Mohon tunggu...
Noer Fajrieansyah
Noer Fajrieansyah Mohon Tunggu... -

Ketua Umum PB HMI (Periode 2010-2012)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nyanyian Adil Makmur

26 Februari 2012   21:39 Diperbarui: 25 Juni 2015   09:00 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nyanyian perjuangan yang dirindukan oleh setiap manusia dalam masa sekarang ini, adalah terbentuknya suatu masyarakat dan Negara yang adil dan makmur. Baik negara-negara yang menganut faham demokrasi ataupun negara-negara yang menamakan dirinya sosialis, semuanya menginginkan suatu masyarakat adil makmur, dimana keadilan dan kemakmuran merata keseluruh rakyat. Tidak lagi terdapat perbedaan antara si kaya dan si miskin, antara the have dan the have not, tetapi kemakmuran adalah menjadi miliknya semua rakyat. Dan negara yang dijunjung oleh seluruh rakyat menjalankan keadilan tanpa pilih kasih.

Baik di Amerika dan Eropa ataupun di Rusia dan Cina, bahkan juga di negara-negara yang tidak termasuk ke dalam kedua blok itu, yang di dalamnya juga terdapat dunia Islam, mencita-citakan adil makmur itu. Meskipun jalan yang ditempuh bermacam-macam, dan ideologi yang dianut sangat berbeda, bahkan agamanya banyak pula macamnya, tetapi tujuan semuanya tetap sama, yaitu adil dan makmur. Karena memang berlain ideologi dan bertentangan satu sama lain konsepsi-konsepsi yang dipakai, maka tidaklah mengherankan kalau didalam praktik cita-cita yang sama yang dinamakan adil makmur itu banyak pula perbedaannya.

Negara kita Indonesia merindukan pula nyanyian merdu itu. Social Justice and Social Welfare, adalah menjadi idaman seluruh bangsa kita. Dasar negara kita Pancasila dan UUD 1945, mencantumkannya sebagai dasar negara dan tujuan utama yang tidak boleh diabaikan. Bahkan setiap kali kepala negara mengucapkan pidato kenegaraannya senantiasa mengulang-ulang tujuan keramat yang suci itu.

Ada masanya kita dihadapkan pada propaganda-propaganda bahwa tujuan adil dan makmur itu adalah monopolinya negara-negara sosialis, dan khususnya komunis. Seolah-olah digambarkan bahwa merekalah yang pertama melahirkan cita-cita itu kedunia ini, dan pemimpin utama mereka Karl Marx adalah orang yang mencita-citakannya pertama kali. Dengan ini, mereka mendengungkan ke dunia bahwa hanya merekalah yang sanggup menciptakan masyarakat dan negara yang demikian, sedangkan negara-negara lainnya, baik negara-negara Amerika, Eropa, Asia, dan Afrika, termasuk juga Dunia Islam tidaklah mungkin menciptakannya.

Apakah benar semuanya ini? Atau apakah benar hanya orang-orang sosialis dan komunis adalah yang pertama mencetuskan cita-cita itu? Tidak adalah jawaban yang tepat, karena selama ini tabir yang menutupi kebenaran tentang kenyataan selama berabad-abad yang lampau bahwa pernah ada tokoh Dunia Islam yang merupakan sarjana berkaliber internasional, yaitu Ibnu Sina dialah pencetus pertama dari ide yang baik itu, yaitu adil dan makmur. Memang bukan tidak ada bahan-bahan terdahulu yang sudah lebih tua umurnya yang diapakainya dan diolahnya untuk mengemukakan ide adil dan makmur. Bahan itu diperolehnya dari falsafsah Yunani yang terkenal, terutama dari filosuf Plato. Dan bahan yang yang lebih penting lagi ialah ajaran Islam yang dipeluknya yang memberi prinsip-prinsip dan garis-garis tegas tentang ide itu.

Propaganda monopoli kelompok komunis dan sosialis atas ide adil dan makmur pun semakin menakar dan seakan semakin sulit untuk dicabut. Kondisi ini terjadi dikarenakan hampir semua tokoh dari yang non-komunis dan sosialis tidak mengimplementasikan nilai-nilai adil dan makmur dalam menjalankan kekuasaannya. Terlebih parah adalah hampir semua pemimpin di Dunia Islam pun meninggalkan konsep adil dan makmur tersebut. Sehingga degradasi demi degradasi kini dialami oleh semua ummat Islam.

Mari kita tengok Indonesia yang semua sudah tahu bahwa mayoritas masyarakatnya adalah ummat Islam, bahkan sejarah selalu menorehkan bahwa tidak pernah ada pemimpin dari non-muslim semenjak republik ini berdiri. Akan tetapi mereka semua masih dapat digolongkan kepada pemimpin yang jauh dari cita-cita adil dan makmur, jauh dari apa yang mereka bacakan disetiap pidato kenegaraannya. Contoh saja seperti kepemimpinan Indonesia hari ini, kebijakan pro rakyat dikalahkan oleh sebuah faham narsisme yang berlebihan. Gagasan adil dan makmur dikalahkan hanya dengan penampilan luar yang syarat akan sebuah ketidakbenaran. Bahkan baru-baru ini demi menciptakan citra yang baik pemimpin-pemimpin di republik ini membohongi rakyatnya dengan wacana kosong yang penuh dengan perencanaan sistemik. Seperti kita ketahui beberapa bulan yang lalu pemimpin RI dengan jajarannya melemparkan wacana bahwa akan ada penarikan premium dari pasaran, pada saat itu semua masyarakat kebingungan dan khawatir akan keberlangsungan hidup mereka. Sehingga hampir semua rakyat memiliki aspirasi bahwa lebih baik premium dinaikkan daripada premium dihilangkan, selang beberapa bulan kemudian tepatnya di bulan ini kini wacana yang berdasarkan pada perencanaan “menipu rakyat demi citra” adalah harga premium dinaikkan.

Inilah kondisi para pemimpin di negara-negara non-Komunis dan non-Sosialis, mereka selalui menjauhi ide adil makmur. Mereka lebih sering terjebak oleh nikmatnya kekuasaan sehingga semua aturan main dalam berkuasa demi rakyat dan kesejahteraannya terlupakan.

NOER FAJRIEANSYAH

(KETUA UMUM PB HMI)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun