Mohon tunggu...
Nafisatul Husniah
Nafisatul Husniah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Kutipan Favorit: Tinggalkanlah gengsi, hidup berawal dari mimpi. Tentukan yang tinggi. Agar semua terjadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menyambut Kemenangan

30 Juli 2014   02:50 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:54 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mulai dari pencalonan presiden hingga telah diumumkan pemenangnya oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), bangsa kita masih belum bisa lega dan menyambut dengan gembira presiden barunya. Mau tidak mau, keputusan dari Mahkamah Konstitusi lah yang akhirnya dinantikan. Lagi-lagi MK harus memberi kepastian pada sengketa Pemilu yang sebelum-sebelumnya juga terjadi pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Disinilah integritas dan kapabilitas MK sebagai lembaga penegak hukum di Indonesia dipertaruhkan. Tidak hanya rakyat Indonesia saja bahkan dunia akan mengamati bagaimana lembaga ini menyelesaikan tugasnya dengan rapi dan memuaskan semua pihak.

Idealnya, dalam sebuah kompetisi pasti ada pihak yang menang dan kalah. Telah disampaikan oleh masing-masing guru kita di tingkat Sekolah Dasar (SD) bahwa, diatas kebahagiaannya setiap yang menang harus tetap menjaga sikap rendah hati dengan tidak sombong. Sedangkan yang kalah, haruslah menerima dengan lapang dada dan tidak berkecil hati. Namun, rupanya hal demikian tidaklah mudah, apalagi jika ditemukan kecurangan dalam pelaksanaannya. Tentu ada yang merasa menjadi korban yang dirugikan, seakan ia hanya dipermainkan saja.

Jika ketidakterimaan Capres-Cawapres nomor urut satu pada hasil penghitungan KPU disebabkan kecurangan yang ada, kita sebagai rakyat patut memberikan apresiasi. Tersebab disinilah kejujuran dijunjung tinggi. Sejatinya bila benar-benar tejadi kecurangan, bukan hanya mereka yang kalah Pilpres saja yang menjadi korban, tetapi rakyat juga. Rakyat yang telah meluangkan waktu untuk memilih pemimpin negeri ini seakan tidak dihormati suaranya. Tentu oknum-oknum yang melakukannya perlu ditindak tegas. Menempatkan mereka pada jabatan-jabatan di pemerintahan jelas bukanlah suatu hal yang pantas.

Dalam kondisi seperti ini, seakan mata rakyat dibutakan. Menjadi sangat sulit untuk mengetahui siapa yang sesungguhnya benar dan siapa yang curang. Identitas yang dipakai seluruh masyarakat Indonesia hanyalah dukungan pada capres dengan sukarela menjadi simpatisan. Karenanya terbelahlah rakyat menjadi dua golongan, pendukung A dan pendukung B. Dengan sukarela mereka mengkampanyekan dukungannya, yang tidak disadari telah membelah persatuan. Muncur berbagai prasangka yang menurut David O. Sears adalah penilaian terhadap kelompok atau seorang individu terutama didasarkan pada keanggotaan kelompok. Maksudnya prasangka sosial ditujukan pada orang atau kelompok yang berbeda dengan kelompoknya. Segala macam cara dilakukan dengan terang-terangan, hingga kampanye hitam yang menyinggung SARA dan fitnah tersebar dimana-mana. Seakan bangsa ini lupa dengan semboyannya ”Bhineka Tunggal Ika”, semboyan yang telah mendorong kita keluar dari masa penjajahan.

Dalam Pilpres yang dilakukan oleh negara yang menganut paham demokrasi, kemenangan sejatinya bukanlah kemenangan yang didapatkan calon presiden yang terpilih. Namun kemenangan rakyatlah yang utama. Maka dari itu, adalah salah besar jika mereka yang menang berriang hati dan membanggakan diri. Sebab selanjutnya, sebagai presiden negara berkembang dengan penduduk yang demikian besar, mereka akan mengemban amanat rakyat, tugas mereka sangat lah berat. Perlu diingat juga bahwa, karena jabatan yang didapatkannya tersebut, kapanpun dan dimanapun mereka akan terus diawasi bahkan tidak akan bisa lepas dari kritik dan caci maki.

Bertepatannya agenda Pilpres dengan kedatangan bulan suci Ramadhan, adalah suatu momen yang harus dimanfaatkan untuk menjalin persatuan. Meski hingga saat ini masih terasa hawa panas, sebab penentuan presiden masih diperpanjang, jangan sampai perpecahan tetap berkelanjutan. Sembari menantikan keputusan MK tentang pemenang Pilpres, menjadi tanggung jawab kita bersama untuk segera menyatukan persaudaraan. Terutama pihak-pihak yang dengan sengaja memicu terjadinya perpecahan.

Setelah bulan Ramadhan berlalu maka hadirlah hari kemenangan bagi umat Islam yakni ‘Idul Fitri. Sangat ironis, jika semakin dekat dengan hari kemenangan masih saja terjadi saling caci maki. Semua orang berhak untuk menentukan pilihan, karenanya menghargai dan menghormati sudah menjadi kewajiban. Perbedaan dalam pilihan adalah suatu keniscayaan dan tidak perlu diperseterukan. Semua orang pasti menganggap apa yang dipilihnya adalah yang terbaik. Pilihan mereka jika memang sudah mantap, pasti akan diperjuangkan. Menyalahkan pilihan orang lain dengan menganggap pilihan sendiri yang terbaik hanyalah akan mengundang permusuhan. Sebab pilihan tersebut juga menyangkut harga diri pemilihnya.

Di Indonesia perayaan ‘Idul Fitri identik dengan ritual berkunjung ke rumah tetangga, kerabat maupun sanak saudara dilanjutkan dengan saling bermaaf-maafan antara satu dengan lainnya, dimana ini akan membuat hidup terasa damai. Jika memang membicarakan calon presiden Indonesia hanya  hanya menambah rasa tidak suka, lebih baik dihentikan. Saatnya menikmati hari kemenangan dengan senyum kebahagiaan penuh rasa syukur atas karunia yang diberikanNya.

Menyambut kemenangan rakyat yang akan dijatuhkan pada salah satu calon presiden, mari kita awali dengan menjadikan diri bangsa yang menang. Bangsa yang mampu menjaga diri dari hawa nafsunya diantaranya dengan saling memaafkan dan menghormati. Dengannya bangsa Indonesia akan benar-benar mendapatkan kemenangannya melalui jalinan persatuan dan kesatuan yang kuat. Sehingga, berlanjut pada kemenangan rakyat yang ditunjukkan oleh hasil pilpres yang akan diputuskan MK, tidak ada lagi perseteruan. Dengan kemenangan, kita bersama akan menjalankan roda kehidupan negeri ini seanjutnya, melesat menuju kemajuan yang penuh berkah. Mari menyambut kemenangan dengan kemenangan!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun