Mohon tunggu...
nafa mega
nafa mega Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa UINSA Fakultas Ilmu Sosial Ilmu politik

mahasiswa fakultas ilmu sosial ilmu politik uinsa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Paradigma Antroposentrisme

30 Januari 2020   00:23 Diperbarui: 30 Januari 2020   00:25 1157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

"Kita semua mengetahui bahwa alam semesta ini memberikan apa yang manusia butuhkan,

 tanpa manusia berpikir, lantas apa yang diberikan manusia kepada alam?.

 Bukankah keseimbangan itu diperlukan didalam tatanan kehidupan,

 bukankah mengenal alam lebih dalam merupakan sebuah tuntutan peradaban".

Aristoteles  menyatakan bahwa " tumbuhan disiapkan untuk kepentingan binatang dan binatang disediakan untuk kepentingan manusia"(Sosiologi lingkungan Rachmad K. Dwi Susilo, M.A.).  Ketika industrialisasi bermetamormosis sebagai gaya hidup manusia maka manusia melihat alam sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga memunculkan  problematika serta isu tentang ketidaksadaran atas  lingkungan telah memiliki perhatian lebih, terutama bagi yang memandang lingkungan serta bersikap tidak adil terhadap lingkungan.

Terbentuknya isu tentang ketidaksadaran ini didorong oleh keprihatinan terhadap aktivitas manusia dalam kehidupan sosial-ekonomi, terlebih dengan sumberdaya alam. Aktivitas manusia ketika bersinggungan dengan sumberdaya alam dijadikan dasar bahwa manusia tidaklah begitu kontributif terhadap sumberdaya alam serta hanya mampu mengeklspoitasi tanpa melihat dampaknya.

Antroposentrisme sebagai representasi keserakahan manusia yang tidak hanya bersifat individual dan  mengganggap bahwa manusia sebagai pusat keutuhan sistem alam. Selain itu Manusia merupakan bagian dari alam, serta masih memiliki kesadaran yang kurang akan pentingnya keseimbangan dalam ekosistem.

Manusia masih bersikap acuh tak acuh  dan menganggap bahwa seluruh yang ada di bumi dapat digunakan tanpa ada batasnya untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan kepentingan hidupnya sehingga membuat manusia lupa akan ketergantungan serta keterkaitannya terhadap alam, hal tersebut membuat manusia lepas dari determinasi ataupun dominasi alam kepada manusia dan menyampingkan hukum-hukum alam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun