Ketika makrifat sudah mencapai pengalaman yang lebih tinggi, maka mereka akan bersaksi dan tiadanya sesuatu yang terlihat kecuali satu Dzat yang Maha ada (Al-Haqq). Bagi sebagian kalangan di masyarakat, hal ini adalah perwujudan intelektual, namun bagi sebagian yang lainnya merupakan pengalaman efektif/hal-an wa dzauq-an, pluralitas yang menghilang dari dirinya secara bersamaan, mereka merasa sudah terserap dalam satu kesatuan yang murni atau al-fardaniyyat al-mahdhah, kehilangan intelektualnya secara menyeluruh, bingung, dan pingsan.
Mereka tidak akan menyadari sesuatu itu lebih daripada Tuhan, bahkan terhadap dirinya sendiri mereka juga tidak berani atau tidak akan mungkin lebih dari Tuhan. Sebagai akibatnya adalah mereka kehilangan akal pikiran atau kehilangan kesadaran untuk mengendalikan nalar, karena pemahaman akan Tuhan itu melampaui batas nalar manusia. Menurut Dr.Muhammad Abd. Haq Ansari dalam bukunya menyatakan bahwa, Ada dua hal yang masuk dalam penyatuan atau ittihad yang biasa dibedakan, dua hal tersebut adalah merasa bersatu dengan Tuhan, namun tetap sadar adanya perbedaan antara dirinya dengan Tuhan, hal ini masuk dalam tingkat bersatu (maqam i-jam'). Pada tahap berikutnya adalah kesadaran dari ketiadaan yang bersamaan dan mistik pada kesadaran akan adanya Maha Dzat yang sangat jauh berbeda. Para sufi memandang hal itu  masuk kedalam tingkatan kebersatuan dengan Tuhan yang sangat mutlak atau Jam' al al-jam' yang secara harfiah yaitu bersatunya kebersatuan.
Dari ketiga paham tersebut abu yazid juga telah mengajarkan kepada muridnya melalui kitab tasawuf klasik berupa Kasyf al-Mahjub (Menyingkap Tabir), Tabaqat as-Sufiyyah (Tingkatan sufi), Tazkirah al-Auliya (peringatan para wali), al-Luma (yang cemerlang), dan Ar-Risalah al-Qusyairiyyah (Risalah Qusyairiyah). Dari kitab tasawuf klasik tersebut kita tau seberapa penting peran beliau di bidang tasawuf.
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari seorang pencetus paham al-fana, al-baqa, dan al-Ittihad adalah sebagai hamba yang dilahirkan sudah beragama islam, dibesarkan dengan ajaran agama islam, dihadirkan oleh lingkungan yang dibungkus dengan ajaran agama islam selayaknya kita harus belajar dengan sungguh-sungguh apa sebenarnya tujuan kita dilahirkan didunia ini, terutama sebagai hamba Allah SWT, yang beragama islam. Apakah kita sudah belajar dan mempraktikkan apa yang telah kita pelajari?. Karena sesungguhnya pembelajaran yang dapat diambil dari paham yang diberikan oleh abu yazid adalah, tahap pertama kita sebagai umat muslim harus bisa menyadari bahwa kita suatu saat akan fana atau hancur,lebur, dan tidak meninggalkan sisa, namun kita juga harus yakin bahwasanya kita nanti akan bersama Allah SWT, di alam sana. Namun dalam proses mencapai kedua tahapan tersebut pastilah tidak mudah oleh karena itu kita haru belajar dengan sebaik-baiknya ketika sudah mencapai 2 tahapan tersebut maka kita akan mencapai tahap al-Ittihad yaitu menjadi satu kesatuan.
Menjadi satu kesatuan dengan Tuhan yaitu kita sudah bisa melaksanakan ibadah tanpa memikirkan hal yang tidak penting, tidak berguna bagi kehidupan selanjutnya, kita akan berada pada fase dimana kehidupan didunia adalah semu atau tidak kekal. Oleh karena itu dengan ilmu yang benar, cara belajar yang benar, guru yang benar, dan pengamalan yang benar niscaya kita akan mampu mencapai tahap tersebut.
by: nafa_fauzi (ig)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H