adiknya Sakti dan Mina sampai di rumah.
Sakti : " assalamualaikum buu kami sudah pulang "
Mina : " ibuu.... asalamualaikum aku dan kak Sakti sudah pulang sekolah "
Ibu : " walaikumsalam anak-anakku, kalian sudah pulang ternyata "
Sakti : " iya bu kami sudah pulang "
Pada saat di sekolah ibu guru mengumumkan bahwa 1 bulan lagi akan lulus sekolah, rencananya sekolah akan mengadakan acara perpisahan yang di adakan di sekolah dan ada biaya yang harus di bayar oleh para siswa dan siswi sebesar 450.000. Sakti memikirkan bahwa ia sepertinya tidak akan bisa mengikuti acara tersebut karena Sakti tidak mungkin mendapatkan uang sebanyak itu hanya untuk acara perpisahan sekolahnya, untuk sehari-hari saja Sakti dan keluarganya hidup seadanya dan terbatas tidak mungkin ia memberatkan orang tuanya mencari uang untuk acara itu. Lalu ibu menghanpiri Sakti dan menanyakan mengapa Sakti melamun seperti ada masalah yang berat
Ibu : " Nakk kamu kenapa? Kok melamun seperti ada yang di pikirkan
Sakti : Eh ibu, tidak apa-apa bu, Sakti baik baik aja kok hanya sedikit pusing saja
Ibu : baiklah jika kamu tidak kenapa-kenapa, ibu hanya khawatir saja takut kamu lagi ada masalah
Sakti : hehehe tidak kok bu
Keesokan harinya Sakti dan Mina seperti biasa melanjutkan rutinitasnya setiap hari yaitu bersekolah, tibanya di sekolah ibu guru menghampiri Sakti dan menanyakan kepada Sakti apakah ia sudah membayar acara sekolah atau belum?
Ibu guru : "Sakti apakah kamu sudah membayar acara untuk perpisahan nanti? "
Sakti : belum bu, sepertinya Sakti tidak akan mengikuti acara tersebut karena tidak ada biaya
Ibu guru : Iyaa Sakti ibu ngerti, ekonomi keluarga kamu memang tidak seperti teman-teman kamu, tapi kamu harus tetap semangat yaaa, ibu punya rencana untuk kamu
Sakti : rencana apa bu?
Ibu guru : jadi ibu punya teman, nah teman ibu memang suka membantu anak-anak yang kekurangan dan tidak mampu, bagaimana jika ibu memperkenalkan kamu dengan teman ibu, dan ibu juga ingin menyalurkan kamu untuk bekerja di perusahaan teman ibu yang berada di kota Jakarta, karena nilai kamu selama sekolah selalu bagus, siapa tau kamu memang punya rezeki disana, bagaimana Sakti?
Sakti : yang benar bu???? Sakti benar- benar merasa mimpi mendengar ini semua, siapa sangka masih ada orang baik yang mau peduli dan membantu Sakti
Ibu guru : ibu juga ikut senang sakti, karena kamu anak yang baik dan rajin, maka dari itu ibu sangat salut dengan semua kerja keras kamu
Sakti : makasih banyak buuu, Sakti dengan senang hati menerima tawaran ibu "
Ibu guru : baiklah Sakti akaj secepatnya ibu sampaikan lagi kabar bahagia untuk kamu yaa.."
Sakti : baik buuuu, sekali lagi makasih banyak ya buu.. ( dengan wajah yang gembira) "
Sesampainya di rumah Sakti menceritakan apa yang di katakan oleh Ibu guru di sekolah, dan menceritakan juga alasan mengapa Sakti kemaren merenung dan melamun seperti orang yang sedang ada masalah
Ibu pun ikut senang dan bangga karena anak laki laki pertamanya bisa punya kesempatan untuk mengikuti acara sekolah dan juga di tawarkan untuk bekerja di kota
Sungguh hati Ibu, Ayah, dan Mina sangat terharu kepada Sakti dan berjanji kepada Sakti akan selalu mendukung Sakti sampai ia bisa sukses
Akhirnya Ibu guru dan teman Ibu guru menemui rumah Sakti sekaligus ingin bersilaturahmi kepada keluarga Sakti
Ibu guru : " assalamualaikum "
Sakti : " walaikumsalam "
Ibu guru : " Sakti ini ibu bersama teman ibu ingin berkunjung ke rumah kamu untuk memberitahu kabar dan informasi terkait apa yang sebelumnya sudah ibu katakan kepada sakti pada saat di sekolah kemaren "
Sakti : ohiyaaa ibu baik, kita ngobrol di rumah ya bu, silahkan masuk bu, pakk
Ibu guru : " baik Sakti terimakasih "
Akhirnya, Ibu guru dan temannya menjelaskan dan mengatakan kepada keluarga Sakti, bahwa Sakti akan di bantu oleh Bapak Salman, respon keluarga Sakti dan Sakti sangat gembira dan menangis terharu karena ia tidak menyangka bahwa ada orang baik yang ingin menbantunya dan ingin menyalurkan Sakti untuk bekerja di perusahaan Bapak Salman di Kota jakarta yaitu di PT. Sinar Jaya
Setelah tiba acara sekolah, Sakti langsung berangkat ke Kota jakarta untuk interview dan bekerja di sana.
Dari kisah ini kita bisa belajar bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita berusaha untuk menggapainya, akhirnya Sakti pamitan kepada keluarga dan meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk bekerja dan mencari rezeki di kota, Sakti berjanji jika ia sudah sukses nanti akan membahagiakan kedua orang tuanya dan adik kecilnya, "selamat tinggal desa kecilku" aku akan menemui desa ini ketika aku sudah sukses " ( ucap Sakti )
Selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun